22 Mei 2009

Mengkritisi Catatan Cawapres

Sebelumya mari kita ucapkan rasa bela sungkawa kita kepada korban Hercules, pesawat yang kesekian kalinya mendapatkan musibah, menelan korban sebanyak 102 orang meninggal dunia dan 12 orang yang selamat, sebuah tragedi yang sekarang ini pembahasannya sudah sampai kepada berbagai hal yang menyebabkan ini terjadi.
Dalam tulisan kali ini saya akan mencoba mengungkapkan pemikiran-pemikiran dari orang-orang yang ada di pinggir jalan tentang calon-calon pemimpin yang akan mereka pilih pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang akan datang untuk periode 2009 s.d. 2014 ke depan.

SBY Berbudi
“Lanjutkan”. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah seorang sosok yang amat dipandang, dalam pemilihan Presiden pada tahun 2004 sosok SBY begitu populer di kaum wanita dengan ketampanannya dan bagi sebagian masyarakat Indonesia dengan wibawanya. Sosok suku Jawa yang dianggap mampu untuk dapat mengelola negara ini dengan baik, disamping kerinduan masyarakat pada waktu itu dengan kepemimpinan Soeharto dibalik kekurangannya. Pada tahun itu juga SBY juga telah menggandeng seorang Jusuf Kalla secara pribadi, bukan dari institusi Golkar. Sebuah keputusan yang cukup strategis pada waktu itu, ini ditandai dengan berhasilnya JK mengambil kepemimpinan Golkar dari Akbar Tanjung. Sehingga lengkap sudah kepiawaian SBY untuk menggalang kekuatan dari Parlemen dan masyarakat.
Bahkan dalam pemerintahannya seca makro perekonomian sudah cukup ada kemajuan yang berarti dan keamanan dalam negeri cukup baik, dibalik teriakan-teriakan bahwa sektor real masih belum terlayani dengan baik. Yang cukup membanggakan lagi adalah masuknya SBY ke dalam 100 tokoh yang berpengaruh di dunia pada majalah TIMES, dibalik kekurangannya ini merupakan sebuah kebanggaan buat bangsa Indonesia.
Tapi, dimasa kepemimpinannya kerap kali terdengar adanya 2 matahari dalam kabinetnya, yaitu SBY dan JK, walau itu merupakan pembagian tugas yang sudah disepakati bersama oleh mereka berdua. Bahkan terkesan untuk urusan perekonomiannya JK lebih berperan dibandingkan dengan SBY. Bagi sebagian masyarakat ini adalah pembagian tugas yang amat baik karena JK yang betul-betul mengetahui permasalahan pasar dan kemandirian perekonomian bangsa dan SBY yang seorang ahli strategi hingga membawa bangsa ini sebagai bangsa yang kemudian dihargai oleh bangsa-bangsa lainnya di dunia. Sehingga pecah kongsinya mereka amat disayangkan oleh banyak pihak dan golongan karena mereka menganggap ini merupakan kombinasi yang luar biasa, SBY dengan pemikiran strategiknya sehingga terkedan lamban dan berhati-hati dan JK sebagai problem solver yang cepat dan berani mengambil resiko.
Sehingga pecah kongsi ini menyebabkan masyarakat ingin mengetahui siapa pendamping SBY ke depannya. Karena karakter kepimpinan SBY yang selama ini ada dalam benak masyarakat adalah seorang pemimpin yang tegas namun harus didukung oleh orang-orang yang berani mengambil keputusan dengan cepat untuk menutupi sifat kehatian-hatian dari SBY, serta bawahan yang mau menjadi bamper dalam setiap kebijakan yang kurang populis karena SBY adalah orang yang ingin selalu menjaga imagenya dihadapan orang banyak.
Hal itulah yang menyebabkan kekecewaan pada berbagai komponen masyarakat ketika SBY memilih Boediono sebagai pendampingnya, karena Boediono dianggap seorang yang mempunyai karakter yang sama dengan SBY, sehingga ditakutkan akan menyebabkan roda pemerintahanya tidak berjalan dengan cepat dan efektif serta tidak adanya sebuah inovasi-inovasi dalam membangun negara ini, lebih kepada menjada stabilitas negara saja dalam berbagai bidang.
Sosok Boediono memang dikenal dengan kesederhaannya dan kemauannya dalam bekerja keras, namun ia juga identik dengan kebijakan ekonomi neoliberal yang seringkali diisukan. Bahkan ada yang mengisukan ia merupakan kelompok Berkeley, sebuah komunitas yang memang sengaja sudah dipersiapkan untuk kepentingan asing dalam menelurkan berbagai kebijakan. Kelompok yang diberikan berbagai fasilitas dan kehormatan dalam berbagai komunitas untuk kemudian hari mendukung kebijakan pro asing atau liberalisme. Sosok ini juga dikenal sebagai sosok yang teks book dan ahli dalam menjaga stabilitas sehingga dianggap kurang berani dalam mengambil keputusan-keputusan dengan cepat atau terobosan-terobosan baru.
Sosok Boediono amat jauh berbeda dengan sosok JK, memang dalam kenyataannya adalah apa yang didapatkan dalam dunia teks book ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada pada realitasnya. Sosok Boediono dianggap sebagai sosok yang akan mudah di dikte oleh asing karena seorang ekonom yang merupakan didikan barat dan bukan seorang pengusaha yang mengetahui betul permasalahan real di lapangan tentang ekonomi kerakyatan. Inilah sebenarnya yang menjadi permasalahan utama dari sosok Boediono.
Kombinasi SBY Berbudi inilah kemudian dianggap akan membahayakan negara ini menjadi anak emas asing dengan paham neoliberalismenya. Seorang SBY bukan sosok ekonom sehingga ia memerlukan yang mendampinginya itu pro kepada rakyat, namun sampai saat ini dalam kepemerintahan SBY-JK ternyata yang betul-betul bisa mempertahankan ekonomi pro rakyat hanya JK, inilah yang sepertinya ditakutkan oleh beberapa komponen masyarakat.
Walau dalam kenyataannya wacana yang digunakan untuk mereka yang pro liberalisme mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah ketidakmampuan dari pengusaha-pengusaha Indonesia untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing lainnya.
Sehingga ke depannya kepemerintahan SBY Berbudi ini memang akan sedikit neoliberalisme dengan harapan mampu melindungi ekonomi kerakyatan sekaligus mampu untuk mengundang investor-investor dengan kemudahan-kemudahan dalam masuk ke Indonesia untuk melakukan kegiatan ekonomi. Yang sebenarnya ini sudah dilakukan pada masa Soeharto dahulu, ketika itu kita memang sudah betul-betul masuk ke dalam integrasi perekonomian dunia sehingga terkesan kuat namun ditopang dengan hutang yang amat banyak, dan ketika ada sebuah kesalahan maka terjadi kekolapan yang juga luar biasa. Sebuah konsep perekonomian yang juga seperti gunung es, dengan harapan ketika lebih pro kepada etnis China dalam pengembangan perekonomian diharapkan dapat menggairahkan tenaga kerja sekaligus dapat mengontrolnya dengan lebih mudah. Yang ditakutkan pada masa SBY Berbudi adalah bukan etnis China yang nanti akan diberi kekhususan, namun semuanya dapat masuk dengan mudah sehingga negara ini ditakutkan tergadai karena ketidasiapan SDM untuk dapat berkompetisi dari mereka yang ada di negara ini. Dan tentunya ini tidak sesuai dengan UUD 1945 yang sama sekali bukan ekonomi neoliberalisme.
Namun, sekali SBY sebagai seorang ahli strategi mencoba mengkouter hal tersebut dengan tetap meyakinkan dengan merangkul Partai-partai Islam dalam koalisinya seperti PKS, PPP, PKB dan PAN, walau hampir kesemua partai tersebut terbelah dukungan yang diberikan.
Di luar konteks itu adalah kedua-duanya merupakan suku Jawa, yang sering kali dianggap kurang merepresentasikan nasionalisme dari NKRI, bahkan bagi sebagian komponen dari bagian Islam melihat karakter Boediono bukan bagian dari Islam. Dan isu-isu inilah yang nanti akan menjadi bahan kampanye dari masing-masing tim sukses.

JK – Wiranto
“Lebih cepat lebih baik”, inilah yang selalu dikatakan oleh JK dalam kampanyenya. Dan ini memang selalu dapat terealisasikan dalam setiap perbuatannya. JK – Wiranto merupakan Cawapres yang pertama kali mendeklarasikan dirinya, bahkan setelah mendeklarasikan dirinya dengan cepat ia melakukan pendekatan-pendekatan kepada kampanye-kampanye ke berbagai komponen masyarakat.
JK semenjak menjadi Wapres memang telah menempatkan dirinya menjadi sosok yang sederhana, ini terlihat dari pakaian-pakaian yang digunakannya. Dan kerap kali ia mengatakan bahwa sejak 10 tahun ia sudah melepaskan profesinya sebagai seorang pengusaha, walau itu tidak bisa dilepaskan bahwa ia pernah menjadi pengusaha.
Selain seorang pengusaha ia juga terkenal sebagai tokoh Agama yang berasal dari kalangan NU, dan terdengar aktif dalam berbagai kegiatan agama.
Dan yang lebih menarik sekarang ia telah merangkul golongan nasionalis, dengan isu-isu neo leberalisem dan ekonomi kerakyatan yang di canangkannya serat pengalaman-pengalamannya sewaktu menjadi Menkokesra dan Wapres, ini adalah sungguh menarik. Dan sebelumnya juga ia telahj menunjukkannya menjadi seorang problem solver dalam masalah Aceh dan Poso serta banyak lagi pertikaian yang terjadi di Indonesia.
Seorang sosok yang ingin mencoba membumi.
Wiranto denga slogannya “Hati Nurani Rakyat”, sebuah slogan yang menginginkan perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat, merasa kebijakan Pemerintah sudah tidak lagi sesuai atau pro rakyat.
Wiranto dikenal sebagai tokoh TNI yang loyal kepada pimpinan dan nasionalis yang tinggi, ini terbukti ketika Mei 1998 ia telah mengambil sebuah loyalitas kepada Negara untuk menyerahkan mandat kepada masyarakat walau pada waktu itu kedudukannya adalah sama seperti Soeharto pada era Soekarno. Namun, ia juga terkena kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Tim-tim walau kemudian permasalahan ini sudah diselesaikan dengan perjanjian bilateral antara Tim-tim dan NKRI.
Wiranto yang pernah menjadi Capres pada tahun 2004 melalui Golkar namun kalah, karena berbagai trik dari elit Golkar sehingga kapasitasnya menjadi lemah. Ini pulalah yang menyebabkan ia keluar dari Golkar dan membentuk Partai HANURA dengan capaian pemilih hampir sampai 4%.
Diluar elit partai Islam dan nasionalis, maka yang pro nasionalism dan Islam sepertinya akan memilh pasangan ini dari pada SBY Berbudi dengan berbagai pertimbangan di atas tersebut, atau sebut saja karena wacana neoliberalism yang kini membahana, begitu juga kiranya dengan para Pengusaha.
Selain itu pasangan ini juga sudah mewakili Jawa dan Non Jawa, TNI dan Sipil, Pengusaha dan Nasionalis serta unsur Agama. Walau kita kerap kali mencoba menghilangkan unsur-unsur ini tapi terkadang pada tingkat grassroot masayarakat masih peduli dengan hal tersebut.
Dan potensi inilah yangm menurut saya akan membahayakan SBY Berbudi yang sekarang ini terlihat begitu percaya diri dengan hasil survey, karena unsur perwakilan yang melekat pada pasangan JK – Win.

Mega – Pro
“Wong Cilik dan Ekonomi Kerakyatan”. Sejak awal munculnya ia di dunia politik sejak zaman Orde baru, Megawati merupakan seorang sosok yang termarginalkan dan membawa kharisma Bung Karno pada dirinya. Ia kemudian menjadi ikon perjuangan wong cilik pada masa kejatuhan Soeharto, dan inilah yang menyebabkan PDI Perjuangan berhasil memenangkan Pemilu pada tahun 1999 dengan angka yang cukup fantastis.
Namun, kemenangan PDI P tidak lantas memenangkan dirinya menjadi Presiden, karena pada kenyataannya yang diusung adalah Abdurrahman Wahid – Megawati, yang akhirnya dimenangkan pasangan tersebut dalam 2 kali putaran.
Akan tetapi, baru setahun menjabat Presiden, Gus Dur akhirnya dilengserkan sehingga Mega menjadi Presiden NKRI yang keempat dan bertahan sampai tahun 2004. Pada masa inilah rakyat telah menilai berbagai kebijakan Mega, seperti mengatakan nasionalis akan tetapi banyak atau beberapa aset negara yang dijual kepada asing dengan berbagai macam alasan, dan kambing hitamnya adalah Laksamana Sukardi, padahal itu adalah dibawah kepemimpinan Mega. Banyak hal yang pada masa Megawati bertolak belakang dengan apa yang namanya “Wong Cilik”.
Hebatnya lagi ketika tahun 2004 kalah dengan SBY dalam pilpres, Mega mengambil posisi sebagai oposisi untuk mengkritisi SBY, tapi pada 2009 malah suaranya turun. Ini sepertinya menandakan bahwa animo masyarakat kepada Mega sudah jauh berkurang, karena ia merupakan partai oposisi berarti tidak berhasil dalam memberikan keyakinan kepada masyarakat. Dan seharusnya ini menjadi perhatian dari Megawati.
Kemudian untuk Prabowo, seorang TNI sekaligus seorang Pengusaha, dalam karir militernya Prabowo pernah dianggap memanfaatkan Soeharto, sebagai menantunya, untuk mendongkrak dengan cepat karir militernya. Dan kerap kali ia melakukan hal-hal yang diluar struktur militer, terakhir terbukti dari di nonaktifkan dirinya karena menculik aktifis Mei 1998. Sehingga ia dikenal sebagai sosok yang ambisius.
Ini juga terlihat dari bersatunya Mega – Pro memakan waktu yang amat lama dan terkesan ada pemaksaan terhadap Mega, ini merupakan salah satu kelemahan dalam berpasangan. Karena yang menjadi Presiden adalah Mega bukan Prabowo, maka kedepannya hanya akan terjadi 2 matahari, tapi tidak seperti SBY – JK yang saling melengkapi, pasangan ini ada kemungkinan akan saling menjatuhkan atau Mega akan terkalahkan kebijakannya, tapi sudah barang tentu kroni Mega akan melakukan perlawanan, tentunya pemerintahan menjadi tidak efektif.
Yang menarik untuk dijadikan wacana lagi adalah kekayaan dari Prabowo yang luar biasa, dan masyarakat juga tidak tahu sepak terjangnya sebelum mencalonkan diri menjadi Cawapres atau mendirikan partai, sehingga kesan ambisi masih melekat pada dirinya walau kemudian ia mengatakan ekonomi pro rakyat. Waktunya terlalu cepat.

Komentar Rakyat
“Saya maunya aman, bisa cari uang,”. Inilah point penting yang diinginkan oleh rakyat pada umumnya, mereka tidak terlalu memikirkan perekonomian kita seperti apa. Keamanan. Mereka mendapatkan itu dari SBY, kestabilan, tapi mereka juga menginginkan terobosan-terobosan, terlebih lagi pada masa krisis dunia seperti ini. Tapi jangan lupa sosok SBY juga melekat pada Wiranto ditambah dengan ketegasannya.
“Yang mana saja, yang penting sekolah gratis,”. Point ini penting, terlihat rakyat kurang peduli dengan siapa dia akan memilih, tapi terlihat pula sosok SBY yang telah memberikan pendidikan gratis semasa kepemerintahannya. Selain melekat kepada SBY ini juga melekat kepada JK, karena mereka dalam satu keperintahan.
“Saya cuma mau pemerintah yang bersih, tidak korupsi,”. Kembali SBY dan JK menjadi pilihan rakyat pada umumnya, karena mereka tergolong bersih dan mau berjibaku untuk pemberantasan korupsi. Dan ini rasanya masih perlu dibuktikan oleh pasangan Mega – Pro, khusus Pro mereka mempertanyakan begitu jor-jorannya Prabowo dalam mengeluarkan uangnya, sehingga mau tidak mau rakyat berpikir ia terlalu berambisi dan ambisi itu menurut mereka tidak baik.
“Kami tidak mau di bawah asing, ada kemandirian nasional dan pro rakyat miskin,” Inilah yang kemudian menjadi isu besar dari persaingan ketiga pasangan, karena bila dilihat dari hal ini maka pasangan Mega – Pro sepertinya lebih mendekatinya, namun terbentur oleh track record Megawati. Sedangkan kembali JK – Win mendapatkan angin karena JK bisa berkelit bahwa kebijakan yang pro rakyat adalah kebijakan yang diusulnya sedangkan biaya tinggi adalah kebijakan dari Tim Ekonomi SBY yang tidak bisa dia cegah.

Kesimpulan
Semuanya tergantung kepada pilhan hati untuk memilihnya, dan ini berpengaruh kepada masa depan kita, karena saat inilah kita bisa sejajar dengan bangsa lain bila pada jalur yang benar atau kita menjadi ketinggalan kembali. Saat ini adalah dimana bangsa-bangsa yang maju mengalami masalah ekonomi yang luar biasa, dan saatnya kita dapat mengejar ketertinggalan dengan kemampuan kita sendiri, memperjuangkan nasionalisme kita sendiri dan punya daya tawar untuk kepentingan bangsa dan negara.
Atau kita menjadi anak kesayangan asing dengan harapan bantuan dari mereka, mendapatkan kesempatan untuk berperan dalam dunia internasional akan tetapi dengan agenda dari asing.
Wallahu’alam bishowab.

Mengkritisi 10 Dosa Besar Demokrasi

Alasan pertama, sistem ini membuat kita lengah akan tabiat pergolakan antara jahiliyah dan Islam, antara haq dan batil, karena keberadaan salah satu di antara keduanya mengharuskan lenyapnya yang lain, selamanya tidak mungkin keduanya akan bersatu. Barangsiapa mengira bahwa dengan melalui pemilihan umum fraksi-fraksi jahiliyah akan menyerahkan semua institusi-institusi mereka kepada Islam, ini jelas bertentangan dengan rasio, nash dan sunan (keputusan Allah) yang telah berlaku atas umat-umat terdahulu.

"Tiadalah yang mereka nanti melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) atas orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan bagi sunnatullah dan sekali-kali tidak (pula) akan mendapati perpindahan bagi sunnatullah itu." (Surat Faathir: 43)

Kritisi alasan pertama, hal yang perlu diketahui bahwa perkembangan agama Islam di bumi dengan menggunakan metode da’wah, dalam da’wah sudah jelas bahwa Rosulullah SAW hanya seorang pertama kalinya dalam mengembangkan Dinul Islam di bumi ini, kemudia ia menyebarkannya dengan berda’wah. Ketika golongan muslim masih sedikit maka pertemuan-pertemuannya secara sembunyi-sembunyi, ketika sudah semakin besar dan terlihat ada tanda-tanda kaum muslim ditekan maka ada saatnya untuk hijrah ke tempat yang lebih kondusif dalam pengembangan agama Islam tersebut, ketika sudah besar maka bersikap tetap sebagai penda’wah dan mengayomi orang-orang muslim serta memerangi orang-orang yang menindas kaum muslim.
Terlihat jelas bahwa jumlah dan kondisi amat mempengaruhi setiap perjuangan Islam, dan disitulah peran dari makhluk yang namanya demokrasi itu bermain. Dalam pemikiran saya sebuah perjuangan tanpa harus menggunaka senjata untuk memperjuangkan apa yang diyakini dan dapat diterapkan pada masyarakat yang mendukungnya. Sekaligus sebagai alat untuk mengingatkan kita semua bahwa ada golongan-golongan yang menjadi mayoritas dan golongan minoritas.
Dalam pemikiran saya pribadi Islam adalah sebuah demokrasi sempurna, konsep Ilahiah, sebuah konsep yang memang diturunkan untuk menjadikan bumi menjadi lebih makmur. Nah, perjuangkanlah konsep itu melalui demokrasi tanpa harus mengangkat senjata.

Alasan kedua, sistem demokrasi ini akan menyebabkan terkikisnya nilai-nilai aqidah yang benar yang diyakini dan diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya yang mulia, akan menyebabkan tersebarnya bid'ah, tidak dipelajari dan disebarkannya aqidah yang benar ini kepada manusia, karena ajaran-ajarannya menyebabkan terjadi perpecahan di kalangan anggota partai, bahkan dapat menyebabkan seseorang keluar dari partai tersebut sehingga dapat mengurangi jumlah perolehan suara dan pemilihnya.

Kritisi alasan kedua, setiap perjalanan sebuah upaya untuk mencapai tujuan diperlukan sebuah organisasi dalam bentuk apapun, karena ada sebuah hadist Nabi yang mengatakan bahwa kejahatan yang terorganisasi dapat mengalahkan kebenaran yang tidak berorganisasi. Saat ini salah satu organisasi yang mampu memberikan kita kuasa untuk mencapai tujuan adalah sebuah Partai. Yang perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana menyatukan partai-partai Islam untuk bersatu, atau bagaimana membesarkan salah satu partai yang memang betul-betul Islam yang dilihat dari sistem pada partai atau organisasinya, kaderisasinya, istiqomahnya, dan beberapa faktor lainnya. Kemudian akan terlihat bahwa yang memilih yang hak dan memilih yang batil, tidak ada lagi area abu-abu, namun dengan cara yang santun dan elegan bukan dengan kekerasan.
Perpecahan dan hilangnya suara pada sebuah partai adalah hal yang biasa, karena manusia adalah selalu berubah-ubah, keimanan dan keyakinan seseorang selalu berubah-ubah, itulah pentingnya kaderisasi dalam sebuah partai atau organisasi.

Alasan ketiga, Sistem demokrasi tidak membedakan antara orang yang ‘alim dengan orang yang jahil, antara orang yang mukmin dengan orang kafir, dan antara laki-laki dengan perempuan, karena mereka semuanya memiliki hak suara yang sama, tanpa dilihat kelebihannya dari sisi syar'i. padahal Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah! Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (Surat Az-Zumar: 9)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Maka apakah orang yang beriman itu sama seperti orang yang fasiq? Mereka tidaklah sama." (Surat As-Sajdah: 18)

Dan Allah Ta'ala berfirman: "Maka apakah Kami patut menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu berbuat demikian, bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (Surat Al-Qalam: 35-36)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Dan anak laki-laki (yang ia nadzarkan itu) tidaklah seperti anak perempuan (yang ia lahirkan)." (Surat Ali Imran: 38)

Kritisi alasan ketiga, yang hanya bisa saya katakan adalah inti dari da’wah adalah bagaimana membawa pengaruh kepada orang lain, jadi mari kita dapat berpikir lebih kritis dan cerdas lagi jangan terlalu sempti dengan mengatakan bahwa adalah berbeda antara orang mumin dengan orang tidak mumin. Keberhasilan seorang muslim adalah ketika ia menjadi panutan dan ikutan dari orang banyak bukan lantas ia tidak menghargai orang-orang yang tidak sejalan dengan dirinya, ini perlu dicamkan.
Bagi Allah SWT memang orang beriman lebih disisiNya, tapi perlu juga diingat ada yang namanya Hablumminallah dan Hablumminannas, ketika kita berbicara untuk hablumminallah saya setuju dengan alasan ketiga ini, tapi ketika berbicara hablumminannas maka perlu dikaji ulang.
Allah SWT tentunya bisa dengan mudah dapat mengislamkan semua orang yang ada di muka bumi ini, tapi ini tidak Ia lakukan. Yang Allah lakukan adalah Ia memberi contoh dengan makhluk yang namanya Iblis, menurunkan utusan-utusan Nya untuk bisa menegakkan kalimat Laa Ilaha Illallah. Tentu dari sini semua ia hendak mengajarkan kepada kita semua arti dari da’wah dan jihad, bagaimana sebuah seni untuk menegakkan agama Allah dimuka bumi ini.
Kemenangan seorang muslim adalah ketika ia bisa menjadi panutan atau uswatun sekaligus bisa menjadi khalifah disekelilingnya, bukan lantas kemudian menutup diri dan mengatakan bahwa saya adalah manusia yang mempunyai kelebihan dibandingkan manusia lainnya, sifat sombong inilah yang telah membawa iblis ke dalam api neraka. Iblis pernah menjadi makhluk yang sangat alim, namun ketika manusia diciptakan dan diangkat menjadi khalifah bumi sehingga ia harus bersujud kepada Adam, ia menolak dan rela menjadi simbol kejahatan di muka bumi ini.

Alasan ke empat, sistem ini menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan para aktivis dakwah dan jamaah-jamaah Islamiyah, karena terjun dan berkiprahnya sebagian dari mereka ke dalam sistem ini (mau tidak mau) akan membuat mereka mendukung dan membelanya serta berusaha untuk mengharumkan nama baiknya yang pada gilirannya akan memusuhi siapa yang dimusuhi oleh sistem ini dan mendukung serta membela siapa yang didukung dan dibela oleh sistem ini, maka ujung-ujungnya fatwa pun akan simpang-siur tidak memiliki kepastian antara yang membolehkan dan yang melarang, antara yang memuji dan yang mencela.

Kritisi alasan keempat, kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadist serta mengutamakan kepentingan umat bukan kepentingan pribadi atau golongan.

Alasan kelima, Di bawah naungan sistem demokrasi permasalahan wala' dan bara' menjadi tidak jelas dan samar, oleh karenanya ada sebagian orang yang berkecimpung dan menggeluti sistem ini menegaskan bahwa perselisihan mereka dengan partai sosialis, partai baath dan partai-partai sekuler lainnya hanya sebatas perselisihan di bidang program saja bukan perselisihan di bidang manhaj dan tak lain seperti perselisihan yang terjadi antara empat madzhab, dan mereka mengadakan ikatan perjanjian dan konfederasi untuk tidak mengkafirkan satu sama lain dan tidak mengkhianati satu sama lain, oleh karenanya mereka mengatakan adanya perselisihan jangan sampai merusakkan kasih sayang antar sesama!!

Kritisi alasan kelima, kedudukan al-wala’ wal bara’ dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali iman yang paling kuat.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam: “Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ibnu Jarir)
Adalah benar ketika kita bersikap keras kepada orang-orang kuffar dan bersikap lemah lembut kepada orang-orang muslim, ketika kita memilih orang-orang kaffir menjadi pemimpin kita maka kita sudah barang tentu menjadi golongan dari mereka.
Dalam demokrasilah bisa mengaktualisasikan diri untuk al Wala’ wal Bara’, disitulah kita umat Islam bisa mempersatukan diri, tapi bedakan ketika kita melakukan sebuah kerjasama atau sebuah perjanjian dengan pihak non muslim. Disaat melakukan kerjasama atau perjanjian maka setiap muslim diharuskan memegang teguh perjanjiannya dan selalau mendahulukan kepentingan umat muslim.

Alasan ke enam, Sistem ini akan mengarah pada tegaknya konfederasi semu dengan partai-partai sekuler, sebagai telah terjadi pada hari ini.

Kritisi alasan ke enam, setiap muslim harus bisa memegang janjinya seperti yang terjadi pada Perjanjian Madinah, sebuah perjanjian antara kaum muslimin dengan kaum yahudi, nasrani dan kuffar. Perjanjian yang menyelamatkan kepentingan-kepentingan bagi umat Islam sekaligus menghormati kaum-kaum non muslim. Semuanya tergantung kemampuan lobby dari orang Islam itu sendiri dan memikirkannya untuk kepentingan umat muslim terlebih dahulu.

Alasan ke tujuh, sangat dominan bagi orang yang berkiprah dalam kancah demokrasi akan rusak niatnya, karena setiap partai berusaha dan berambisi untuk membela partainya serta memanfaatkan semua fasilitas dan sarana yang ada untuk menghimpun dan menggalang massa yang ada di sekitarnya, khususnya sarana yang bernuansa religius seperti ceramah, pemberian nasehat, ta'lim, shadaqah dan lain-lain.

Kritisi alasan ke tujuh, hal yang wajar ketika kader-kader dari partai Islam menggunakan sarana-sarana masjid untuk berda’wah, yang lebih penting lagi adalah bagaimana kekonsistenan dari Partai Islam tersebut dalam tujuan da’wahnya. Partai Islam yang baik adalah partai yang tidak pernah lepas dalam setiap gerakannya dengan ideologi keislamannya, pemikiran Islamnya bukan kepada kepentingan pribadi atau golongan. Hal yang menarik dari partai Islam adalah sebuah identitas yang jelas dengan keislamannya dan identitas yang jelas tentang nasionalismenya.

Alasan ke delapan, (Terjun ke dalam kancah demokrasi) juga akan mengakibatkan rusaknya nilai-nilai akhlaq yang mulia seperti kejujuran, transparansi (keterusterangan) dan memenuhi janji, dan menjamurnya kedustaan,berpura-pura (basa-basi) dan ingkar janji.

Kritisi alasan ke delapan, Rosulullah dalam menjalankan dawahnya atau sebut saja politiknya bisa mengusung nilai-nilai moralitas tersebut, rasanya seorang muslimpun akan mampu untuk melakukannya karena semuanya tertera dalam Al Qur’an dan Al hadist. Jangan salahkan demokrasinya tapi berarti muslim yang menjalankan demokrasinya itu yang tidak berkualitas. Padahal jika mereka mampun menjadi uswatun maka rasanya virus-virus tersebut akan terjangkit kepada poltikus lainnya. Di Indonesia sendiri ada contoh politikus-politikus islami seperti Buya Hamka, Moh Natsir dan banyak lainnya yang bisa dijadikan sebagai contoh.

Alasan ke sembilan, demikian pula akan melahirkan sifat sombong dan meremehkan orang lain serta bangga dengan pendapatnya masing-masing karena yang menjadi ini permasalahan adalah mempertahankan pendapat. Dan Allah Ta'ala telah berfirman:

"Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada di sisi mereka (masing-masing)." (Surat Al-Mukminun: 53)

Kritisi alasan ke sembilan, sombong bukan Islam dan demokrasi sesungguhnya tidak pernah mengajarkan kesombongan bagi muslim, akan tetapi saling menghargai dan saling mengayomi.

Alasan ke sepuluh, kalau kita mau mencermati dan meneliti dengan seksama, berikrar dan mengakui demokrasi berarti menikam (menghujat) para Rasul dan risalah (misi kerasulan) mereka, karena al-haq (kebenaran) kalau diketahui melalui suara yang terbanyak dari rakyat, maka tidak ada artinya diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab, apalagi biasanya ajaran yang dibawa oleh para Rasul banyak menyelisihi mayoritas manusia yang menganut aqidah yang sesat dan menyimpang dan memiliki tradisi-tradisi jahiliyah.

Kritisi alasan ke sepuluh, sama dengan kritisi alasan pertama.

Mencari Kemerdekaan

Kepala tertunduk melihat ketertindasan ini
Seperti kerbau yang terus di cocok hidungnya
Seperti anak manusia yang terus di doktrin
Semua menghilangkan arti diriku sebagai seorang manusia terhormat

Atas nama kemerdekaan kau telah menjajahku
Atas nama kebebasan kau telah membelengguku
Atas nama kepintaran kau telah membodohiku
Atas nama demokrasi kau telah bersikap seperti penjajah

Tetesan air mata tidak lagi kau pedulikan
Tetesan darah kau anggap sebagai martil perjuangan
Tetesan keringat kau anggap pengorbanan
Rintihan kesakita kau anggap sebagai nyanyian perjuangan

Ingin kugerakkan rencongku untuk membunuhmu kesombonganmu
Ingin kusergah lenganmu untuk menyadarkanmu
Ingin kutusuk hatimu dengan kata-kataku
Ingin kubuka pakaianmu memperlihatkan kemaluanmu

Kini hanya ketakutan yang terus menghampiriku dengan senyum sinisnya
Kini hanya kemunafikan yang melingkariku dengan tangisannya
Kini hanya rendah diri menutup wajahku dengan memelas
Kini hanya kebodohan yang terus bercinta dengan diriku

Darahku yang mendidih tengah menunggu saatnya keluar dari tubuhku
Suci jiwaku sepertinya menginginkan harga diriku kembali datang
Kehormatanku terus saja mengobarkan semangat perang sabil
Kecerdikkan meronta-ronta meminta saatnya untuk kembali di depan

Kau telah menghinaku dengan ancamanmu
Kau telah meremehkanku dengan kebohonganmu
Kau telah merendahkanku dengan menjadikanku pengecut
Kau terus menyodok mukaku dengan kotoran mu

Tuhan, haruskan aku terus bersabar dengan semua ini ?
Haruskah aku menjadi kambing selamanya ?
Haruskan aku seperti monyet yang hanya pandai bersorak ?
Atau menjadi seperti manusia yang bisa mengambil keputusan

Dimana engkau ya Tuhan ?
Tsunami datang telah menyebabkan banyak dari kami yang syahid
Perang Ashobiyah datang yang menyebabkan kami mati sia-sia
Datang Tuhan… Datang… Kami butuh pertolonganmu…

Mereka saudaraku Tuhan…
Haruskan aku menebas lehernya dengan rencongku ?
Haruskan aku menganggukkan kepada tapi tanganku terkepal ingin membunuhnya
Haruskah… haruskah… haruskah…

Kapan kami bebas dari semua ini ya Tuhan…
Kapan kami bisa menegakkan kepala kami
Kapan kami bisa terseyum kembali tanpa rasa takut
Kapan kami bisa membesarkan anak kami dengan tenang….

Saat ini hanya mata kami yang nanar menahan itu semua
Tapi kami takut, sebentar lagi rencong kami yang menebas leher mereka semua
Sebentar lagi 2 tangan kami yang menghancurkan kepala mereka
Sebentar lagi jari kami yang mencungkil sombongnya pandangan mereka

Lindungi kami Ya Tuhan…
Berikan kuasa Mu Ya Tuhan…
Jangan permainkan kembali bangsa kami Ya Tuhan…
Hanya kepada Mu kami berserah diri…