Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) diguncang dengan keingin dari sebagian warganya yang menginginkan terbentuknya provinsi baru yaitu Aceh Lauser Antara (ALA) dan Aceh Barat Selatan (ABBAS), yang sesungguhnya telah dideklarasikan secara resmi di Jakarta. Kebetulan waktu itu saya ikut meramaikan pendeklarasian tersebut bersama teman-teman lainnya.Dari kelima hal ini maka dapat dikatakan bahwa memang ada perbedaan antara suku Gayo dengan orang Aceh, maka sesungguhnya perpisahan ini merupakan kerugian bagi orang gayo, karena sesungguhnya yang diyakini oleh suku gayo bahwa mereka merupakan penduduk asli dan penguasa dari Aceh itu sendiri, orang Aceh itu sendiri bagi mereka adalah pendatang. Hal yang perlu diingat juga adalah bahwa budaya orang gayo itu bersifat terbuka dan egaliter, dapat dibuktikan dari adat istiadatnya.
Ternyata ke depan perkembangannya menunjukkan bahwa suku gayo tertinggal oleh orang Aceh dalam hal ini dalam bidang sumber daya manusia (SDM), ditunjukkan dengan adanya data bahwa begitu sedikit orang gayo yang mendapatkan gelar pendidikan S3, S2 dan S1 bahkan Profesor, terlebih lagi jika dilihat tokoh-tokoh nasional yang ada di Indonesia masih amat sedikit suku Gayo itu dibandingkan dengan orang Aceh. Banyak hal yang mempengaruhinya, salah satunya adalah bahwa ketidakmerataan dari pemerintah Aceh dalam membangun daerah-daerah yang ada, hal ini mungkin disebabkan oleh jauhnya daerah-daerah yang akan mereka layani. Keamanan yang tidak kunjung menentu.
Sesungguhnya menurut kami adanya provinsi ALA merupakan sebuah jalan yang saat ini dibutuhkan oleh suku Gayo untuk dapat menunjukkan jatidirinya, mengekpresikan dirinya serta membangun dirinya untukmenjadi lebih baik lagi.

