28 Februari 2009

Pihak-Pihak Yang Tidak Menginginkan Perdamaian di Aceh

Setelah hampir selama 2 minggu saya agak sibuk dengan pekerjaan saya, akhirnya saya bias kembali berdiskusi dengan teman-teman mailing list yang amat saya cintai ini. Ketika saya membaca sebagian isi dari mailing list ini isinya ternyata hampir sama saja, namun isunya sekarang agak lebih di bawa kepada mulai mendiskreditkan Pemerintah NKRI atau mulai “melempar batu sembunyi tangan”.
Namun pada situasi Aceh yang memang sekarang panas ini, hal ini adalah sangat wajar karena berbagai kepentingan bermain sekarang ini, sebagaimana halnya para Caleg berlomba untuk meraup suara atau pecinta perang mulai memainkan kartunya kembali atau para fakir mulai memikirkan kembali bagaimana kiranya mendapatkan uang agar tidak hidup kembali dalam kemelaratan.

Situasi Aceh
“Alangkah senangnya jika saya kembali di Aceh dan ikut merasakan penderitaan orang Aceh,” hal ini yang pertama kali saya ingin katakan ketika saya melihat situasi Aceh sekarang ini, sebagai orang yang tinggal di luar Aceh sebenarnya bukan hal saya untuk mengomentari ini, tapi karena ada beberapa anggota mailing list yang ikut berkomentar seolah-olah ia tinggal di Aceh selama ini, seperti halnya Hasan Tiro yang berkoar-koar di luar negeri sana tanpa mau melihat atau bahkan merasakan penderitaan rakyat Aceh sekarang ini.
Aceh sekarang memasuki babak baru, sebuah babak akhir untuk menghadapi sebuah kenyataan apakah Aceh akan kembali konflik atau Aceh di bawah kepemimpinan Irwandy bisa selamat mempertahankan perdamaian di Aceh.
Pihak-pihak yang sekarang ini bermain di Aceh dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Pertama, Pemerintah Jakarta, inipun rasanya sudah tidak mungkin karena nama besar NKRI dipertahankan dengan perdamaian di Aceh, sudah barang tentu Pemerintah Jakarta tidak akan melakukan hal-hal bodoh berkaitan dengan yang satu ini.
Kedua, oknum TNI yang menginginkan Aceh kembali konflik sebagai bahan emncari rezeki mereka, namun karena dalam satu komando rasanya TNI agak sedikit berkurang bermainnya.
Ketiga, oknum Ultra Nasionalisme yang menginginkan Aceh mendapatkan perlakuan yang sama dengan daerah lain, namun bila dilihat dari sisi nasionalisme mereka maka perdamaian di Aceh merupakan salah satu hal yang bisa menjaga nama NKRI di seluruh dunia dan menjaga keutuhan wilayah tentunya lebih utama dibandingkan dengan perpanjangan peperangan.
Keempat, ultra ALA dan ABBAS yang menginginkan secepatnya terbentuknya ALA dan ABBAS dengan berbagai cara, mereka menginginkan agar pemerintah NKRI melihat bahwa GAM itu tidak dapat memegang janji mereka. Namun tokoh-tokoh ALA dan ABBAS sampai saat ini rasanya masih patuh kepada Pemerintah Jakarta untuk mereka menahan diri dan lebih mementingkan persatuan wilayah NKRI.
Kelima, penegakkan Negara Islam atau penegakkan syariat Islam di Aceh, ini pun sepertinya akan menurun karena Aceh sekarang benar-benar diberikan kebebasan untuk hal yang satu ini, malah sesama komponen Aceh yang kini saling bertengkar dengan berbagai kebijakan tentang hal yang satu ini, berdebat mengani dampak dan kapan pelaksanannya.
Keenam, kalangan moderat GAM yang dikomandoi oleh pemikir muda GAM, mereka adalah orang-orang yang memprakarsai adanya self government di Aceh dengan MoU Helsinkynya. Kepentingan mereka sekarang adalah bagaimana caranya memenangkan legislative untuk dapat memperjuangkan nasib anggota GAM yang sekarang memang dalam keadaan sulit dan terombang-ambing antara perut dan jiwa kemerdekaan serta kembali kepada Jakarta. Mereka rasanya cenderung untuk melakukan pendekatan-pendekatan kepada Pemerintah Jakarta untuk eksistensi mereka bila mereka tidak bisa memenangkan legislative, terlebih lagi Irwandy masih selama 3 tahun lagi memimpin Aceh. Mereka masih bisa menahan diri.
Ketujuh, kalangan konservatif GAM, dalam pemikiran mereka kemerdekaan tidak bisa diganggu gugat, nasionalisme semu mereka tampaknya akan terus dikumandangkan untuk membodohi rakyat Aceh untuk kembali ke dalam konflik. Dalam pemikiran mereka saat ini GAM Irwand CS adalah GAM pengkhianat, melenceng dari jalur kemerdekaan atau mereka merasa ditinggalkan karena ketidakadilan pembagian kekuasaan dan materi.

Sepak Terjang GAM Konservatif/Ashobiyah
Dari ketujuh pihak tersebut, kita akan tahu semua bahwa kemungkinan yang terbesar untuk melakukan ketidakamanan di Aceh adalah pihak ketujuh atau GAM konservatif, situasi Aceh yang memburuk ini akan dijadikan mereka sebagai ajang pemanasan untuk kembali membawa rakyat Aceh ke dalam konflik, hal yang akan mereka lakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, “Aksi Adu Domba”, mereka akan terus menggesek-gesek antara lain adalah Partai berhaluan Islam atau Parnas dengan Partai Lokal, kemudian ultranasionalisme Indon dengan ultranasionalisme Aceh Merdeka di ALA dan ABBAS, meningkatkan konflik sukuisme antara Jawa, Aceh dan Gayo atau ALA/ABBAS dan sukuisme Aceh, mendiskreditkan Pemerintahan Aceh sekarang terutama Irwandy Nazar dengan musuh-musuh mereka, menyusup ke dalam LSM-LSM sekaligus memeceah SIRA, melakukan tindakan-tindakan “lempar baru sembunyi tangan” melalui provokasi media dan aksi-aksi penghasutan dan kekerasan terbatas.
Kedua a, membangun kembali militansi New Generation GAM di Aceh dalam jangka waktu yang bertahap. Dalam pemikiran mereka tentunya setiap aksi hasutan yang mereka lakukan tentunya akan membawa hasil sedikit banyaknya, maka mereka akan melakukan gerakan bawah tanah dengan nasionalisme Aceh yang tinggi. Bila tahapan pemilu ini mereka gagal maka mereka akan kembali bermain di tahapan pemilihan Gubernur.
Kedua b, bila adudomba mereka berhasil maka Aceh dapat dipastikan menjadi sebuah pengkaderan baru untuk new generation GAM kedua, mereka pun akan mengumumkan pemimpin baru GAM pengganti Hasan Tiro. Mereka tentunya akan menjadikan gugurnya banyak rakyat Aceh dalam scenario mereka sebagai pahlawan atau mati syahid menurut mereka (padahal mati sia-sia). Aceh kembali ke dalam konflik.
Bayangkan hanya dengan 2 pemikiran ini saja kita akan melihat bahwa ACeh akan mudah konflik, bukan Jakarta yang tidak ikhlas menuju perdamaian Aceh akan tetapi GAM Konservatif yang masih menginginkan ambisi mereka untuk menghancurkan perdamian dan membawa rakyat Aceh kembali ke dalam konflik, hanya karena apa ? “Hanya karena ego MERDEKA BODOH SIALAN mereka.

Terakhir dari saya, agar rakyat Aceh jangan mau diadudomba, kembalikan semuanya kepada pihak keamanan, jangan takut kepada intimidasi, segera laporkan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, perkuat keamanan sipil anda semua, persenjatai diri anda.
Sekarang ini ada isu yang mengatakan bahwa daerah ALA dan ABBAS ada milisinya, padahal mereka melakukan sebuah penjagaan terhadap keamanan mereka seperti halnya SISKAMLING, jadi jelas GAM Konservatif ini masih terus dengan isunya agar mereka leluasa mengumandangkan adudomba mereka.
NKRI sudah FINAL, KEMERDEKAAN BODOH harus ditinggalkan, MERDEKA DARI KEBODOHAN DAN KEMISKINAN itu yang utama bukan ASHOBIYAH.
Selamat Berjuang Menjaga Perdamaian.

13 Februari 2009

Arogansi Parlok Menjelang Pemilu

Mencaci Maki BIla Tidak Setuju
Sudah sangat nyata ada petentangan dari Parlok yang mendukung GAM dengan beberapa pihak ternyata dijadikan sebagai cacian dan makian. Padahal dalam hati saya hanya bisa berkata "Emang siapa Lo ? Tuhan juga bukan" atau saya memandang mereka ini dengan kasihan sambil berkata dalam hati "Yah, inilah akibat konflik berkepanjangan, sungguh kasihan...".
Ada yang berbahaya disini bagi mereka sebenarnya karena perlu diwaspadai bahwa sesungguhnya nama mereka yang semakin lama semakin mendapati bahwa mereka semakin tenggelam ke dalam kehancuran, mereka semakin kerdil dengan keakuan mereka, mereka melupakan bahwa Islam tidak pernah membicarakan ashobiyah.
Terlebih lagi ternyata kekerdilan jiwa mereka ditambah dengan dendam yang membara seolah-olah mereka mempunyai semangat nasionalisme Aceh yang tinggi, padahal mereka tidak lebih dari budak nasionalisme itu sendiri. Mereka sudah melupakan korban yang harus dikorbankan demi ambisi mereka, mereka mendahulukan ambisi mereka dibandingkan dengan humanisme dan keluhuran budaya Aceh.
Nasionalisme apa yang anda bawa ? Itulah yang selalu saya pertanyakan. Negara Aceh baru hidup pada abad 13 atau 14 sampai abad 19 yang merupakan sebuah perjalanan dalam setiap kehidupan peradaban manusia. Coba saja kita pikirkan apa yang akan terjadi kalau tiba-tiba Yunani meminta kekuasaannya kembali atau ketika Mongolia meminta agar daerah jajahannya dikembalikan atau Jepang dan Belanda. Lucu bukan? Hal inilah yang menyebabkan Islam melarang adanya perjuangan secara ashobiyah walau Islam menghargai suku bangsa yang diciptakan untuk saling mengenal satu dengan yang lain, bukan malah menjadikan mereka seolah-olah lebih baik dari suku bangsa yang lain.
Hal inilah yang terjadi pada Yahudi, mereka menganggap bahwa bangsa mereka adalah yang paling tinggi derajatnya sehingga menganggap derajat bangsa lainnya rendah. Dalam sejarah Yahudi selalu di atas dan di bawah, mereka di atas ketika mereka di jalan Allah dan mereka di bawah ketika mereka mulai melawan kehendak Allah, pembasmian Yahudi di Eropa dan beberapa benua lainnya pada waktu yang lalu adalah karena watak mereka yang licik dan tidak bisa dipercaya.
Nah, semua-semua itu yang saya takutkan melekat pada bangsa Aceh, tidak semuanya tentunya, lebih kepada GAM dan antek-anteknya yang sekarang masih menginginkan kemerdekaan, yang masih menganggap Jawa itu suku yang lebih rendah daripada mereka, begitu juga Gayo secara diam-diam. Ketika orang Aceh melihat Gayo mereka seolah-olah melihat suku yang terbelakang sehingga mereka tidak sadar bahwa ternyata mereka secara pasti dan perlahan baik disadari maupun tidak disadari sedang menuju kemunduran-kemundur an bahkan ada kemungkina mereka bisa jadi akan tertumpas juga bila terus melakukan tindakan-tindakan yang ashobiyah.

Memaksakan kehendaknya secara arogan
Sebulan ini kita dapat melihat bagaimana arogansi dari Partai Lokal yang dengan seenak muyangnya menghina PKS, seperti dengan kejadian dari caleg PKS yang tertangkap di Panti Pijat atau banyak isu lain yang dikeluarkan melalui singkatan-singkatan yang tidak jelas tersebut.
Inilah yang saya katakan bahwa Partai Lokal ini baru belajar berpolitik, lihat PKS menjawab semua tudingan mereka dengan santun, inilah bakal calon partai besar yang akan menguasai Aceh kelak, insya Allah.
Padahal kalau dilihat kearoganan itu merupakan bentuk intimidasi dari mereka sendiri, sebuah bentuk yang memperlihatkan bahwa mereka tidak panjang akal, seorang manusia yang cerdas akan sebisa mungkin menghindar dari bentuk-bentuk yang memperlihatkan ketidakmampuannya melalui intimidasi ini. Kotor lagi intimidasinya.
Dapat dibayangkan apabila di Aceh tidak ada TNI atau Polisi atau Milisi tentu mereka akan semakin arogan dengan kekuasaan, seolah mereka adalah yang paling memperjuangkan rakyat Aceh padahal mereka sebenarnya sudah dianggap sampah oleh rakyat Aceh karena hanya pandai mengangkat senjata dan mengancam yang dapat dilakukan oleh setiap anak-anak yang baru besar dengan jiwa yang sedang marah. Ini harus diubah kalau Aceh mau maju nantinya ke depan.

Kenapa Parlok harus menang ?
Semua juga mengerti bahwa Partai Aceh harus menang karena ada beberapa hal mendasar yang saat ini mengancam anggota Partai Lokal, pertama, kenikmatan hidup yang selama ini sudah dinikmati akan hilang jika mereka tidak memenangkan legislatif karena mereka tidak punya kuasa apapun saat ini. Kedua, harga diri mereka sekarang sedang diujung tanduk bila mereka tidak menang legislatif baik di dunia internasional maupun di Aceh sendiri, menunjukkan kepada dunia luar bahwa memang Aceh itu ya bukan GAM, tapi manusia cerdas yang cinta perdamaian bukan menjadi pemberontak, atau kebosanan terhadap GAM selama ini. Saat ini ketika mereka memegang sebuah kekuasaan, mereka mendapatkan segalanya tapi mereka malah kehilangan simpati dari rakyat Aceh. Ketiga, memberi makan kepada anggota GAM yang sampai saat ini tidak mempunyai keterampilan hidup dan tidak bisa masuk TNI karena segala macam pernyaratan atau egoisme masing-masing. BRR sudah habis, kalaupun digunakan dana APBD untuk memberi makan mantan kombatan itu tentunya akan berujung semakin jatuhnya wibawa GAM di masyarakat Aceh. Keempat, kalaupun mereka kembali mengumandangkan perang kembali nampaknya rakyat Aceh sudah bosan dengan ini semua, mereka sudah memprediksikannya dengan baik. Bahkan perjanjian ini tentunya sudah dimanfaatkan oleh masing-masing pihak untuk saling mempelajari satu dengan yang lain dengan lebih dalam lagi.

Terus Gimana ?
Rakyat Aceh harus tetap tenang, selalu dekat dengan pihak keamanan, dalam masa panas ini akan ada isu-isu yang dinaikkan terlebih lagi pada daerah konflik, anda semua perlu bersabar dan menggunakan hati nurani anda untuk mendukung partai manapun yang anda sukai.
TNI atau Polisi relatif netral karena bagi mereka semua NKRI sudah final, sehingga peran mereka sekarang teramat besar untuk memberikan kebebasan kepada anda, sedikit ada intimidasi langsung laporkan. Ini penting sebagai peringatan bagi mereka.
Agar selalu mengingat hasil apa yang didapat dari konflik selama 30 tahun ini, hanya demi kepentingan GAM saja dengan MoU Helsinkynya, camkan ini dalam hati dengan baik-baik. Kalaupun tidak mau dikatakan perang bodoh maka dapat dikatakan sebagai perang sia-sia.
Dalam sebuah perang maka korbannya adalah rakyat biasa, mau tidak mau andalah yang menjadi korban, tanamkan dalam hati anda, kalau bisa hidup dengan damai kenapa harus perang ?
Lantas ingat juga bahwa Islamlah yang membawa Aceh berjaya bukan nasionalisme yang tinggi, kalau Aceh dahulu seperti sekarnag maka dapat dipastikan bahwa Aceh tidak akan pernah maju karena pola pemikiran mereka selalu konflik, keakuan mereka paling tinggi. Lihat dalam blog saya www.cossalabuaceh. blogspot. com pada label GAM dengan judul Konsep Perang Bodoh.
Maka pilihlah partai yang berideologi Islam, karena itulah Aceh bukan nasionalisme yang semu dan sia-sia selama ini, karena Aceh tidak akan pernah bisa disatukan dengan nasionalisme sampai kapanpun bila kita melihat banyaknya suku bangsa di Aceh yang sekarang bertambah dengan saudara kita dari Jawa. Hanya Islam dan adat istiadat yang membuat Aceh menjadi kuat sejak dulu.

12 Februari 2009

Kebangkitan Gayo Tinggal Menunggu Waktu

Tulisan ini bisa mengalir ketika saya membaca tulisan dari serinen, Subayu Loren, saya yang amat luar biasa, yang berjudul “Bila Keislaman Masyarakat Gayo Kembali”, tulisannya bisa diberikan nilai plus, sebuah tulisan yang mencoba menggugah kebanggaan orang Gayo menjadi Gayo dengan semangat Islam, luar biasa.
Kekeberen Gayo yang juga merupakan peninggalan dari Muyang Datu masyarakat Gayo juga telah memperlihatkan bagaimana besarnya orang Gayo dahulu, sebuah suku yang berasal dari Ruum kemudian berhasil mendirikan kerajaan-kerajaan pada pesisir selatan, menguasai Kute Reje pertama kali, bisa menjadi Reje di Perlak, menjadi Reje diberbagai tempat pada pesisir utara pulau Sumatera. Benar atau tidaknya cerita ini, menunjukkan bahwa suku Gayo itu tidak mau berada di bawah, suku Gayo itu tidak mau dijajah.
Namun, dibalik keunikan itu semua suku Gayo juga menjadi sebuah suku yang terbuka, mereka lebih mementingkan Islam dari pada kesukuannya. Suku Batak sudah lama bercampur dengan suku Gayo bahkan juga sudah menghasilkan keturunannya yang mempunyai marga, suku Padang juga telah melakukan perkawinan dengan suku Gayo bahkan mereka menetap pada daerah Blang Kjern sekarang ini, bahkan suku Aceh pun menjadi favorit bagi suku Gayo untuk menjadi menantu dengan kawin angkapnya. Bila dilihat dari ini semua adalah hal yang sangat biasa jika nanti suku Jawa juga melakukan percampuran kebudayaan melalui perkawinan dengan suku Gayo. Sungguh ini merupakan sebuah modal bagi suku Gayo untuk menjadi seorang pemimpin.
Lantas kemudian pertanyaannya adalah apakah ini tidak akan menghilangkan adat istiadat dari suku Gayo itu sendiri ? Tentu saja tidak, karena sudah terbukti selama suku Gayo menggunakan adat istiadat mereka maka mereka akan tetap bertahan dengan bahasa gayonya dengan adatnya. Kemudian juga dipertanyakan jika kemudian suku Gayo terus melakukan percampuran kebudayaan lantas dimana suku asli Gayo ?
Menurut saya suku asli Gayo itu sudah tidak ada lagi, secara rasional suku asli Gayo dikatakan berasal dari suku melayu tua atau dari bangsa Ruum, masih dalam penelitian dan perdebatan, dan ini terjadi sejak tahun 1000 an M, menurut Kerajaan Linge I. Lantas ketika persilangan perkawinan ini terjadi apakah masih ada suku asli Gayo selama berabad-abad mereka melakukan perkawinan dengan suku Batak, suku Padang, suku Aceh, etnik China, atnik Arab dan terakhir suku Jawa.
Kebanggaan masyarakat Gayo adalah ketika mereka menggunakan bahasa Gayo sebagai bahasa mereka sehari-hari, menggunakan adat istiadat Gayo dalam kehidupan mereka sehari-hari, itulah sekarang kebanggaan menjadi Gayo, bukan suku apa mereka, kebanggaan menjadi suku Gayo adalah ketika Islam menjadi pedoman hidup orang Gayo.
Menurut salah satu tokoh Gayo M. Yunus Melalatoa, mencatat sedikitnya ada 5 faktor yang menyebabkan terjadi perubahan kebudayaan sebuah masyarakat, antara lain; 1) faktor perubahan komposisi penduduk, 2) perubahan sumber daya alam dan lingkungan fisik, 3) penemuan teknologi baru, 4) adanya invasi; adanya penjajahan oleh kelompok lain, peperangan, dan 5) kontak dengan masyarakat lain dan kebudayaan masyarakat lain itu menggantikan kebudayaan setempat.

Faktor Perubahan Komposisi Penduduk
USA atau Amerika Serikat sekarang ini merupakan sebuah Negara yang paling menguasai dunia, namun penduduk asli mereka adalah Indian Cherooke, ibunya Presiden USA sekarang Obama. Namun kemajuan USA bukan karena suku Indian di mulai ketika masuknya imigran-imigran yang berasal dari Eropa dan Asia bahkan kemudian berkembang dengan lebih jauh lagi dari Afrika, dahulunya mereka di bawa sebagai budak. Sejarah Amerika juga memperlihatkan bahwa ketika itu mereka untuk mendapatkan dataran Amerika harus mendapatkan perlawanan dari suku Indian.
Atau Australia, sebuah Negara yang dahulu suku aslinya adalah suku Aborigin, lantas seperti halnya dengan suku Indian mereka juga merasakan ketidaknyamanan ketika pendatang memasuki wilayah mereka. Mereka juga melakukan perlawanan, tapi yang terjadi adalah terus masuknya para pendatang tersebut untuk mengolah hasil bumi yang ada pada Australia tersebut.
Kita akan lihat bahwa apa yang dikatakan oleh M. Yunus Melatoa adalah sangat benar bahwa ternyata perubahan komposisi penduduk akan membawa perubahan yang besar pada pola pikir masyarakat tersebut. Ini adalah hal yang teramat rasional sekali, ketika sebuah kelompok lain masuk maka sudah barang tentu ia membawa peradaban baru dari tempatnya berasal. Ini pada dasarnya akan membawa perubahan-perubahan menuju lebih baik atau menuju tidak baik, tergantung bagaimana penduduk yang terleih dahulu tiba itu atau penduduk yang datang berkoloborasi dalam interaksi kehidupannya. Atau juga tidak terlepas dari kebudayaan mereka dan agama yang mereka anut tentunya.
Keunikan dari suku Gayo adalah suku ini berhasil bertahan dengan kegayoannya sudah selama 20 abad lamanya, bahkan mereka juga tetap berhasil dengan bahasa dan istiadatnya hingga kini, dengan Islamnya. Mereka amat bangga dengan kegayoannya, walau akhir-akhir ini sepertinya terlihat pergeseran nilai-nilai Gayo pada masyarakat Gayo karena dampak dari teknologi informasi pada era globalisasi saat ini. Dan ini tidak hanya terjadi di Gayo tapi pada setiap belahan dunia saat ini. Sekarang kita akan melihat bagaimana suku Gayo dapat bertahan dengan adat istiadat dan bahasanya. Dan ada keyakinan saya kalau masyarakat Gayo akan tetap bertahan dengan adat istiadat dan bahasanya, kita akan lihat.
Perubahan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Fisik
Ketika dahulu masyarakat Gayo dari dahulu hingga sekarang pekerjaannya adalah pertanian maka ini memperlihatkan bahwa suku Gayo itu bergantung kepada alam, dengan alamnya yang subur, sehingga mau tidak mau itu akan memperngaruhi watak dan karakter mereka.
Karakter mereka yang bertani adalah anti konflik, dalam arti mereka tidak suka konflik, mereka lebih menyukai kehidupan mereka saat ini. Itulah yang menyebabkan sebagian orang mengatakan masyarakat Gayo itu pemalas dengan kondisi alam dan kesuburan tanahnya itu.
Namun, seperti malasnya mereka, maka mereka akan tumbuh menjadi manusia-manusia yang cerdas, anak-anak yang bebas bermain dengan alamnya, anak-anak yang selalu riang gembira menikmati setiap keindahan alam dan rangsangan-rangsagan alam terhadap otaknya, terlebih lagi buat anak usia dininya.
Ini dibuktikan dengan sejarah yang sering kali mencatat bahwa setiap orang Gayo yang merantau ke negeri orang maka ia akan menjadi lebih besar. Banyak tokoh-tokoh Gayo sebenarnya di dunia ini, baik dalam dan luar negeri, terlebih lagi sekarang, baik mereka yang sedang menuntut ilmu maupun yang sudah bekerja. Keburukan mereka adalah ketika mereka sudah berhasil mereka sering kali lupa untuk pulang ke kampungnya, membangun kampungnya. Belum lagi belah-belah pada diri mereka yang sangat kuat, ada uken ada toa, ada bintang, ada ketol, ada bukit dan lain sebagainya. Semuanya semakin memperlihatkan bahwa sesungguhnya memang bangsa Gayo itu terdiri dari genetika yang berbeda-beda, mereka sangat kuat belah-belahnya. Yang bisa menyatukan mereka semua adalah satu yaitu Islam.
Keuntungan dari generasi Gayo saat ini adalah mereka relative aman dari konfli, orang Gayo harus berterima kasih kepada tetua-teua dahulu kita yang cepat sadar untuk tidak mengikuti konflik berkepanjangan yang dicanangkan oleh Hasan Tiro dengan konsep Perang Bodohnya, karena mereka labih mementingkan persaudaraan sesama muslim, mereka tidak mau terjebak dalam konflik yang menyebabkan anak cucu mereka menjadi hancur.
Generasi Gayo selangkah lebih maju dari generasi Aceh korban konflik saat ini, belum lagi mereka yang saat ini sudah bersekolah dengan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Potensi inilah yang harus terus kita kembangkan. Potensi inilah yang sekarang akan mampun mengambil kembali Aceh dari orang-orang Aceh sekarang.
Kemengan lingkungan ini agar segera dicermati oleh generasi-generasi muda Gayo untuk terus maju ke depan memajukan Gayo. Baiknya mereka mulai berpikir untuk kembali ke Gayo dan membangun tanoh Gayonya. Namun perlu diingat oleh mereka yang berada di Gayo agar member kesempatan bagi mereka yang di luar Gayo untuk sumbangsihnya, memberikan mereka jalan menuju pembangunan Gayo.
Atau jika perlu mereka mengambil alih Aceh dengan kecerdasan mereka, generasi muda Gayo dipastikan lebih sabar dan santun, selain intelektual mereka tinggi mereka juga akan pandai dalam mengendalikan emosi, sehingga mereka akan lebih cepat mencuat dari pada teman-temannya dari Aceh korban konflik.

Penemuan Teknologi Baru
Perubahan-perubahan di Gayo tidak terlepas dari masuknya teknologi, saat ini informasi begitu cepat masuk ke Gayo yang terkadang membutuhkan sebuah filter bagi mereka, jadi kembali ke adat adalah harus, penegakkan syariat Islam is amust.
Hal yang perlu diingat bahwa masuknya teknologi itu juga tidak mungkin dihindari, mereka akan datang sebegitu derasnya tanpa bisa dicegah. Ini menjadi kegalauan tidak hanya menjadi pemikiran dari tokoh-tokoh Gayo akan tetapi menjadi pemikiran dari berbagai tokoh dari berbagai daerah. Masuknya teknologi itu berdampak kepada perubahan pola pikir yang harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua yang mempunyai anak, seorang suami yang mempunyai istri, seorang istri yang mempunyai suami, seorang atasan yang mempunyai bawahan, seorang bawahan yang mempunyai atasan dan lain sebagai pada setiap tingkatan strata sosial masyarakat.

Invasi Kelompok Lain Dan Kontak Dengan Masyarakat Lain Dan Kebudayaan Masyarakat Lain Itu Menggantikan Kebudayaan Setempat
Orang Gayo merupakan karakteristik yang unik, saya sering kali menyebutkanya seperti filosogi tari guel, orang Gayo itu pintar untuk mengikuti sebuah kebudayaan yang ternyata dampaknya adalah membawa masuk budaya tersebut kedalam Gayo. Menurut saya ini bukan merupakan sebuah kebodohan atau ketakutan, ini merupakan sebuah kecerdasan seorang manusia, dalam sebuah ilmu kecerdasan dikatakan orang seperti ini mempunyai akal yang panjang, mereka jarang sekali ingin jatuh ke dalam sebuah konflik tapi mereka tidak pernah takut konflik karena malu mereka amat besar. Inilah keunikan suku Gayo.
Bila saja keunikan-keunikan ini terpelihara dari konflik maka akan lahir tokoh-tokoh besar dari Gayo, dengan memberikan mereka sedikit pengetahuan tentang bagaimana bisa mengaktulisasikan diri dengan baik. Bagaimana bisa mengungkapkan pemikirannya bagi kepentingan dirinya.
Sehingga Gayo tidak pernah dijajah siapapun, siapa yang menjajahnya malah menjadi sahabat atau temannya, bahkan dijadikan saudaranya. Hebat bukan suku Gayo kami ini. Suku apapun yang akan datang ke Gayo merasakan hal yang sama, ntah itu Aceh, Gayo atau Padang, mereka cenderung lebih tunduk kepada Gayo.
Suku Gayo juga lebih mengutamakan keselamatan mereka terlebih dahulu, mereka tidak mau ikut-ikutan dalam konflik yang berkepanjangan jika itu hanya merugikan mereka. Sejak dahulu saya ingin meneliti tentang orang Gayo, saya lahir dan besar di Jakarta, saya yakin filosofi bangsa Gayo ini adalah pantas untuk disejajarkan dengan filosofi bangsa-bangsa besar di dunia ini.
Dan perlu juga disadari bahwa salah satu yang membuat besar Aceh adalah suku Gayo. Karena kalau Aceh menggunakan pola pikiran GAM seperti sekarang ini sudah dipastikan Aceh tidak akan jaya seperti dahulu. Sifat mereka adalah seperti Banteng, tidak bisa dikatakan tidak, kalau A ya A, kalau B ya B bahkan mereka rela menipu untuk itu.
Beda dengan Gayo mereka pada dasarnya tidak pernah memperlihat sesungguhnya apa keinginan mereka, mereka begitu santun, dalam kemarahanpun mereka berpikir keras, mereka menguasai amarah mereka. Saya bahkan menilai Gayo itu perpaduan dari Padang dan Jawa dengan kekerasan Aceh pada tempatnya. Indah bukan. Sayang sifat malu orang Gayo terlalu besar sehingga mereka malu mengungkapkan pemikiran dan diri mereka, inilah yang nanti kedepan menjadi permasalahan tokoh-tokoh Gayo.
Gayo adalah suku besar, mereka sampai saat ini masih bertahan adat istiadat mereka.

Gayo Akan Menguasai Aceh
Dari pembahasan di atas dapat terlihat bahwa cepat atau lambat orang Gayo akan semakin maju selama mereka tidak terlibat konfilk dalam PERANG BODOH. Orang Gayo, Jamnee atau Aceh lain yang terbebas konflik, sekarang sudah melangkah di depan dibandingkan dengan orang-orang Aceh korban konflik yang rasanya mereka akan menjadi suruhan-suruhan orang orang-orang yang cerdas tersebut.
Namun permasalahannya adalah orang-orang Aceh sekarang sudah mengetahuinya dan mereka melakukan sebuah gerakan “Asal Bukan Gayo“, peran mereka sejak dahulu selalu dibatasi dengan harapan merekalah nanti yang akan maju ke depan.
Ironisnya lagi, sebagian dari mereka kini sedang mencoba membawa Gayo kembali ke dalam konflik, inilah yang menyebabkan ALA dan ABBAS selalu didengungkan oleh mereka karena mereka ketakutan dalam konflik kembali, terlebih lagi dengan konsep yang membenci sebuah suku yang kini hidup dengan damai di Gayo.
Tapi dari sisi kecerdasan with ALA or No ALA, Gayo akan menguasai Aceh, menguasai orang-orang yang baru tenang kalau di cocok hidungnya dengan uang dan harta, bagi orang Gayo ini adalah makanan empuk, belum lagi nanti keluar keberanian Gayo yang selama ini memang ditakuti oleh orang Aceh sejak zaman muyang datu Aceh dan Gayo itu ada.
Jelas, tidak ada alasan Gayo tidak akan menguasai Aceh, bahkan ada kemungkinan Indonesia ini bisa dikuasai oleh generasi penerus Gayo kelak.
Tidak ada ALA maka kita akan kuasai Aceh melalui tangan yang lain, inilah orang Gayo yang sering kali dikatakan pengkhianat oleh GAM karena keengganannya untuk masuk ke dalam GAM, panjang akal dan berani.
Waktunya orang Gayo sekarang ini harus mampu untuk menjadi yang terbaik, tidak terjebak Perang Bodoh, terus menuntut ilmu generasi mudanya, jangan mau dinjak-injak, jangan mau di tusuk hidungnya seperti kerbau karena masa kita akan segera tiba. Seluruh penjuru angin telah mendukung kita.
Masuk saja kalian ke PRA, ke PA atau ke SIRA, kuasai mereka, mereka itu orang yang mudah dikuasai sebenarnya, maka tidak heran sebentar lagi orang-orang Gayo akan menguasai Aceh. Tapi ingat orang Aceh itu akan terus menjegal kamu, makanyaaa pintar-pintarlah menyusun perencanaan, nanti kalau kau kepepet barulah kau berpikir bahwa ALA itu penting. Bayangkan perjuangan ALA akan terus berlanjut selam ketidakadilan ada. Sedangkaan GAM hanya akan menjadi musuh rakyat Aceh kelak jika konsepnya dengan Perang Bodoh ini dilanjutkan.

Bila Keislaman Masyarakat Gayo Kembali
Oleh : Subayu Loren

Masyarakat Gayo yang menyebut dirinya dengan “Urang Gayo”, adalah pemeluk agama Islam. Secara lahiriah ke-Islaman orang Gayo dapat dilihat dari pola perkampungan dengan bangunan Mersah, Joyah dan Mesegit. Bagi masyarakat Gayo, agama Islam dengan segala Akidah dan Kaidahnya merupakan acuan utama perilaku mereka yang bergandeng dengan norma Adat. Keterjalinan antara Agama (Milad) dan Adat ini terekam jelas dalam ungkapan “Edet mungenal hukum mubeza” atau “Edet Pegerni Agama”[1].

Ada banyak interpretasi tentang ungkapan “Edet Pegerni Agama”[2], salah satu pengertian yang cukup kuat mengungkap maksud ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat Gayo pelindung Islam. Dengan kata lain bila Agama mengatakan “satu”, maka orang Gayo mengatakan “tiga”[3]. Ambil contoh kasusnya tentang persaudaraan, dimana orang Gayo mengatakan dirinya sebagai satu Ayah dan Ibu, dan karenanya saling mengamankan. Di masa lalu, ketika adat masih berfungsi, Agama berjalan dengan baik. Silaturrahmi yang dilandasi kasih sayang, dan menjadi keseharian masyarakat Gayo ini dinyatakan dengan ungkapan “sara urang”[4] artinya satu persaudaraan.

Manifestasi ungkapan “sara urang” dapat dicerna dari terjaminnya keamanan “beberu” atau gadis dari berbagai ancaman kejahilan orang atau pihak lain. Perwujudan “sara urang” juga diperlihatkan dalam tata hidup lokal masyarakat “belah”, dimana tidak ada sawah yang tidak tergarap atau “talu”[5] meski pemiliknya adalah nenek-nenek yang sudah menjanda. Pemuda dan pemudi dengan telah mengambil tanggungjawab menggarap sawah, menyemainya, merawat sampai panen.

Kini, persaudaraan Gayo sebagaimana terangkum dalam ungkapan “sara urang” sulit ditemui, karena pranata Adat Gayo tidak lagi berfungsi dan berperan. Bahkan masyarakat Gayo sekarang jatuh ke dalam kekacauan. Kita biasa dengan pemandangan perkawinan antara pemuda dan pemudi di dalam sebuah kampung yang tidak lagi dianggap aib, sudah lumrah terjadi.

Bila terjadi kekecauan di internal urang Gayo, maka persaudaraan urang Gayo dengan masyarakat tetangganya terikut. Hubungan antara urang Gayo dengan tetangganya terangkum dalam ungkapan Adat “Beloh Sara Loloten, Mewen Sara Tamunen, Ke Bulet Lagu Umut, Ke Tirus Lagu Gelas” pun tinggal ungkapan. Konsepsi persaudaraan ini juga sedang menuju tahap kehancurannya. Bila di masa lalu, bila ada yang menyerang Gayo maka “Ureung Acheh” akan ikut membela, begitu kebalikannya bila ada pihak yang menyerang orang Aceh, maka Urang Gayo akan ikut membela. Sekarang dan di masa depan, jalinan hubungan persaudaraan Aceh dengan Gayo diprediksi tidak lagi seindah dulu. Penyebabnya baik masyarakat Gayo maupun Aceh sudah diintervensi pengaruh luar. Akibatnya, jangankan Aceh dengan Gayo akan terpisah, Gayo dengan Gayo sendiri telah terbelah.

Dengan demikian pula keamanan masyarakat Gayo tidak lagi terjamin seperti dulu. Di masa sekarang, bila terjadi peristiwa tragis, dimana ada orang yang me “roba”[6] saudara perempuan kita, masyarakat cenderung diam, tutup mulut. Padahal dulu, baru iseng mengganggu anak gadis, bisa menyebabkan perang. Karena jalinan seperti itulah, maka dikatakan Edet Gayo tersebut sebagai pagarnya Agama. Ketika Adat Gayo “hilang”, masyarakat Gayo sekarang diibaratkan seperti kebun kehilangan penjagaannya. Binatang dengan leluasa mengobrak abrik isi kebun. Sampai pada tahap ini, karena malu sudah hilang, maka perilaku orang Gayo pun tak lebih baik pula dari binatang. Serbuan budaya luar tidak hanya ditujukan untuk merusak Milad “Agama” tetapi ditujukan untuk merusak inti masyarakat Gayo, yaitu pengalihan “urang Gayo”, dari manusia kaffah kepada manusia bukan kaffah. Yang mementingkan Jasmani daripada Rohani. Penjelasan ini, amat terkait dengan maksud Adat Gayo sebagai pagar Agama.

Tidak lagi seperti sediakala, Adat Gayo diakui telah mengalami perubahan, karena tidak lepas dari pengaruh lingkungannya. M. Yunus Melalatoa, mencatat sedikitnya ada 5 faktor yang menyebabkan terjadi perubahan kebudayaan sebuah masyarakat, antara lain; 1) faktor perubahan komposisi penduduk, 2) perubahan sumber daya alam dan lingkungan fisik, 3) penemuan teknologi baru, 4) adanya invasi; adanya penjajahan oleh kelompok lain, peperangan, dan 5) kontak dengan masyarakat lain dan kebudayaan masyarakat lain itu menggantikan kebudayaan setempat[7].

10 Februari 2009

Percakapan GAM dan Orang Jawa

Oknum GAM : Hai Jawa, anda harus tahu bahwa Aceh ini tidak pernah dijajah, 1 inchi pun tanah ini tidak pernah dijajah, kami punya jiwa Merdeka.

(Walau ternyata di Aceh terdapat bangunan-bangunan Belanda yang saat ini masih berdiri, walau ternyata Snouck Hougronge telah berhasil mengadudomba orang Aceh. Walau ternyata ada sosok Daud Beureuh yang memilih mengikat rakyat Aceh dengan NKRI berlandaskan persaudaraan)

Jawa : Iya Aceh, kalian memang tidak pernah dijajah, bahkan kalian malah mengaku dijajah Jawa, tapi malah mengaku-ngaku dijajah Jawa. Bodoh ya kalian...he he he.

(Bagi Jawa yang sudah berpengalaman dijajah oleh Belanda dan Jepang yang menyebabkan mereka melahirkan strategi perjuangan filosofi blankon jawa merasa lucu dengan orang Aceh. Mereka itu begitu bangga dengan sejarahnya sampai akhirnya mengorbankan semuanya, bagi mereka kemerdekaan adalah nomor 1, sehingga akhirnya harus menggunakan konsep perjuangan BODOH, Penjajah Jawa - Indon)

Oknum GAM : Loh, kami tidak bodoh, kami berjuang, dan dalam berjuang pengorbanan adalah sesuatu yang harus, bagi kami mereka semua adalah syahid, mereka yang tewas adalah pahlawan.

(Walau orang Aceh itu tidak pernah melihat dengan kepala dingin bahwa perjuangan mereka itu adalah ashobiyah, perjuangan mereka itu bukan dari golongan Muhammad, mereka juga tidak pernah menghargai kesepakatan pendahulu mereka yang telah bersumpah untuk di bawah NKRI, ukhuwah Islamiyah. Malah sebagian ulama katakan bila niat mereka salah atau mereka mati tidak dalam rangka membela diri maka dapat dipastikan mereka mati dengan masuk ke dalam neraka, atau syahid. Belum lagi ketika mereka telah membunuh sesama muslim yang juga niatannya adalah membela diri atau menyelesaikan tugas negara, bahkan niat mereka juga mungkin membela agama Allah, karena taat kepada Ulil Amri mereka. Kalau dipikir seperti itu hanya membuat bulu kuduk kita merinding karena telah membawa perang saudara sesama saudara seiman)

Jawa : Apa kalian tidak menyesal, alih-alih meningkatkan SDM malah menurunkan SDM, alih-alih mensejahterakan malah menyengsarakan, alih-alih merdeka malah semakin terjajah, alih-alih menjadi cerdas malah semakin bodoh. Terus apa kalian pikir kami orang Jawa akan membiarkan kamu merdeka, padahal kita sudah jadi satu dalam NKRI sejak dulu ?

(Jawa bagi GAM merupakan sebuah manifesto dari NKRI, sehingga orang Jawa semakin bangga mengatakan bahwa NKRI itu adalah Jawa, padahal bagi NKRI itu terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ntah itu minang, ntah itu bugis, etnis China, dan banyak lainnya)

Oknum GAM : Oh, sudah saya katakan saya tidak peduli, bagi saya merdeka adalah harga mati, maka kami rela akan berjuang hingga tetesan darah terakhir, lebih putih mata kami daripada tulang kami, dan perang adalah sudah menjadi sejarah dalam hidup kami.

( Ada yang menarik, motto mereka sama dengan salah satu provinsi yang memperjuangkan diri untuk melepaskan diri dari Aceh seperti ALA dan ABBAS, seperti halnya oknum GAM yang mengatakan merdeka bagi mereka juga harga mati)

Jawa : Wah hebat sekali ya anda, jiwa patriotisme anda sangat luar biasa, saya salut dengan anda. Bagi anda, anak anda dan rakyat Aceh layak dijadikan korban untuk perjuangan anda. Hebat sekali anda, tapi apakah seluruh rakyat Aceh mendukung perjuangan anda, atau ini hanya propaganda anda saja ?

(Orang Jawa itu mengetahui tentang ALA dan ABBAS yang sekarang tengah merunduk, juga mereka berkepentingan agar tidak terjadi konflik besar disana utamanya adu domba antara suku Jawa dan Gayo salah satu suku di Aceh, karena perbandingan jumlah akan sama, bila mereka berperang maka yang akan terjadi adalah jatuhnya korban yang hanya akan membuat semuanya menderita dan membuat oknum GAM tertawa)

Aceh : Oh iya, seluruh rakyat Aceh mendukung perjuangan kami, karena rakyat Aceh bukan pengecut, rakyat Aceh mempunyai patriotisme yang tinggi, rakyat Aceh lebih baik mati daripada dijajah. Tidak seperti anda, mental anda adalah mental blankon, mental anda itu mental enggih...enggih. ..enggih. .. Kalian itu feodal semua...

(Tapi ternyata orang Aceh itu lupa bahwa mereka juga dari sebuah kerajaan seperti juga halnya Jawa, sehingga sesungguhnya feodalisme itu tetap ada pada diri mereka. Tapi yang membuat mereka mendapatkan semua ketinggian itu adalah nilai-nilai Islam yang sudah terpatri pada rakyat Aceh, yang mengatakan bahwa semua manusia itu sama di mata Tuhan)

Jawa : Yah, kami memang mengakui bahwa selama 350 tahun kami di jajah, dan kami juga berbentuk feodal atau kerajaan. Tapi bukankah memang seperti itu perkembangan peradaban sejak dahulu. Untuk nasionalisme pun sebenarnya merupakan bagian dari perkembangan sebuah peradaban, seperti halnya perkembangan dari Kerajaan-kerajaan menjadi sebuah negara, bahkan kemudian ada kekhalifahan dalam Islam atau bagaimana Napoleon Bonaparte dan Jengis Khan melebarkan kekuasaannya, bukankah itu salah satu dari perkembangan zaman. Maksud saya apakah anda yakin bahwa anda mau kembali ke era ini yang sepertinya sekarang malah berubah kepada peperangan ideologi atau ekonomi ?

(Orang Jawa ini memang sedikit agak pintar karena ia mengetahui tentang perkembangan seorang manusia, ia melihat bahwa dulu ketika manusia besar melalui kelompok-kelompok kemudian menjadi klan, berkembang lagi menjadi kerajaan, lalu menjadi mengembangkan diri mencari daerah jajahan, sehingga timbul nasionalisme, akhirnya mereka bergabung kembali dalam tataran ideologi dan ekonomi atau regional, semuanya terus bergerak menurut kehendak zaman, inilah yang dipertanyakan apakah Aceh bukannya mundur ?)

Oknum GAM : Kami tidak peduli dengan itu semua, kami hanya ingin merdeka, itu harga mati buat kami. Semua nya akan kami korbankan...

Jawa : Mungkin anda harus belajar dari filosofi kami, itupun kalau anda mau. Yang membuat kami kuat adalah kami tidak mau terlalu frontal, terlebih lagi bila kami dalam keadaan kesulitan atau dalam keadaan lemah. Ini menurut saya ya, anda tu sebenarnya tidak didukung oleh semua rakyat Aceh, karena dalam Islam itu tidak diperkenankan untuk membunuh sesama muslim bahkan anda harus medahulukan perdamaian. Kalau anda dulu kuat karena lawan anda adalah Kafir, maka bantuan Allah terus datang kepada anda. Saya melihat sepertinya anda ini hanya seperti orang yang bodoh dalam perjuangannya, malah anda secara sadar atau tidak sadar telah membawa rakyat anda dalam sebuah kehancuran. Dan saya yakin kalau jika ini anda teruskan maka yang ada hanyalah sebuah bentuk perlawanan baru terhadap gerakan anda.

Oknum GAM : Gini ya, kami itu bukan orang Jawa, kami itu orang Aceh, kami punya sejarah sendiri. Saya tahu anda juga punya sejarah sendiri, dibandingkan Aceh anda bahkan punya tulisan sendiri yang Aceh tidak punya. Bahkan bahasa Jawa merupakan bahasa tersendiri tidak seperti Aceh yang merupakan gabungan dari berbagai bahasa dan jumlah kata yang sangat sedikit. Tapi kami tetap harus merdeka, kami sudah malu, sudah terlanjur.

(Sepertinya oknum GAM itu memang keras kepala, ia tetap tidak peduli walau ia tahu sesungguhnya kalau yang ingin merdeka itu ya Jawa dengan segala sejarahnya yang lebih dahulu dari Aceh. Orang Aceh ini seolah melupakan bahwa Aceh itu dahulu ikut membantu perjuangan Aceh dari kuffar, berusaha melupakan bahwa mereka seiman, berusaha melupakan bahwa korbannya adalah rakyat Aceh juga)

Jawa : Saya sudah tidak tahu berkata apa lagi, yang pasti saat ini orang Jawa lebih maju dari Aceh, anda itu juara 2 untuk termiskin di NKRI, potensi anak-anak anda dipertanyakan malah takutnya nanti anak korban konflik itu hanya jadi suruhan saja atau jadi babu atau jadi penjahat. Kalau anda terus konflik maka nanti akan memegang Aceh adalah kalau tidak orang Gayo atau suku Jamnee atau Jawa, anda akan lihat 20 tahun ke depan. Sudahlah anda fokus saja membangun ketertinggalan anda, kasihan anak cucu anda.

Oknum GAM : Tidak akan pernah, merdeka adalah harga mati.

Jawa : Ya sudah, saya sudah memperingatkan anda, jadi jangan salahkan ketika nanti anda akan dibenci oleh rakyat Aceh sendiri dengan anggapan anda lebih memementingkan kepentingan anda sendiri dengan dalih kemerdekaan dan sejarah, padahal anda tahu korbannya sudah amat banyak dan zaman sudah berubah.

(Oknum GAM tetap dengan prinsipnya yang akhirnya mereka tetap merencanakan kemerdekaan mereka dengan berbagai cara, sedangkan orang Jawa yang sudah berpengalaman itu tentunya tidak akan tinggal diam, sebagai suku tertua tentunya mereka sudah lebih berpengalaman, bahkan sekarang kalau oknum GAM itu menggelar konflik lagi orang Jawa itu mengetahui bahwa NKRI sekarang tidak akan kenal ampun lagi, ALA dan ABBAS pun siap menjadi solusi terbaik rakyat Aceh)

Percakapan di Rumah Sakit Jiwa Antara Tentara dan GAM

Tentara : Hai GAM, asal kau tahu ya, pada dasarnya malas aku ke Aceh sana, lebih baik saya dikirim ke Tim-Tim, malas saya membunuh saudara saya di Aceh. Kenapa ya orang Aceh itu mau-mau saja ikut-ikutan GAM, bingung saya.

Oknum GAM : Kenapa ? Apa kau takut, hilangkan pikiran-pikiran aneh itu dari otakmu, kau ya musuh bagi kami, ini perang bung, kalau kau yang mati ya aku yang mati..

Tentara : Bukan begitu saudara, apa kamu tidak pernah berpikir ketika kamu teriak Allahu Akbar maka aku juga seperti itu. Ini yang selalu jadi pertanyaanku, apakah kita nanti mati syahid atau mati sia-sia ya ?

Oknum GAM : Peduli apa kau pikirkan itu, kita ini prajurit, tugas kita ya perang, kau yang ku tembak atau aku yang menembak kau. Mudah kan. Urusan siapa masuk syurga ya kita serahkan saja kepada pimpinan kita. Bagi GAM, Hasan Tiro bertanggungjawab kepada setiap korban dari anggota GAM..

Tentara : Ha ha ha, sejak kapan orang bisa menanggung dosa orang, emangnya dia itu siapa ? Nabi saja bukan, dia itu hanya manusia biasa kan. Kalau tidak salah kawin sama Yahudi lagi… Heran aku, kenapa ya kalian itu menkultuskan dia? Heran, heran….

Oknum GAM : Jangan sembarangan kau kucincang nanti kau, dia itu orang suci, keringatnya itu kalau kita ambil bisa jadi obat, ludahnya itu bisa jadi emas kalau dioleskan di besi, suaranya itu bisa membuat orang tenang atau membakar semangat orang banyak…

Tentara : Ha ha, kalian anggap kami feudal, tapi kalian lebih dari kami ya feodalnya… ha ha ha…. Kalian begitu menghormati tuan kalian Hasan Tiro tapi malah kalian tidak lebih dari babu nya Hasan Tiro… Kalah ya agama kalian. Asal kau tahu ya dulu kami masuk ke Aceh takut karena Islam kalian, tapi memang semenjak Hasan Tiro kalian itu jadi ketinggalan… he he

Oknum GAM : Wah, jangan seperti itu ya, kalian anggap kami apa ? Hasan Tiro itu manusia suci, anaknya juga suci, mudah-mudahan dia calon pengganti Bapaknya, seperti sultan-sultan di Aceh dulu..

Tentara : Ha ha… sekarang kalian masih pakai system sultan, betul-betul feudal, sangat feudal… Menurut aku kalian itu berubah jauh sekali, kalian telah menghilangkan kebanggaan menjadi orang Aceh…ha ha

Oknum GAM : Kurang ajar kau ya. Dengar ya, orang Aceh itu tidak pernah takut dengan namanya perang, orang Aceh itu pemberani, ah sudahlah tak ngerti kau, kau cuma bisa enggih…enggih… enggih…ha ha

Tentara : Ya ya, tetap saja kalian tidak menang perang kan, sudahlah insyaflah kalian, sudah dihukum Tuhan dengan tsunami, kalau pun perang lagi kalian hanya akan jadi makanan kami, bukan saja orang Jawa tapi NKRI, sadar bung…sadar…

Oknum GAM : Memang apa strategi kalian melawan perang gerilya, coba saya tanyakan kepada kamu…

Tentara : Kami, strategi ? Bung, sekarang itu anda terjepit, sangat terjepit, mikir lah… Selama kalian bawa nasionalisme Aceh kalian akan hancur, karena ya memang itu inti Aceh semangat Islamnya yang kuat, kenapa sih ga sadar-sadar. Kalian itu sudah 30 tahun berjuang dapat apa ? MoU Helsinky ? ha ha ha

Oknum GAM : Jangan salah kau, ini strategi kami untuk mendapatkan senjata kembali, menggalang persatuan, atau mempersiapkan diri untuk hal yang paling buruk sekalipun…he he

Tentara : Lantas apa kami tidak memprediksikannya, lantas apa kami bodoh, ah kau kira semua orang itu bodoh ya. Kalian itu terlalu sombong sehingga tidak sadar kalau diri kalian itu sebenarnya tinggal tunggu hancur aja…

Oknum GAM : Yang penting masih ada semangat di hati kami, masih ada Hasan Tiro di hati kami…

Tentara : Sudahlah, sebenarnya sudah cape saya perang dengan anda. Tapi kalau kau mau lagi ya ayolah semua juga mau, tapi kali ini kau harus berhati-hati sekali. Karena kali ini semua sudah terbukan, lawan dan kawan sudah jelas sekarang, ingat itu.

Oknum GAM : Loh,dari dulu juga sudah jelas kan…he he

Tentara : Apanya yang jelas, kalian membunuh orang Aceh, kami juga membunuh orang Aceh, apa itu yang kau anggap jelas… Jadi curiga saya apa sih sebenarnya kemauan kalian..

Oknum GAM : Kemerdekaan.

Tentara : Ha ha ha, memang kalian ini seperti iblis ya, sombong kalian ini luar biasa, padahal kata orang-orang agama kalian kuat, tapi rasanya tidak mungkin, menurut saya agama kalian ini cetek, amat cetek. Jangan-jangan kalian tidak pandai membaca qur’an..

Oknum GAM : Kurang ajar kau ya. Mana sempat kami baca Qur’an, kami harus masuk keluar hutan, Tuhan juga akan mengerti kok, hati kami ini Cuma penuh dendam, otak kami sudah dicuci…

Tentara : Ya terserah kaulah, memang kalian ini cuma suka perang, kalian ini tidak memperdulikan nasib rakyat Aceh, yang penting kemauan kalian harus dituruti..

Oknum GAM : Hai kau harus tahu orang Aceh, lebih baik putih mata daripada putih tulang…..

Tentara : Sudahlah, apasih kebanggaan kau jadi orang Aceh, ngga ada, kau hanya buat sejarah bahwa kalau orang Aceh itu pemberontak, menghalalkan darah sesama musli, lebih cinta perang daripada perdamaian. Apa yang kau banggakan ?

Oknum GAM : Patritisme Kemerdekaan.

Tentara : Halah, itu itu saja. Kau tau kenapa kemerdekaan mu itu tidak berhasil. Karena tidak semua rakyat Aceh setuju, asal kau tahu itu. Sudahlah sudah cape aku… Sedang apa kau ?

Oknum GAM : Kemerdekaan…kemerdek aan…kemerdekaan. .

Tentara : Ya, aku sudah mengerti, masuk kau ketahanan

Oknum GAM : Kemerdekaan…kemerdek aan…kemerdekaan…

Tentara : Ah, kumat lagi kau

Pembaca yang budiman rupanya tentara dan oknum GAM itu merupakan 2 orang pesakitan di rumah sakit jiwa. Sakitnya tentara itu karena ia trauma perang di Aceh, ia merasa tertekan karena harus membunuh sesama Muslim, ia akhirnya menjadi gila karenanya. Sedangkan oknum GAM itu merasa gila dengan kemerdekaan, ia tidak pernah peduli yang penting bisa merdeka.

Kasihan ya, konflik Aceh ini membuat semakin banyak orang Gila, Gila dengan semuanya, kalau orang bijak dulu katakan yang waras ngalah….he he

09 Februari 2009

Blankon Jawa Memberi Bulan

Muka Win terlihat memerah, tangannya gemetar, hatinya saat ini sedang membara menahan seluruh emosi yang ada pada dirinya. Dirinya sudah tidak kuasa lagi, ia merasa dipermainkan, ia merasa telah ditusuk dari belakang.
“Inikah politik ? Kejam politik itu, aku sudah tidak tahu lagi mana kawan dan lawan, aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, sungguh semuanya membuat aku muak. Dulu politik untuk memperjuangkan gerah di hati, sekarang politik ekonomi, setan kalian semua” katanya dalam hati.
Bagaimana Win tidak marah, semenjak ia berangkat ke pertemuan dengan Bapak Irwan dan proyek yang mereka telaha terima ia hanya kebagian sedikit saja, dan ia juga sepertinya telah dijauhkan dari proyek itu. Mereka semua tidak menghargai dia, walau mereka telah membuang dia dengan teramat santun seperti halnya dengan orang jawa yang sesawo matang kulitnya itu.
Namun ia sadar bahwa kemampuannya hanyalah pas-pasan, kelebihannya hanyalah ia pandai berbahasa Inggris yang sebenarnya Bapak Irwan bisa mendapatkkannya dimanapun, namun dari sisi pendidikan ia kurang, walau ia adalah mantan aktivis yang dahulu begitu mendukung perjuangan dari Bapak Irwan.
Setelah Bapak Irwan mendapatkan jabatannya sepertinya ia telah berubah, dalam merekrut jabatan atau orang-orangnya selalu menggunakan sebuah tim yang terdiri dari orang yang menurut Umar adalah pintar-pintar bodoh. Pintar dalam artian mereka semua sudah bergelar Profesor dan Doktor, tapi mereka bodoh karena menurut Win mereka tidak tahu permasalahan sesungguhnya dari masyarakat sekarang ini.
Walau ia tidak menutupi kenyataan bahwa hidupnya saat ini sedang dalam keadaan sulit, semuanya pas-pasan, padahal ia menginginkan agar anak-anaknya dapat sekolah yang terbaik dan mendapatkan kesempatan seperti orang-orang kaya atau orang-orang borjuis, sebutan Win mengejek kepada orang-orang kaya dahulu sewaktu ia memimpin pergerakan mahasiswa.
Idealisme ia dahulu kini sepertinya sudah luntur ketika Win menghadapi kenyataan hidup sesungguhnya, dalam hati ia menyesal kenapa ia dahulu tidak menamatkan kuliahnya malah lebih asik kepada melakukan gerakan-gerakan bawah tanah yang akhirnya menjadikan ia terlempar dari kuliahnya. Namun untuk menghibur hatinya ia beranggapan bahwa banyak orang-orang besar yang memang seperti dirinya. Ia kemudian tersenyum pedih di hatinya.
Oleh karena itu, ia sadar, ia harus membawa beberapa teman Bapak Irwan untuk bisa meyakinkan dia, atau ia berusaha melakukan sebuah lobby dengannya agar minimal bisa duduk dekat Bapak Irwan dan bisa mengeluarkan seluruh idealismenya, paling tidak Bapak Irwan tahu tentang pemikirannya,” Yah, minimal satu atau dua proyek dapat diraih, minimal anakku selam 10 tahun kedepan aman,” katanya dalam hati.
Namun sekarang semuanya menjadi sia-sia, teman-temannya telah menelikungnya dari belakang, bahkan teman-temannya malah menjerumuskan dirinya setelah pada awalnya telah mangangkatnya dengan tinggi-tinggi.
Ketika melakukan pertemanan dengan Bapak Irwan ia telah mengajak 1 orang kepercayaan pejabat itu bernama Darus, kemudian 2 teman kuliah seperjuangannya Chandra dan Adnan, lantas 1 orang juara lobby yang bernama Irvan dan terakhir adalah Ujang orang yang pandai sekali mencairkan suasana.
Mereka berlima telah berdiri disebuah pintu yang kokoh, sekretaris pribadi dari Bapak Irwan yang bernama Minati telah mempersilahkan mereka untuk masuk ke ruangan.
Tok tok tok terlihat pintu digedor oleh Minati. Kreeek, kemudian ia membuka pintu. Terlihat Bapak Irwan sedang sibuk dengan tumpukkan surat-surat yang harus dia disposisikan ke bawahannya agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan sebagai mana mestinya.
“Asslm, Pak.” Kata Minati.
“Wasslm, Mi. Siapa tamu kita Mi ?” jawab Irwan sambil melirik kepada Minati.
“Ini Pak, ada teman-teman Pak Darus, mereka ingin bertemu Bapak,” ujar Minati dengan kepala tertunduk dan kata-kata yang pelan dan teramat sopan seperti halnya ketika seorang punggawa berkata kepada Rajanya.
“Darus ? Mmmh, oh ya suruh dia masuk !,” kata Irwan.
Awalnya Darus kemudian diikuti oleh Win dan kawan-kawannya masuk ke ruangan yang cukup tertata dengan baik dan sederhana tapi terlihat mewah tersebut.
“Mmm, silahkan duduk,” kata Bapak Irwan.
Kelima orang tersebut terlihat duduk setelah mereka berjabatan tangan dengan Bapak Irwan.
“Apa kabar mu, Darus ?”tanya Bapak Irwan.
“Alhamdulillah, kami semua baik-baik saja Pak,” jawab Darus.
Bapak Irwan menganguk-agukkan kepalanya,”Syukur lah, siapa teman-temanmu Rus?” tanyanya.
“Oh ya Pak, ini Win, ia dulu seorang aktifis yang dahulu ikut berjuang memperjuangkan pemikiran Bapak, sampai-sampai kuliahnya ga selesai loh Pak. Dan ini teman Win, Chandra dan Adnan, mereka juga mantan aktivis tapi mereka berhasil menyelesaikan kuliahnya, tidak seperti Win, he he. Dan yang terakhir ini tentu Bapak masih ingat si tukang rusuh sewaktu dulu kita masih belum jadi apa-apa Pak,” jawab Darus.
Bapak Irwan juga tersenyum, ia juga teringat kembali dengan masa lalu yang memang penuh dengan gerakan-gerakan organisasi, rasanya sudah cukup ia makan asam garam kehidupan, terlebih lagi untuk urusan politik.
Sekilas ia melihat sosok Win, wajahnya memang terlihat betul-betul seperti layaknya seorang penggerak, wajahnya terlihat begitu keras, matanya sedikit agak licik yang memang dibutuhkan dalam dunianya yang keras itu, tapi terlihat ada sedikit kelembutan di wajahnya itu. Kulitnya memang agak hitam, seperti kulit kebanyakan dari suku Jawa yang sawo matang, atau mungkin ada keturunan dari sana pikir Bapak Irwan. Lantas ia melihat kepada Chandra dengan muka yang lumayan menarik, kulit yang bersih, namun matanya menunjukkan terlihat mata yang suka menerawang, sosok manusia yang menurutnya selalu berpikir ke depan. Sedangkan Adnan sepertinya sosok anak mama, mungkin waktu ikut gerakan dulu ia hanya menjadi seorang pelengkap saja. Sedangkan yang dua lagi ia sudah mengetahuinya dengan cukup baik.
“Okelah, jadi apa tujuan ketemu dengan saya…Darus ?”, tanya Bapak Irwan.
Semuanya sejenak terdiam, mereka semua berpikir kalau seseorang menjadi pejabat memang berubah, padahal dahulu sewaktu mereka masih sama-sama susah mereka tidur dalam sartu bantal, merokok bersama dan bercanda bersama. Tapi Darus memang tahu betul sosok Bapak Irwan ini adalah sosok yang keras dan kalau dalam keadaan ia tertekan terkadang emosinya cepat memuncak. Namun dibalik itu semua ia pandai memanfaatkan emosinya itu untuk kepentingannya. Sehingga terkadang teman-temannya selalu berpikir bahwa ia pura-pura marah saja.
“Baik, Pak. Begini Pak, langsung saja ke persoalannya. Kami berlima sedang kesulitan sekarang ini, kami sedang mencoba membuka usaha, tapi kesulitan sekarang karena terbentur modal, kami mohon agar bapak dapat memberikan jalan kepada kami, atau jika memang itu tidak memungkinkan bagaimana caranya agar kami dapat bekerja,” kata Darus.
“Mmmhh, seringkali aku berpikir bagaimana kiranya aku harus balas budi dengan mereka semua, mereka tidak salah, tapi bukankah aku sudah memberikan banyak kesempat pekerjaan kepada mereka, terutama si Darus ini. Darus, Darus, harusnya engkau bisa memberikan mereka sebuah pekerjaan, tapi kau malah bawa pula mereka kesini,” ujar Bang Irwan dalam hatinya.
“Kau bisa apa Win?” tanya Bang Irwan kepada Win.
Win tiba-tiba hatinya sedikit terbang karena ia mendapatkan perhatian dari orang yang dianggapnya sombong itu, tapi ia menyadari juga bahwa kesombongan adalah milik para idealis. Dengan sedikit agak cuek dia berkata dengan meyakinkan, “Saya bisa bahasa Prancis, Inggris, mantan aktifis, saya yakin saya bisa menyelematkan kebijakan Bapak Irwan,”
Bapak Irwan hanya bisa menatap mata Win, lantas dalam hati ia berkata,”Kebijakan apa yang bisa kau selamatkan ? Dari matamu saja aku tahu bahwa kau tak pantas untuk ikut aku, sedikit saja kau tidak dituruti maka kau akan melawan, dirimu memang seperti teman-temanmu korban konflik, tidak panjang pikiran, jiwanmu penuh konflik. Sudah puluhan tahun aku bergabung dengan orang-orang seperti kau Win. Sombong sekali kau ya. Kurasa kau hanya pandai bahasa saja, tapi analisismu masih kurang, sudah bosan aku dengan orang-orang sepertimu. Aku akan test kau”
“Baiklah, aku akan test kalian bertiga, Win, Adnan dan Chandra bila saya ada di dalam sebuah konflik, lantas saya dalam keadaan kesulitan, apa yang akan engkau akan berikan jika punya 3 pilihan yang pertama memberikan aku rokok, kedua memberikan aku pedang atau yang ketiga memberikan aku air. Mana yang kau pilih dan sebutkan dari yang pertama sampai yang terakhir, juga jangan lupa ceritakan alasannya,” tanya Bapak Irwan.
Sejenak Win terdiam, ia tersenyum pongah, kemudian ia berkata,”Aku akan beri Bapak Pedang dahulu agar Bapak bisa menghabisi musuh-musuh Bapak, baru kemudian Air dan terakhir adalah rokok. Dengan memberikan aku pedang terlebih dahulu maka Bapak bisa menghabiskan musuh-musuh Bapak, baru kemudian Bapak bisa minum air untuk menenangkan diri dan bersantai setelah semuanya selesai denganmerokok.”.
Bapak Irwan lantas memandang kepada Adnan.
“Mmmhh, kalau saya tentunya akan memberikan air dulu kepada Bapak, agar Bapak tenang, bapak bisa berpikir. Setelah itu saya akan memberikan pedang kepada Bapak untuk melakukan apa yang Bapak lakukan. Dan terakhir tentunya saya akan memberikan rokok sebagai tanda kemenangan Bapak. Dengan memberikan bapak air maka bapak akan tenang, hingga bapak bisa menghabisi musuh-musuh bapak dan merokok untuk kemenangan bapak” Kata Adnan dengan datar.
“Baiklah. Kau Chandra ya…?” tanya Bapak Irwan.
“Kalau saya Pak, saya akan memberikan bapak rokok dulu agar Bapak tahu arti kemenangan terlebih dahulu, baru kemudian saya memberikan pedang dan terakhir air. Ketika saya memberikan bapak rokok maka saya berharap bapak yakin bahwa kemenangan sudah di tangan Bapak, lalu bapak bisa menghabisi musuh bapak dengan pedang bapak, dan bapak bisa tenang dengan meminum air untuk menghilangkan kecapean Bapak,” jawab Chandra agar terbata-bata.
Mendengar ketiganya Bapak Irwan hanya tersenyum sinis. “Kalau kau apa Ara ?”. Tanyanya kepada si tukang rusuh.
“He he, kalau saya mudah saja Pak. Pertama kali yang saya lakukan adalah saya ajak bapak menjauh dari konflik, kemudian saya suruh Bapak sembunyi dan saya yang akan merokok dulu lantas menebas mereka semua dengan pedang saya kemudian saya akan minum air lantas tertidur…ha ha ha ha”kata Ara dengan tertawa lepas.
Mendengar gurauan si Ara semuanya tertawa lepas, tapi Bapak Irwan menangkap sesuatu yang baru dari pemikiran Ara, ada usaha Ara untuk terlebih dahulu menyelamatkan atasannya untuk kemudian menghadapi persoalannya itu untuk pimpinannya,”Kamu memang hebat Ara dari dulu, rasanya kau tidak menyetujui satupun dari mereka untuk dapat membantuku” kata Bapak Irwan dalam hatinya.
Lalu ia memanggil Darus,”Darus, rasanya tidak satu orangpun yang bisa membela aku semua, si Win itu rasanya hanya akan membawa aku selalu dalam konflik, jiwanya itu jiwa konflik. Si Adnan hanya membawa saya lembat dalam mengambil keputusan, dan si Chandra yang memang ada pemikiran ke depan, tapi Ara yang memang sangat melindungi aku ya…he he he. Kamu akan saya berikan proyek untuk membangun jalan di daerah Berantah, kamu ajak teman-teman kamu dan jadikan Ara yang memimpin ya” ujar Bapak Irwan.
Mendengar hal tersebut Darus hanya tersennyum, memang si Ara itu cerdas tapi berpura-pura seperti orang Gila. Ia sudah mengerti maksud dari Bapak Irwan tersebut. Lantas ia kembali ke tempat duduknya, Bapak Irwan terlihat pergi ke kamar mandinya, lalu tak lama kemudian ia kembali ke tempat duduknya.
“Begini saja ya, tadi saya sudah memberitahukan kepada Darus bahwa mulai besok kamu dapat bekerja semua dengan Darus, pulang dari sini Darus agar ke Minati dan katakana bahwa proyek yang tadi agar dikerjakan oleh kalian.” Kata Bapak Irwan.
Kelima-limanya lantas meninggalkan ruangan Bapak Irwan dengan senang hati , tidak terkecuali Win yang memang sudah sangat berharap itu.
Setelah itu mereka pergi merayakan keberhasilan mereka untuk sebuah proyek itu, lumayan proyek itu seharga 500 juta, mereka akan mengantongi bersih sekitar 25% dari total harga, belum lagi pekerjaan yang didapatkan oleh Adnan dan Chandra sesuai dengan kualifikasi mereka, namun tidak begitu halnya dengan Win yang hanya menguasai ilmu pergerakan dan 2 bahasa yang juga dikuasai oleh kedua temannya tersebut. Ia sedikit agak menyesal sekarang karena tidak menyelesaikan kuliahnya.
Mereka pun melakukan beberapa kali pertemuan, pertemuan pertama mereka membagi uang sisa proyek, pertemuan kedua Win di depak dengan dikatakan bahwa ia sudah tidak dibutuhkan lagi saat ini dengan alasan bahwa ilmunya tidak bisa digunakan dalam proyek ini, tidak seperti halnya Adnan dan Chandra. Mereka mendepaknya seperti halnya strategi blankon jawa, mereka melakukannya secara perlahan, mereka begitu menghormati dia hanya untuk mengambil hatinya untuk kemudian menyuruhnya pergi dengan santun sekali. “Blankon Jawa…” teriaknya dalam hati.

07 Februari 2009

Layakkah Rakyat Aceh Kembali Konflik ? (tulisan pertama)

Kebetulan hari ini adalah hari Sabtu, sehingga saya mempunyai pemikiran untuk memberikan sedikit pencerahan kembali kepada saudaraku orang Aceh yang saya cintai. Dihadapan saya terdapat 5 buah buku dan banyak lagi yang kiranya telah memberikan saya sebuah inspirasi untuk dapat menulis, dan keinginan saya ini tidak lebih sebuah keinginan untuk dapat memberikan pemikiran-pemikiran baru.
Saya itu memang hobinya membeli buku tapi terkadang belum bisa membaca semuanya, saya sudah hampir membeli 1000 buku, tapi saya tahu mungkin teman-teman saya sudah lebih banyak yang mempunyai koleksi perpustakaan dibandingkan saya. Karena kita ada makhluk yang berakal tentunya tidak mau terus taklid buta atau ikut-ikutan yang terlabih lagi kepada berdasarkan sebuah dendam dan kebencian yang tidak jelas kepada sebuah golongan terlebih lagi itu kepada saudara kita seiman.
Saya teringat dulu bahwa saya pernah mengikuti sebuah Gerakan Islam yang tidak usah saya sebutkan namanya, bahkan saya sempat menjadi pimpinan diantara mereka, waktu itu saya baru SMA, perspektif saya terhadap seorang manusia waktu itu amat berbeda, saya menganggap bahwa diri saya lebih baik, lebih terhormat dari yang lainnya.
Uniknya hanya dengan mengikuti pergerakan itu selama 1 tahun pola pikir saya berubah dengan cepatnya, sepertinya tercuci otak saya, saya sudah bisa mengatakan bahwa orang itu kafir kalau tidak ikut dengan saya, seperti halnya GAM mengatakan bahwa ia merupakan manusia yang lebih tinggi dari Jawa karena mereka tidak pernah dijajah, ironis bukan.
Yang menarik Ine atau mama dalam bahasa Indon selalu menjadi seteru saya di rumah, dan ceritanya menjadi teramat panjang, ia selalu menjadi lawan saya dalam berbagai pemikiran dan perbuatan, dan ada satu hal yang selalu terngiang di benak saya waktu itu sampai sekarang terus tertanam adalah kurang lebih seperti ini dalam bahasa Gayo “Kosasih, enti mere I cekoki jema pemikirenmu lagu ini, ko enti e we kene jema, baca buku, perah pemikiren len keti nguk ko perbandingen urum pemikiren jema oya” atau dalam bahasa Indonnya “Kosasih, kamu jangan mau di cekoki, kamu jangan hanya menuruti saja, tapi baca buku, baca buku, kamu harus punya pemikiran lain untuk apa yang masuk ke dalam pemikiranmu”.
Namun atas sarannya itu waktu itu saya melepas kembali semua pemikiran saya tentang Islam, saya bukan Islam dan saya mencoba mencari tahu kenapa saya memilih Islam. Dan akhirnya saya menemukan bahwa Islam memanglah agama yang terbaik dan rasional. Sebuah agama yang damai dan santun serta tegas, saya semakin cinta agama saya namun sekarang saya sudah lebih menghormati perbedaan.
Semenjak itu tertanam dalam pemikiran saya, ini merubah saya menjadi orang bebas, pikiran saya pergi kesana dan kemari, saya mulai menyukai filsafat, saya mulai membaca ideology-ideologi yang ada di dunia ini, say abaca buku Karl Mark bahkan saya baca pemikiran Al Qoida, bahkan Injil, Taurat dan Talmud saya cari dan saya baca serta masih banyak yang lainnya.
Nah, 5 buku dihadapan saya sekarang adalah “The History of Java karya Thomas Stamford Raffles”, “Kerajaan Aceh karya Dennys Lombard”, “36 Strategi Cina Klasik karaya Wee Chow Hou”, “Novel berjudul Dunia Sophie karya Josten Gaarder” dan terakhir “Ayat-ayat Hitam Talmud, Surga Jiwa Yang Abadi karya Prof. Dr. Muhammad Asy Syarqowi”. Kelima buku inilah saya banyak mendapatkan inspirasi utnuk bisa berdisukusi dengan teman-teman yang saya hormati di Aceh.
Masalah pluralism dari perspektif agama silahkan melihat pada blog saya www.cossalabuaceh.blogspot.com dengan Label Aceh yang berjudul Nasionalisme Aceh Dipertanyakan, yang inti dari tulisan ini adalah bahwa Islam itu tidak pernah mempermasalahkan seseorang itu dari suku mana atau bangsa mana yang dilihat hanyalah ketaqwaan mereka, bahkan dalam tulisan ini saya juga mencoba mengangkat bahwa sesungguhnya upaya Zionis untuk menghancurkan Khilafah Islam yang dahulu Berjaya adalah dengan semangat ashobiyah ini. Dan sampai sekarang masih terlihat bagaimana ketika Gaza diserang maka Negara-negara Arab masih tetap tidak bisa bersatu. Ini pulalah yang menyebabkan yang namanya Zionis gerah dengan Ikhwanul Muslim yang bergerak berdasarkan lintas Negara budaya, saya mencoba menggambarkannya pada cerpen saya yang berjudul “Gamang Membawa Arti ?” atau pemikiran yang unik tentang itu pada cerpen yang berjudul “Ketika Egoisme Menjadi Tuhan”, silahkan lihat kembali pada blog saya. Sedikit saya menyentil pemikiran tentang bodohnya kesukuisme yang terlalu tinggi adalah juga pada cerpen saya yang berjudul “Anekdot Ketika Tuhan Menciptakan Manusia dari Jawa, Gayo dan Aceh”.
Baiklah, sekarang saya akan mencoba mengangkat tentang kenapa kita tidak perlu membenci Jawa atas nama budaya dan atas nama keimanan sebagai sesama muslim. Sebelum saya lanjutkan saya hanya ingin mengungkapkan agar kita jangan menjadi orang yang paranoid, ketika kita membenci Jawa akan tetapi ternyata banyak orang-orang Aceh yang hidup dan belajar di Jawa, berapa banyak saudara kita yang menikahi orang Jawa.

Budaya Blankon Jawa
Pemikiran Jawa yang selama ini selalu didengung-dengungkan adalah mengatakan bahwa Jawa dengan budaya blankonnya. Dari buku History Of Java dapat diketahui bahwa Jawa merupakan sebuah suku yang paling tua dibandingkan Aceh dan Gayo, sehingga kalau dikatakan bahwa pada tahun berabad-abad yang lau orang Jawa juga berkata “Saya tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun”, saya yakin itu. Hingga datangnya bangsa Eropa yang kemudian ingin menguasai Jawa dengan segala kemampuannya.
Kemudian untuk asal mula bangsa Jawa disebutkan bahwa mereka berasal dari tartar, namun mereka tidak mirip dengan bangsa China atau Jepang lebih mendekati kepada bangsa Birma (HoJ, hal 32). Dalam buku ini kemudian dijelaskan bagaimana adat istiadat mereka, bagaimana kerajaan mereka, dan perkembangan kehidupan mereka. Ketika kita berbicara dengan jumlah mereka yang sebanyak sekarang sudah jelas memberikan penjelasan bahwa mereka memang lebih dahulu dari pada bangsa Aceh dan bangsa Gayo saat ini.
Tingkah laku mereka adalah sangat sopan dan sederhana, bahkan cenderung tunduk. Mereka mempunyai rasa kesopanan dan tidak pernah bertindak atau berkata kasar. Meski mereka terasing namun mereka sabar, tenang dan cenderung tidak suka mengusik-ngusik urusan orang lain. Mereka berjalan dengan lambat dan tidak tergesa-gesa, namun dapat menjadi tangkas ketika diperlukan (HoJ, 35). Namun demikian tidak seperti Aceh mereka mempunyai tulisan sendiri dan sejarah yang panjang. Bahkan yang menarik dikatakan dari cerita mereka mengatakan bahwa
Hal inilah yang mungkin menyebabkan mereka dapat dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, karena sifat mereka yang merupakan sebuah sifat seorang petani, mereka yang tidak pernah terjadi konflik yang berkepanjangan sesungguhnya juga dengan sifat feodalisme yang sudah berakar kepada mereka. Ketika penjajah datang mereka akan menerimanya dengan suka cita karena mereka tidak pernah mengalami konflik dengan pihak luar, persepsi mereka pihak luar itu baik. Dan ketika mereka sadar semuanya sudah terlambat penjajah tersebut sudah mempersiapkan berbagai macam cara untuk menguasai mereka sesuai dengan tradisi mereka seperti dengan adu domba antar kerajaan dan memanfaatkan sifat ketaatan dari mereka kepada raja mereka. Bukan kepada penjajah mereka taat sebenarnya pada waktu itu tetapi kepada raja mereka, hingga akhirnya penjajah tersebut mempermainkan diantara mereka dengan materi sehingga mereka kembali terpecah belah.
Kembali kepada kata “Saya tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun”, dari sebuah logika kita yang runtut menurut saya bangsa yang lebih tua itu tentunya sudah mengalami berbagai macam tragedy kehidupan bahkan telah mencapai sebuah peradaban terlebih dahulu dibandingkan dengan bangsa lainnya, ntah itu Aceh da Gayo. Kenapa bisa dikatakan seperti ini, karena perlu diingat bahwa factor pendukung yang paling penting dalam peradaban adalah jumlah penduduk. Ketika penduduk kita masih sedikit maka peradaban kita belum bisa mencapai seperti apa yang dikatakan dengan puncak peradaban, setiap orang yang mengerti tentang sejarah Mesir dan China pasti mengetahuinya dengan pasti. 2 peradaban yang dikatakan tertua dan mempunyai kebudayaan sendiri dengan segala kemunduran dan kemajuaannya kelak.
Demikian sekilas tentang karakteristik orang Jawa. Kembali kepada budaya blankon yang sering dihinakan kepada orang Jawa menurut saya ini merupakan bentuk perlawanan dari orang Jawa kepada penjajahan yang ada pada diri mereka, ketika mereka yang menggunakan karakter yang dikatakan santun, tidak mau mengganggu orang lantas 350 tahun di jajah sudah barang tentu mereka tetap menyimpan dendam di hati mereka. Ketika mereka tidak sanggup untuk melawan mereka hanya bisa mendongkol dan mempersiapka perlawanan dengan menyusun rencana dan strategi yang kiranya bisa diperjuangkan untuk tujuan mereka.
Tentunya ini berbeda dengan Aceh, yang ternyata melupakan karakteristik asli orang Aceh dengan keislamannya sehingga ketika mereka pertama kali ingin menjajah Aceh bukannya ramah tamah yang mereka terima seperti di Jawa tapi langsung ajakan masuk Islam atau mengikuti peraturan mereka dalam berdagang atau berperang jika tidak setuju. Sehingga akhirnya Belanda merubah praktiknya dalam menjajah Aceh dengan terlebih dahulu mengirimkan Snouck Hongronge untuk mendalami adat istiadat dari orang Aceh dan bagaimana dapat mengadudombanya sehingga kemudian didapatkan bahwa Aceh dapat dikalahkan dengan cara menghilangkan Islam kemudian memberikan mereka harta atau gila harta dalam sebutan mereka.
Menurut saya budaya blankon itu adalah budaya yang cerdas, budaya blankon itu sering kali digunakan untuk strategi perang, ketika kita lemah adalah hal bunuh diri untuk kemudia kita berperang, hal yang terbaik adalah meyerah atau pura-pura menyerah. Bahkan budaya tersebut masih digunakan oleh Pahlawan Besar Aceh yaitu Yang Terhormat Bapak Teuku Umar, yang masih dianggap sebagai Pahlawan Nasional.
Nah, strategi blankon ini menurut saya merupaka kecerdasan seseorang melihat dirinya untuk memenangkan sebuah peperangan dengan harapan dapat mempersiapkan terlebih dahulu diri untuk tujuan mereka atau meminimalisir korban dari pihak mereka yang lemah tersebut. Bahkan menurut saya MoU Helsinky juga sebenarnya merupakan sebuah strategi blankon, jika memang diarahkan untuk mencapai kemerdekaan Aceh.
Dalam sebuah strategi klasik China ada sebuah strategi yang mengatakan “Berpura-pura menjadi Gila tetap Pintar”, ada yang menarik dari strategi yang menarik dimana seseorang menjadi lemah atau gila untuk kemudian melancarkan sebuah serangan yang tidak bisa diprediksi sehingga mereka akan menjadi gila karenanya. Nah orang Aceh atau sebut saja GAM memang sudah saatnya masuk ke dalam strategi ini, ketika mereka sekarang berpura-pura tidak mampu bila mampu, berpura-pura tidak aktif bila ternyata aktif, berpura-pura masih jauh bila ternyata sudah dekat tapi bila jauh maka bertinda seolah sudah dekat. Saya ingin sekali mengupas taktik ini atau menurut beberapa orang dengan sebutan blankon Jawa ini, tapi nanti dilain kesempatan, sekarang saya hanya ingin membuka wawasan teman-teman mailing list.
Tapi ingat tentunya lawan anda sudah punya aksi sepertinya yaitu Strategi Penyerangan seperti “Memukul rumput untuk mengagetkan ular”, “Meminjam mayat untuk membangkitkan jiwa”, “Memancing harimau untuk keluar dari sarangnya”, “Membebaskan musuh untuk menangkapnya kembali”, “Melemparkan batu bata untuk mendapatkan batu giok”, “Menghancurkan gerombolan penjahat dengan menangkap pemimpinnya”. Nah sekarang ini musuh GAM bila bermain-main baru saja menggunakan strategi ini, dan mereka tinggal menunggu serangan langsung menuju ke jantung pertahanan anda semua.
Inilah bkankon jawa yang sering anda katakana ternyata sudah digunakan oleh strategi klasik China, bahkan digunakan juga oleh anda, jadi saran saya kedepan hilangkan saja sebutan itu karena akan menampar muka anda sendiri kelak.
Bagi saya peribadi silahkan anda semua bertempur, perbanyak strategi anda, tapi jangan korbankan rakyat, jangan anda bersembunyi di ketiak rakyat, jangan gunakan rakyat dengan perang bodoh anda itu kelak kalau dilanjutkan. Silahkan lihat dalam blogspot saya kembali pada www.cossalabuaceh.blogspot.com pada label Aceh dengan Judul Konsep Perang Bodoh atau pada label GAM dengan judul Skenario GAM Jilid ke 2.

Pemikiran Yang Menghancurkan Peradaban
Ketika saya membaca sebuah buku dengan judul Secret Societies, 21 Organisasi Perusak Dunia karya Michael Bradley maka saya terpesona dengan adanya organisasi ini, organisasi yang rela mengorbankan ribuan bahkan jutaan atau puluhan juta orang baik fisik maupun mental untuk kepentingan organisasinya dengan cara-cara yang sangat menyeramkan dan sangat menyakitkan serta sangat tidak adil menurut saya.
Dalam cerpen saya itu saya selalu menggunakan sebuah organisasi yang bernama Illuminati karena memang organisasi inilah yang paling merusak dunia ini. Organisasi yang didirikan oleh seorang anak Rabbi Yahudi yang dididik Katolik bernama Dr. Adam Weishaput, sebuah organisasi yang mencoba untuk berpikir membentuk sebuah peradaban baru dengan versi mereka, bahkan pemikiran mereka juga telah melahirkan sebuah ideology komunisem, tujuan mereka adalah menghapus pengaruh agama.
Organisasi ini dikatakan sudah mendapat sebuah strategi yang terbaik bagaimana untuk menghilangkanpengaruh agama, mencacah manusia dengan berbagai kelompok atau ideology, untuk kemudian saling berperang sehingga mereka merebut kekuasaan. Dikatakan dalam buku ini bahwa organisasi ini semakin berbahaya ketika Yahudi pada tahun 1781 mengijinkan Yahudi untuk begabung, bahkan kemudian mereka dikuasai oleh salah satu keluarga Yahudi terpandang Keluarga Rothchilds. Dapat dibayangkan pengaruh mereka dalam menguasai percaturan dunia, dan Aceh merupakan salah satu pion utamanya untuk membuat tidak stabil NKRI sebagai Negara berpenduduk terbesar di dunia ini, manjadikan Aceh sebagai contoh bahwa Islam bisa dijadikan sebagai pemecah belah.
Belum lagi ketika saya membaca Buku Talmud, salah satu kitab Yahudi yang saat ini diakui setelah Taurat, kitab yang merupakan hasil karya para rabbi-rabbinya. Dalam kitab ini dikatakan bahwa selain Yahudi adalah binatanh, bahkan dalam kitab ini ditunjukkan betapa jijiknya mereka sebenarnya dengan orang-orang non Yahudi.
Ternyata semua organisasi-organisasi perusak peradaban itu berpulang kepada perasaan bahwa mereka merasa paling baik, paling bermutu, merasa mempunyai kelebihan dibandingkan yang lainnya. Sebuah perasaan yang dahulu saya punya ketika saya mengikuti sebuah organisasi gerakan ekslusif islam tersebut. Yang membuat saya menjadi taklid buta, yang membuat saya menjadi tidak bisa berpikir bebas karena saya sudah menjadi merasa paling benar terlebih dahulu, tanpa mau melihat bagaimana sesungguhnya kebenaran itu didapatkan dan perbedaan keadaan dari masing-masing individu.
Yang kedua dari inti organisasi perusak peradaban itu adalah penghalalan segala cara bagaimana mereka rela mengorbankan nyawa-nyawa manusia, kebebasan berpikir manusia, penghalalan segala cara asal mereka mendapatkan tujuannya. Sehingga saya dalam beberapa tulisan berpikir bahwa memang GAM ini telah disusupi oleh Zionis bahkan CIA menurut saya, karena pola pemikiran mereka yang terlihat melupakan bahwa bangsa Jawapun beriman kepada Allah, juga konsep dengan merasa bangsa Aceh merupakan bangsa paling tinggi dibandingkan Jawa. Tidak peduli ketika Hasan Tiro harus mengorban puluhan ribu orang dalam PERANG BODOH ini. Tidak peduli dengan perang ini maka potensi konflik akan berkepanjangan utamanya anak-anak Aceh yang sekarang sesungguhnya sudah terganggu kejiwaannya, penuh dendam dan selalu merasa dalam intimidasi. Seharusnya yang dibangun sekarang adalah perasaan aman dan tentram, perasaan bagaimana menghargai setiap perbedaan di pecahkan dengan dialog bukan dengan kembali perang.
Sebenarnya saya mencoba mengangkat pemikiran-pemikiran saya ini dalam cerpen yang mungkin saya akan coba membuatnya menjadi novel yang bertemakan bagaimana bodohnya mencari permasalahan dengan perang bila ternyata dengan perdamaian bisa didapatkan. Pengorbanannya tidak layak bagi rakyat Aceh menurut saya.
Pemikiran-pemikiran inilah yang menurut saya harus dihilangkan dari Aceh, merasa jadi bangsa paling besar kemudian tidak lagi melihat humanism bahkan agama sebagai iman, Allah sendiri selalu berkata bahwa Ia tidak membedakan seseorang kecuali ketaqwaannya. Selalu saya katakan pemikiran seperti ini layaknya dihilangkan di Aceh karena ke depan bukan ini yang akan menjadi perhatian terlebih lagi di NKRI sudah ada otonomi khusus, bahkan Aceh sangat khusus, yang terpenting bagaimana membangun rakyat Aceh untuk bisa kembali memegang dunia ini, bukan kembali terjebak ke dalam konflik yang berkepanjangan. Bukan Aceh namanya kalau setengah-setengah, kalau A ya A, kalau B ya B, tidak ada setengah A dan B, kalau tidak cocok keduanya ya pergi, tapi jangan korbankan rakyat Aceh untuk konflik kembali.

Tataran Kenyataan
Saat ini rakyat Aceh membutuhkan sebuah pemimpin yang tegas, yang mampu mengambil sikap untuk mendahulukan kepentingan rakyat Aceh, bukan kepentingan GAM, kepentingan LSM, kepentingan organisasi lain kepanjangan dari zionis atau CIA yang hanya membawa Aceh ke dalam penjajahan ekonomi dan budaya, inilah tantangan Aceh ke depan.
Aceh akan dengan mudah kembali konflik, tapi jangan bayangkan kemudian PBB atau Uni Eropa akan datang membantu dengan cepat, lihat saja Gaza, atau sekarang Srilanka, tidak mudah masuk ke dalam urusan Negara orang lain. Belum lagi saat ini sepertinya citra NKRI sedang naik-naiknya di mata internasional. Kalaupun Aceh berontak maka itu akan dikatakan oknum, kalaupun dihabisi maka akan dikatakan oknum.
Bagi saya GAM Ashoibyah sekarang ini memang paling baik menggunakan strategi blankon jawa tersebut, karena keadaan anda yang lemah dan semangat rakyat sudah semakin mual dengan anda semua. Kalau pun anda mau berjuang tolong jangan korbankan rakyat Aceh kembali.
GAM sekarang membutuhkan figure-figur perjuangan baru menggantikan Hasan Tiro yang sudah uzur juga dengan teman-temannya yang semakin tua dan sudah lelah. Ini menurut saya sekarnag adalah fase yang paling mengkuatirkan di Aceh, dimana Aceh akan dijadikan sebagai ajang militansi terhadai GAM generasi ke 2. Dan korbannya kembali adalah rakyat Aceh.
ALA dan ABBAS sekarnag sepertinya juga sudah menanti ketidakamanan di Aceh, karena mereka juga sudah muak dengan GAM yang menurut mereka hanya membawa kemunduran di Aceh. Bagi golongan yang amat keras dari mereka mungkin lebih menginginkan sebuah peperangan hingga menunjukkan bagaimana GAM itu sendiri.
Malah menurut orang-orang ALA dan ABBAS mereka sekarang sedang dijajah oleh GAM, dijajah keamanan dan kenyamanan mereka, setiap sedikit ada api yang memancing mereka untuk terbakar rasanya mereka akan mudah terbakar dan mengatakan “Sudah dari dulu kami katakana kami mau bentuk prov sendiri, kami sudah bosan dengan perang, kenapa kamu larang-larang”.
Bagi NKRI, tentunya tidak masalah ada ALA dan ABBAS selama Aceh aman, inilah catatan penting mereka, selama AMAN. Kalau tidak aman maka segala peraturan yang ada tentunya akan ditrobos demi adanya NKRI yang bersatu, ini sudah final.
Strategi apapun yang kini digunakan GAM Ashobiyah maka hasilnya adalah kerugian buat mereka, anda tahu kenapa, karena kesombongan mereka. Orang yang sombong itu tentunya tidak akan melihat dengan jernih setiap aksi yang dilakukannya. Silahkan lihat kembali dalam blog saya www.cossalabuaceh.blogspot.com dengan label Aceh, judul Layakkah Rakyat Aceh kembali Konflik ?
Sekarang tugas dari Pemimpin Aceh dan Tokoh Aceh lainnya untuk bisa memberikan sebuah ketegasan tentang Aceh, lebih mementingkan orang Aceh secara keseluruhan bukan hanya kepentingan segelintir orang yang hanya membawa rakyat Aceh kembali kedalam konflik. Lebih mementingkan ukhuwah islamiyah, bukan lantas menghancurkan ukhuwah islamiyah dengan ashobiyah.
Kepada Irwandy agar segera menuntaskan ini semua. Seorang pemimpin itu harus tegas, anda telah tegas kepada ALA dan ABBAS sekarang waktunya anda tegas juga kepada GAM Ashobiyah.

SELAMAT TINGGAL GAM ASHOBIYAH, SELAMAT MEMPERTAHANKAN KEMBALI PERDAMAIAN, MARI MEMBANGUN RAKYAT ACEH.
PEMBANGUNAN ITU TIDAK SEMUANYA AKAN TERCAPAI, BUTUH PROSES, BUTUH PEMIKIRAN DAN YANG TERPENTING ADALAH BUTUH WAKTU.
BAGI ORANG GAYO KITA JUGA HARUS MEMPERSIAPKAN DIRI KITA DENGAN ALA ATAU BUKAN ALA SELAMA DALAM NKRI, DAN TIDAK TERJEBAK DALAM KONFLIK BODOH DENGAN MENGATASNAMAKAN PENJAJAHAN INDON-JAWA.
MEMBENCI ORANG JAWA BAGI GAYO ADALAH BUKAN ADAT ISTIADAT GAYO, KARENA GAYO TIDAK PERNAH MEMBENCI SUKU APAPUN.
BERIJIN.

05 Februari 2009

Anekdot Ketika Tuhan Ingin Menciptkan Manusia Berasal Dari Jawa, Aceh dan Gayo

Suatu ketika Tuhan ingin menciptkan manusia, tapi dia kebingungan akan melahirkan dari suku mana manusia ini, karena dia sudah terlanjur mengatakan bahwa Ia menciptkan manusia dari berbagai suku bangsa, ntah itu Jawa, Aceh, Gayo, Bugis, Arya, Mongolia, dan lain sebagainya. Ia tahu bahwa ini merupakan salah satu hak prerogatifnya, Ia punya kebebasan untuk hal yang satu ini, karena Ia adalah Sang Pencipta, dan semua selain Nya hanyalah karena dari kemurahannya.

Namun, sebelum Ia menciptakan manusia tersebut terlebih dahulu Ia menciptakan nurnya, cahayanya, kalau bisa dikatakan nur itu adalah sebuah main chip pada manusia. Namun demikian sebagai Tuhan maka dibalik keangkuhannya sudah barang tentu Ia harus memberikan dahulu kebebasan kepada makhluk ciptaanNya itu. Sehingga kelak manusia ciptaanNya itu tidak lagi mempersalahkan Nya karena merasa sudah dipaksa untuk menjadi salah satu suku bangsa yang sengaja Ia ciptakan tersebut.

Dalam Kitab Lauh Mahfudz (LM), ia sebenarnya telah menuliskan bahwa yang namanya Erwin Abdullah atau Win saja berasal dari suku Gayo, kemudian Darus berasal dari suku Aceh dan Slamet berasal dari suku Jawa. Namun sebelum ia menjadikan mereka itu manusia Ia ingin menanyakan kepada mereka masing-masing akan pilihan yang diberikannya.

Dari sejarah yang tertulis di kitab LM berdasarkan suku paling tua yang diciptkan maka mengatakan bahwa suku Jawa adalah sebuah suku yang merupakan paling tertua, kemudian dilanjutkan dengan suku Gayo dan terakhir suku Aceh.
Lantas Tuhan kemudian berpikir kepada siapa ia harus bertanya terlebih dahulu, dalam pemikiran normalnya harusnya Tuhan bertanya kepada yang lebih tua baru kepada yang paling muda tentunya. Tapi ia berubah pikiran rupanya ia ingin bertanya dulu kepada suku yang paling muda, yaitu suku Aceh.

Tuhan : “Darus, apa kamu mau lahir dari ibu yang bersuku Aceh, dan bapakmu juga dari Aceh ?

Aceh dalam perspektif Tuhan adalah sebagai masyakarat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbaur menjadi satu, sehingga secara genetic mereka akan melahirkan generasi-generasi yang sangat luar biasa kelak.

Karena dalam pemikiran Tuhan ketika ia menciptakan Adam untuk kemudian beranak pinak sampai dengan adanya Slamet, Win dan Darus. Ketika hanya ada Adam dan Hawa yang merupakan manusia tersempurna yang pernah diciptakan Tuhan maka ia telah membagi kesempurnannya melalui anak cucunya Adam. Yang awalnya anaknya kawin dengan anaknya dan seterusnya mencari hubungan terjauh dari darah mereka dengan harapan akan melahirkan sebuah generasi yang semakin pintar dan cerdas. Ini juga yang terjadi di Aceh, sebuah generasi yang merupakan percampuran dari berbagai macam suku bangsa. Dan tipikal mereka adalah nelayan, pelaut sehingga tipikal mereka tipikal yang keras dan sukar untuk diatur.

Darus : “Apa saya bisa memilih Tuhan ?”

Tuhan : “Oh, tentu, tentu kau bisa, Aku adalah Maha Segalanya, tentu aku akan berikan kebebasan kepadamu untuk memilih”

Darus : “Bagi saya Tuhan saya bangga jadi Aceh, saya tidak suka menjadi Gayo terlebih lagi Jawa, ketidaksukaan saya kepada suku Gayo dan Jawa karena mental mereka itu mental Petani, sedangkan saya terbiasa hidup di lautan yang ganas dan saya membuthkan sebuah kebebasan untuk mengekpresikan diri saya”

Tuhan : “Win, ayo Win jelaskan apa kamu mau lahir dari suku Gayo ?”
Gayo merupakan sebuah suku yang dikenal dari berbagai macam suku bangsa juga, namun ia terlihat lebih santun dengan adat malunya yang amat besar, pada dasarnya Gayo mirip juga dengan Aceh hanya saja ada kekhasan dari Gayo dengan adat malunya dan sedikit sifa ekslusifismenya dan tipikal mereka adalah Petani.

Win : “Bagi saya Tuhan saya bangga jadi Gayo, saya malu kalau melanggar titah dari Tuhan”

Tuhan : “Kalau kau gimana Slamet”
Jawa, merupakan suku tertua, juga merupakan suku yang filosofinya adalah bertani, mirip dengan Gayo.

Slamet : Tuhan, saya ikut saja, apa yang Tuhan perintahkan maka itu akan jadi kewajiban saya”

Tuhan : “Jadi kalian semua tidak keberatan dengan apa yang sudah Saya tetapkan kelak, nah sekarang saya akan sedikit memberikan rahasia saya kepada kamu semua, apa yang akan terjadi kepada kamu semua”

Lanjut Tuhan : “Barus, daerah kamu nantinya akan selalu dilanda konflik yang berkepanjangan karena keturunan kamu itu keras-keras dan susah diatur oleh siapapun, kamu juga punya sifat sombong pada diri kamu, kamu akan selalu disanjung-sanjung untuk kemudian ternyata hanya menghancurkan kamu”

Tuhan berpaling ke Win : “Win, daerah kamu akan menjadi daerah yang diperebutkan, belahan-belahan dari suku kamu senang kali berpecah karena memang dasar kalian juga keras, tapi pertanianlah yang sedikit telah melunakkan hati kalian dan agama kalian.
Suku kamu selalu bersifat mendua karenanya, karena juga memang tidak bisa disatukan, itu juga karena malu kalian yang terlalu besar”

Kemudian ke Slamet : Slamet, suku kamu sangat banyak, lebih banyak dari kedua adikmu itu karena kamu yang tertua, semua sifat kebaikan dan keburukan telah ada pada kamu pada awalnya dan adik-adik kamu itu kemudian mengikutinya. Setiap kejahatan yang adik-adik kamu lakukan pasti sudah kamu lakukan terlebih dahulu, setiap kebaikan dari yang adik-adik kamu lakukan pasti sudah kamu lakukan dulu. Sehingga kamu akhirnya menggunakannya untuk membodoh-bodohi adik-adik kamu”

Semua terdiam mendengar Tuhan.

Tiba-tiba Darus berkata :” Tuhan saya mau jadi orang Jawa saja, saya mau jadi yang pertama kali melakukan semuanya”

Win : “Tidak Tuhan, saya tidak perlu itu semua, saya tetap jadi Gayo saja, selama saya merasa lebih aman dan tenang menjadi Gayo”

Slamet : “Semua saya serahkan kepada Tuhan, apapun perintah Tuhan maka saya akan mematuhinya”

Kemudian Tuhan berkata lagi, saya akan memberikan lagi sebuah rahasia kehidupan kalian kelak : “Darus kalau kamu tetap pada pilihan kamu, maka kamu akan menjadi pemimpin dari persatuan yang nanti terjadi diantara saudara-saudara kamu. Sedangkan kamu Win, kamu ke depan kamu akan terus mencari jatidiri kamu hingga daerah kamu lah yang kemudian akan menjadi ajang pertempuran selama beberapa waktu. Terakhir Slamet, kamu akan mulai goyah, kamu akan mengalami masanya kemunduran karena setiap yang aku ciptkan akan mengalami itu semua. Nah, jadi apa pilihan kalian sekarang ?”

Darus : “Saya mau jadi suku Aceh saja Tuhan, sudahlah itu saja pilihan saya”

Win : “Mmmmh, kalau boleh saya berubah jadi suku Jawa saja Tuhan, mungkin itu jadi lebih baik bagi saya”

Slamet : “Semua perintah daulat Paduku Tuhan selalu akan saya patuhi, karena saya percaya dengan kehendak Tuhan”
Tuhan hanya tersipu-sipu mendengar itu semua.

Baiklah ini rahasiaku terakhir : “Darus, Win dan Slamet, kalian semua akan jadi dikubur, dimakan cacing dan jadi tanah kembali, tidak ada satupun dari kalian langsung masuk syurga, semua dari kalian akan masuk ke dalam neraka terlebih dahulu, apa pilihan kalian ?

Semuanya terkaget-kaget mendengar perkataan Tuhan, kecuali suku Jawa.

Darus : “Tuhan, kalau gitu aku jadi suku Aceh saja, tapi sebelum Tuhan masukkan aku ke neraka maka jadikan dulu aku Penguasa bumi”

Win : “Tuhan, jangan seperti itu Tuhan, pilihkan aku menjadi suku lain saja yang tidak masuk api neraka, malu akau dengan semua saudara-saudaraku kelak, ampuni aku Tuhan”

Slamet : “Apapun yang Tuhan berikan kepada aku maka aku akan menerimanya, titah Engkau adalah jalan hidupku”

Akhirnya Tuhan terdiam kemudian ia memberikan sebuah keputusan yang cukup mengangetkan semuanya : “Darus kamu akan saya lahirkan dari suku Jawa, Win kamu akan aku lahirkan dari suku Aceh dan Slamet akan aku lahirkan dari suku Gayo”.

Semuanya bertanya : “Tuhan kenapa Engkau lakukan itu semua ?”
Tuhan menjawab : “Karena aku punya kuasa, kalian semua tidak akan pernah tahu lahir dari suku mana, aku hanya mengingatkan kepada kalian semua bahwa semuanya sama, dari suku manapun karena kalian tidak pernah tahu mau lahir dari selangkangan perempuan mana. Dan ingat itupun kalau Aku berkenan, karena itu kalian tidak berhak mencaci suku manapun dan merasa lebih baik dari suku manapun. Yang ada pada diri kalian adalah sama Jasad, Rohani dan Nafsu. Yang ada pada lingkungan kalian Cuma 2 kejahatan dan kebaikan. Yang selalu mengikuti kalian juga 2 golongan yaitu malaikat dan syetan. Dan yang akan menghancurkan kalian seperti iblis juga Cuma 1 yaitu kesombongan.”

Dalam cerita ini saya mencoba kepada teman-teman agar tidak lagi terhasut dengan Jawa, Aceh atau Gayo karena semuanya sama, hanya manusia dan lingkungan serta pengaruh lainnya lah yang telah merubah pemikiran mereka. Dan yang terpenting adalah jauhkan sifat sombong dan dendam, karena sampai kapanpun ini akan menjadi lingkaran setan yang hanya akan membuat kita menjadi tertinggal. Kalau pun ada yang bisa menyatukan kita adalah hati nurani kita sebagai seorang manusia.

Ketika saya termenung saya sadar bahwa saya tidak pernah tahu lahir dari suku manapun juga, saya sadar itu, yang ada saya hanya menangis dan menghadapi kehidupan yang keras ini, tanpa tahu akan jadi apa kelak, rasanya semua dari kita juga seperti itu.

Oleh sebab itu, ketika kita memilih sebuah pilihan, maka jadikan pilihan itu yang akan memberikan kemashalatan bagi orang banyak, bukan kemudian membuat orang hancur dalam pertikaian. Kalaupun harus bertikai jangan dengan sesama saudara seiman, bahkan ketika berperang pun kita tidak diperkenankan membunuh anak-anak dan perempuna juga rumah ibadah.

Kenapa saya ceritakan anekdot ini atau apapun namanya, karena siapapun yang terus mengobarkan semangat untuk konflik dengan mengatasnamakan Jawa adalah orang yang teramat picik dengan pemikiran yang teramat sempit dan hatinya penuh dengan kebencian yang akan membuat semua kita menuju kehancuran.

Saya benci GAM dulu, karena ia membawa rakyat Aceh dengan isu kemerdekaan dan perang ashobiyah atau penjajahan indon tanpa melihat bahwa lawannya adalah kaum muslimin juga. Saya tidak suka mengikut didong jalu Win Wan Nur karena saya kasihan dengan jiwanya itu, selalu menginginkan konflik, anda akan bisa melihat nanti dalam tulisan-tulisannya sekarang ini yang menunjukkan keasliannya. Didong dalam Gayo adalah bagaimana berpantun, ini adalah semangat melayu seperti yang ada di padang dan daerah melayu lainnya, bahkan mereka ada yang bersilat, tapi bukan untuk kemudian mencaci maki, karena Islam tidak mengajarkan itu, sudah sering saya katakan.

Siapapun yang kembali mengobarkan konflik di Aceh dengan berbagai macam cara seperti Aceh Merdeka dengan konsep Penajajah Jawa-Indon, Gayo Merdeka, Tengku VS Teuku Jilid ke 2, menjayakan Kesultanan Aceh kembali, semua itu menurut saya adalah sia-sia.
Kemerdekaan bagi saya adalah ketika orang Aceh telah berhasil memegang tampuk kekuasaan di berbagai instansi, HDI orang Aceh meningkat, kesejahteraan orang Aceh tinggi, kesatuan Islam terjalin dengan kuat sehingga tidak lagi diadudomba. Aceh yang kuat tidak terkungkung pada pikiran merdeka, Aceh yang kuat dengan SDM yang kuat, bukan lagi nasionalisme atau sukuisme yang dikedepankan akan tetapi sudah melangkah kepada humanisme, melangkah kepada tataran yang lebih tinggu lagi tataran ilahiah atau hati nurani.

04 Februari 2009

Gamang Memberi Arti ?

Bagian pertama

Ketika sampai dirumahnya Umar menemukan Win sudah ada di ruang tamunya, duduk di sofa tamunya yang lembut, menunggunya. Umar memang mempunyai rumah yang indah yang lengkap dengan perabotan mewahnya sekaligus halaman yang luas.
“Hmmm. Asslam Win,” sapa Umar
“Hai, Wasslm. Wah saudaraku yang luar biasa ini sudah datang rupanya,” jawab Win.
“Kaifa haluk ?” tanya Umar
“Ahlan wa sahlan, syukron akhi, antum ?” Jawab Win.
“Alhamdulillan baik, ada apa Win, tumben kau kemari, ada yang bisa kubantu,” tanya Umar kembali.
“Hah, jangan begitu kau Umar, aku hanya ingin bercerita kepadamu. Tapi kau jauh berubah sekarang ya, rumahmu mewah sekali, ketika aku ke sini tadi hampir aku tidak percaya ini rumahmu. Anak dan istrimu juga cantik dan gagah-gagah. Kau buat aku iri kawan, iri dengan semuanya. Ketika melihat anakmu yang perempuan aku teringat anakku yang kecelakaan. Aku merindukannya Mar,” kata Win sambil berkaca-kaca air matanya.
“Sabar Win, inget Tuhan…ah sudahlah jangan lah kita berdiskusi kembali tentang Tuhan, aku sudah tahu jawabanmu,” cepat-cepat Umar berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Mar, kau ingat tentang pembicaraan kita sebelum aku pergi ke Denmark dan kau ke Mesir tentang Kemerdekaan, waktu itu kita berdebat keras bahwa kemerdekaan menurut kamu adalah ketika kita merdeka dari yang namanya kemiskinan dan kebodohan tanpa harus menjadi sebuah Institusi atau Negara selama mereka tidak melakukan pembudakan. Tapi aku bersikeras bahwa kemerdekaan itu harus diraih bila sudah punya institusi yang mengayomi kepentingan kita, setelah itu baru kita mengejar ketertinggalan, apapun pengorbanannya” kata Win.
“Ha ha, ya aku ingat itu. Kau tetap tidak mau mengakui argumenku bahwa bila ini dilakukan maka yang terjadi adalah setiap keluarga di dunia ini punya keinginan Merdeka, gila kan kalau ini terjadi, jangan-jangan nanti akan ada Negara Cahaya dan Langit..ha ha ha.” Ujar Umar.
“Ah, aku masih tidak setuju dengan kau Mar. Kau tidak tahu apa-apa tentang kemerdekaan, bagiku lebih baik kita jadi sebuah keluarga yang punya kehormatan dengan mengorbankan yang harus dikorbankan sebagai pahlawan, bukankah itu lebih heroic. Kehormatan Mar, kehormatan…tak ngerti kau Mar tentang hal itu karena kau terlalu banyak baca Kitab sejak dulu,” jawab Win.
“Win, apa yang kau inginkan dari kemerdekaan ? Apa Win ? Bukankah yang kita tuju tetap kepada memerdekakan diri kita dari kemisikinan dan kebodohan dari pada kau sebar itu konflik lantas kita harus masuk ke dalam lingkaran setan berupa dendam dan intimidasi, berpikirlah kau Win,” kata Umar lantang, rupanya ia sudah terbawa kembali masa lalu ketika mereka berdua muda berdebat.
“Itulah kau Mar sejak dulu tidak pernah lepas dari mata kudamu, ya itu dengan Agama gilamu itu, lepas Mar, berpikir merdeka. Kita ini punya darah pejuang, darah anti dijajah orang lain, kita ini punya kelebihan sama orang-orang bodoh di bawah kita itu. Sekarang gimana caranya kita menguasai orang-orang bodoh itu untuk kemudian kita bakar semangat mereka untuk merdeka lantas kita jadi pemimpin dan kemudian kembali membodohi mereka. Jangan lupa kita siapin pengganti kita dari anak-anak kita, ha ha,” ujar Win sambil tertawa.
Umar terheran-heran dengan Win, pemikiran-pemikiran ini pernah ia dapat dari Illuminati sewaktu pertama kali, walau ia mengikutinya ia tetap mempertanyakannya dihatinya, rupanya aku masih punya filter, tapi Win Gila ini menelan habis cerita itu dan bahkan ia sudah punya kemampuan untuk menambah-nambahnya.
Umar menarik nafas panjang kemudian berkata ““Dari dulu aku selalu mengatakan bahwa Islam tidak pernah mengijinkan kita untuk berjuang dengan ashobiyah atau golongan, kau pernah dengar hadistnya kan. Win semakin gila kau Win, lebih dari dulu..he he,” sahut Umar.
“Terserah kau lah. Mar, aku mau minta bantuan kamu untuk itu. Aku mau pimpin Keluarga ini, aku mau turunkan dulu bapak-bapak kita yang sudah tua itu, mereka sudah tidak punya keberanian lagi untuk bertindak, mereka sudah pikun semua. Aku mau buat cheos keluarga ini sebelum kemudian menghancurkan keluarga Langit,” kata Win bersemangat.
“Ah, kau Win. Kau mau mengambil hakku ya..he he. Tapi sebelum itu kau harus lihat dulu tayangan ini,” kata Umar dengan corak wajah yang tiba-tiba menyendu.
Umar bangkit dari tempat duduknya dan menghidupkan TV serta alat pemutar Video kemudian berkata “Win, aku ada wawancara dengan keluarga kita yang hidupnya tidak seberuntung kita yang aku filmkan, aku melakukan ini tempo hari untuk mejadi bahan penelitianku tentang kondisi keluarga kita yang sudah mulai kehilangan kebersamaannya ini,” kata Umar.
Di layar Televisi terlihat bahwa Umar berjalan-jalan dipinggiran kota, ia mengunjungi sebuah rumah gubuk yang terlihat memiriskan hati bagi orang yang melihatnya.
Tok tok tok, suara pintu diketuk oleh Nur.
“Asslm,” kata Umar.
“Wasslm, siapa ya,” jawab orang yang ada di dalam rumah itu.
“Umar Nek, ini cucu Nenek. Masih ingat kan ? “ ujar Umar.
Terdengar suara batuk-batuk dari dalam rumah tersebut. Krreekk, pintu reot itu terbuka perlahan dan terlihat seorang wanita tua yang sudah agak bungkuk, wajah dan tangannya ditutupi keriput yang menandakan ketuaannya, rambutnya yang sudah memutih semua di tutupi oleh pakaian bersih yang sangat tua tanpa model yang amat dekil, tapi matanya masih terlihat tajam.
“Uh, siapa ni. Nenek da lupa, masuk, masuk, duduk, duduk” kata Nenek lirih.
Terlihat di TV Umar menyalami nenek tersebut sambil mencium tangannya. Win berkata “Wah, kau seperti masih dalam zaman feodal saja..he he,”
Umar hanya melirik saja kepada Win sambil tersenyum sinis.
Kembali ke layar televise, terlihat Umar duduk di sebuah kursi tua yang terbuat dari rotan, kondisinya sudah amat mengharubirukan. Rumah gubuk itu ternyata hanya mempunyai 3 ruangan, ruang tamu bergabung dengan dapur berukuran 4 x 5 m, kemudian sebuah ruangan yang menjadi kamar bagi nenek itu dan sebuah kamar mandi sepertinya dipojok kanan rumah. Ketika nenek itu sedang mempersiapkan minuman bagi mereka berdua tanpa sengaja kameraman memperlihatkan bahwa di dalam kamar nenek itu seorang anak yang sepertinya berumur 9 tahun sedang tertidur dengan pulas.
Melihat hal ini Umar teringat kembali masa-masa kecilnya dahulu yang penuh dengan kehangatan dari nenek dan kakeknya memeliharanya. Walau bedanya ialah anak itu dalam keadaan yang serba kekurangan sedangkan ia dapat dikatakan berkecukupan.
Umar sejak kecil memang sudah yatim piatu sejak berumur 5 tahun, kedua orang tunya telah menjadi korban konflik antara Keluarga Cahaya dan Keluarga Langit. Semenjak itu pula ia di asuh oleh kakek dan neneknya dengan segenap kasih sayang sehingga ia terbebas dari akibat psikologis seperti korban konflik lainnya. Kakek dan Neneknya selalu menyuruhnya untuk dekat kepada Tuhan, tidak boleh mendendam dan memberikannya semua keindahan sebuah keluarga. Ia diasuh oleh keduanya sampai ia pergi ke Mesir. Keduanya meninggalkan dunia ini ketika ia baru 3 bulan di Mesir dan mendengar bahwa keduanya meninggal karena kecelakaan. Semenjak itulah ia di Mesir berusaha untuk dapat menyambung hidup dengan segala upayanya melanjutkan kuliahnya.
Sejarah hidupnya inilah yang mendekatkan dirinya dengan Win, seperti juga dirinya hal ini terjadi juga dengan Win, tapi bedanya Win masa kecilnya agak berbeda dengannya sejak kecil sudah harus membawa dendam dihatinya. Kalau ia diasuh oleh Kakek Neneknya dengan menghilangkan dendam dari hatinya tapi Win hidup dengan pamannya bersama sepupu-sepupunya dalam dendam. Ia megetahui ini karena mereka SD satu bangku, masuk pesantren dari SMP dan SMA juga bersama-sama. Dibalik kebuasannya sebenarnya dalam diri Win masih ada sedikit kelembutan dan kebaikan yang selama ini dicoba ditutupinya juga karena ia terkadang kelepasan dalam setiap ucapan dan tindakkannya. Dan ini menyebabkan ia harus bisa bersikap seperti apa yang ia ucapkan dan tindakannya. “Kasihan kau Win, malah kau sekarang masuk ke dalam perangkap Illuminati, padahal kalau kau tahu kau hanya sebagai pion yang akan dikorbankan tentu kau akan berpikir 1000 kali mengikuti wanita setan itu. Walau aku masuk tapi aku masih punya hal-hal yang kupersiapkan untuk kepentingan aku, aku menggunakan mereka untuk kepentinganku,” ujar Umar dalam hatinya.
“Kamu siapa, tapi wajah kamu sepertinya mengingatkan aku akan seseorang ?” tanya Nenek.
“Saya Umar Nek, anaknya Indah, saya dulu sering main ke sini bersama kakek dan nenek. Mungkin nenek ingat sama dengan Ida, Nenek saya,”kata Umar.
Terlihat nenek itu berpikir keras,tiba-tiba wajahnya semeringah “Iya, nenek inget sekarang, ya ya kamu, da besar dan ganteng lagi sekarang ya…,” katanya. Kemudian nenek bangkit dari duduknya dan memeluknya serta mencium dahinya.
“ Iya Nek, sudah hampir setahun aku ada disini, dan baru bisa mendapatkan alamat Nenek sekarang. Dengan siapa sekarang, Nek ? Kemana om Adi dan Ali, kenapa nenek tidak tinggal bersama mereka, dan itu siapa yang di kamar?” tanya Umar setelah Nenek itu mengenalinya, karena memang Umar sejak dahulu selain sama kakek dan neneknya dekat dengan keluarga ini.
Nenek itu tiba-tiba sesegukan menahan sedihnya, air mata mulai keluar berjatuhan tanpa bisa tertahan lagi, kemudian ia berkata “Umar, semuanya sudah habis karena konflik, semuanya sudah diambil Tuhan, hanya Tari satu-satunya yang tinggal bersama Nenek, dial ah yang mengurus Nenek. Tapi nenek tidak bisa memenuhi semua kebutuhannya, nenek tidak punya apa-apa, untuk menyabung hidup nenek mendapat bantuan dari saudara-saudaramu hingga sekarang bisa berjualan alakadarnya di pasar dekat rumah ini Umar,” jawab Nenek.
Mendengar hal tersebut hati Umar menangis, tanpa terasa ia meneteskan air matanya. Ia teringat kakek neneknya yang juga berjuang baginya untuk mendapatkan pendidikan yang baik, tapi ini. Ini merupakan sebuah siksaan bagi nenek yang sudah tua ini. “Konflik…konflik…konflik…kenapa kita semua mau ke dalam konflik, apakah kalau kita tidak mau konflik kemudian dikatakan pengecut. Kenapa orang-orang yang gila konflik itu tidak berlaku seperti Mahatma Gandhi yang telah memerdekakan India tanpa harus dengan perang yang mengorbankan orang ribuan. Atau kenapa harus konflik kalau kami yang masih seiman ini masih bisa bersama untuk menjunjung perdamaian. Layakkah perang ini terjadi kalau masih bisa ada kedamaian yang bisa dicapai ? Laknatullah kau yang telah menyukai konflik,” tiba-tiba Umar berteriak dalam hatinya.
Ketika ia tersadar dari teriakan hatinya ia sadar bahwa mungkin ia juga telah terjerumus kedalam konflik ini atau sedang terjerumus. Ketika masuk kedalam kelompok Illuminati ia sudah mengadakan kesepakatan untuk tidak terjebak dengan konflik yang ada pada keluarganya saat ini. Tapi ia telah berulang kali membantu untuk kepentingan Illuminati untuk membuat cheos berbagai keluarga dan membuat hancur berbagai organisasi. Tapi khusus untuk dari kalangan yang seiman dengannya ia hanya memberikan informasi penting tentang actor-aktor yang berperan serta perencanan dari organisasi yang akan dihancurkan tersebut, tapi ia juga tahu actor-aktor yang menghancurkan agamanya itu. Hal inilah yang membuat ia berdua muka. Mukanya tiba-tiba memerah dan tangannya gemetar menahan amarah dan penyesalan yang ada pada dirinya.
Nenek itu bangkit dari kursinya dan mengambil sesuatu dari kamarnya, “Cucunda, nenek diberi fhoto oleh salah satu keluarga kita bagaimana keluarga kami dibantai oleh orang-orang yang tidak dikenal, bahkan pelakunya sampai saat ini belum ditangkap. Tapi dari bukti-bukti ini dilakukan oleh Keluarga Langit…hu hu,” tiba-tiba nenek itu menderu tangisnya.
Foto-foto itu memang menggambarkan kebiadaban dari penbantaian tersebut, bahkan rasanya ini di luar kemanusiaan atau bahkan sengaja dibuat untuk membuat panas situasi orang yang melihatnya. Foto yang disorot oleh Kameranya temannya Umar memperlihatkan bahwa mayat-mayat tersebut sudah dipotong-potong menjadi beberapa bagian, bahkan bagian dari terpotong-potong itu terlihat hangus, wajah mereka juga semuanya sekarang sudah tidak dikenal lagi. Terlihat terdapat 4 mayat orang dewasa dan 1 mayat anak kecil.

Melihat fhoto-fhoto ini Umar tak kuasa lagi menahan sedih dan amarahnya, terlihat di layar Televisi itu ia segera keluar rumah tersebut, ntah apa yang dilakukannya.
Umar yang menonton hanya dapat menarik nafas panjang, karena diluar ia memukulkan tangannya ke pohon pisang hingga pohon itu tumbang, karena untuk meluapkan kemarahannya ia telah memukul dengan keras berkali-kali pohon itu menumpahkan segala kemarahannya dan rasa bersalahnya.
Tak lama kemudian Umar memasuki rumah tersebut dengan raut muka yang sudah agak tenang.
“Umar, kedua pamanmu menurut otopsi Pemerintah darahnya telah habis sebelum dibakar, rasanya mereka telah menguras darah dari kedua pamanmu sebelum dibunuh,” lanjut nenek itu sambil sesenggukan.
“Iya Nek, sabar ya Nek, nanti Umar akan cari tahu siapa yang telah membunuh keluarga nenek, harus sabar ya. Ini Nek, ada sedikit rezeki dari saya untuk Nenek, mudah-mudahan Nenek bisa menggunakannya untuk usaha dan ini juga bisa membantu Tari untuk sekolah sampai SMA,”
“Umar, terima kasih Umar, kamu baik sekali, semoga Allah akan memberikan kamu berkah dan rahmatnya. Ingat Umar, jangan tergoda bisikan syetan, semua kekerasan yang sekarang terjadi di daerah kita adalah bisikan iblis yang terkutuk, dimana manusia sudah menjadi serakah, manusia sudah menjadi binatang dan yang lebih bahaya lagi manusia sudah menjadi sombong seperti iblis, sehingga ia merasa dirinya paling mulia dibandingkan manusia lainnya dan merasa pantas untuk bisa menghina manusia lain yang bukan dari golongannya. Terakhir pesan nenek Umar, jangan kamu sekali-kali menyimpan dendam, karena Nabi tidak pernah mengajarkan kita dendam, itu semua adalah perbuatan syetan. Nenek bisa lihat kamu masih ada gundah dengan semuanya, ingat pesan nenek ya Umar..” nenek itu kembali sesenggukan lebih keras kali ini. Seolah-olah nenek itu tahu apa yang ada di hati Umar, seolah-olah ia mengerti apa kegundahan Umar.
Mendengar hal itu Umar tak kuasa memeluk neneknya itu, ia juga meneteskan air matanya. Tak lama kemudian ia membelai pipi nenek itu kemudian kepalanya dan mengecup keningnya, selanjutnya berkata “Iya Nek, terima kasih Nek. Doakan Umar. Asslm,” salam Umar kemudian ia bersama temannya meninggalkan rumah tersebut.
Umar lantas mematikan TV tersebut, dan berkata “Win, gimana Win, kamu da lihat kan akibat konflik, tidak saja fisik tapi juga psikis, dan kita yang menjadi salah satu korbannya, kita juga merasakan kan Win,” ujar Umar.
Win yang sejak tadi diam karena batinnya kembali terlibat konflik hanya menganggukkan kepala saja.
Seperti juga Umar, ketika ia melihat anak kecil tadi ia juga teringat dirinya. Ia telah megarungi hidup yang berat karena konflik, karena ia merupakan korban konflik. Sejak kedua orang tuanya meninggal karena dibunuh oleh Keluarga Langit, dendam sudah tertanam dalam hatinya. Ia selalu berniat suatu saat ia harus berhasil menjadi orang yang punya kekuasaan untuk menghancurkan Keluarga Langit bagaimanapun caranya.
Terlintas kembali olehnya dokumen rahasia yang diberikan Nur kepadanya bagaimana upaya dari Illuminati untuk membuat 2 keluarga itu terus bertempur dengan alasan Keluarga Langit memang tidak layak diberikan ada dengan semua ulahnya, ini menyebabkan ada sedikit kesal dalam diri Win. Dokumen yang dibacanya juga menceritakan bahwa Keluarga Cahayalah yang sesungguh lebih baik daripada Keluarga Langit, kemunduran Keluarga Cahaya selama ini karena mereka telah terjajah puluhan tahun lamanya. Bahkan dokumen tersebut juga menunjukkan data-data kebiadaban yang terjadi selama konflik berlangsung.
Semuanya seolah-olah berupaya menunjukkan bahwa yang menyebabkan terjadinya konflik ini adalah karena Keluarga Langit menjajah Keluarga Cahaya, yang menyebabkan kemunduran. Dan yang terpenting menurut Illuminati bahwa Langit harus dienyahkan, dan kedamaian hakiki itu tidak akan pernah ada selama ada Keluarga Langit di muka bumi ini. Hal inilah yang menyebabkan Illuminati selalu berupaya berulangkali dengan strateginya untuk dapat mengobarkan perang kembali untuk mengembalikan kejayaan dari Keluarga Cahaya. Dan adalah hal yang wajar jika yang nantinya sebagian keuntungan akan diberikan kepada actor-aktor yang berjasa, demikianlah yang terpikir di otaknya si Win yang egoismenya kini sudah menjadi Tuhan.
Memikirkan ini semua maka semakin tertutup hati Win, semakin dendam kepada Keluarga Langit dan kepada Tuhan semua itu menjadi tertutup, ia tidak peduli lagi dengan korban tambahan yang harus dikorbankan. Semua itu semakin menjadi ditambah dengan keangkuhannya, yang sudah terlukiskan dengan segala perbuatan dan perkataannya. Yang pasti apapun yang akan diberitahukan kepadanya untuk mencegah konflik kembali adalah seperti masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri. Sungguh ironis…

Bagian kedua
Umar yang melihat Win terdiam saja dengan dingin setelah melihat film tersebut hanya bisa diam juga seperti patung melihat sahabatnya sepertinya sudah tidak lagi mempunyai hati nurani dan akal yang dapat dipergunakan untuk kebaikan keluarganya. Hanya konflik saja yang dipikirkannya. “Sungguh wanita setan itu telah berhasil mempengaruhinya dengan sebaik-baiknya,” dalam hati Umar berkata.
“Win…,” dengan sedikit membentak Nur menghardik Win.
Win yang terdiam, tiba-tiba sadar dari lamunannya. “Afwan Akhi, maaf, apa tadi yang kau katakana ?” tanyanya.
“Apa tanggapan kau tentang film tadi, konflik yang berkepanjangan ternyata hanya membawa anak-anak kembali menjadi seperti kita dahulu, selalu dalam kesulitan dan selalu dalam dendam,” tanyanya kembali.
“Oh, itu tadi adalah salah satu pengorbanan dari keluarga kita untuk mempertahankan kehormatan kita, mereka yang meninggal itu adalah pahlawan keluarga kita,” jawab Win singkat.
“Tapi apa yang mereka dapat kecuali mereka kembali dalam kesusahan, engkau tidak dengan kata-kata terakhir dari nenek kita tadi agar kita tidak memdendam, karena itu adalah perbuatan setan. Lagian menurut aku kalau sesama saudara muslim itu berperang amat dibenci Allah. Win membunuh 1 orang nyawa muslim sama dosanya dengan kita membunuh semua muslim yang ada di dunia ini, bila ada satu orang muslim yang terluka maka kita akan merasakannya juga, apakah kau mau memotong tanganmu sendiri ?” kata Umar.
“Kalau memang tangan itu adalah penyakit maka aku akan rela memotongnya, agar penyakit itu tidak menyebar,” jawab Win.
“Lantas apa engkau yakin bahwa tangan itu memang sakit sehingga engkau mau memotongnya ?” tanya Umar kembali.
“Iya, mereka adalah penyakit, kita seperti sekarang karena tingkah pola mereka, kalau mereka hilang tentu kita akan lebih aman, dan itu lebih baik kita hidup dengan satu tangan daripada hidup 2 tangan dengan satu tangan berpenyakit,” jawab Win dengan lantang karena ia merasa mendapatkan angin segar untuk dapat menekan setiap perkataan dari Umar saat ini.
“Sungguh kau sudah gila Win, kalau kau mau memotong tanganmu sendiri walau engkau tidak tahu mereka itu penyakit atau bukan sudah barang tentu engkau akan rela membunuh keluargamu sendiri untuk mendapatkan ambisi gilamu itu,” kata Umar sambil menggeleng-geleng kepalanya.
“Gini Win, aku tidak suka dengan pemikiran kamu ini, mereka saudara kita, mereka mengucapkan syahadat, dan lagi yang kita perjuangkan sekarang adalah ashobiyah, barang siapa yang melakukannya maka ia tidak akan masuk ke dalam golongan Nabi Muhammad,” tukas Umar.
“Aku tidak peduli Mar, engkau suka atau tidak suka, aku tetap dengan prinsip aku, kalau perlu aku mati menghancurkan mereka,” kata Win dengan berapi-api.
“Istigfar Win. Kau harus tahu Win sebenarnya yang membuat kita berkelahi dengan mereka hanya karena pepesan kosong yang seharusnya bukan dijadikan alasan untuk perang. Hanya karena dulu nenek moyang kita memperebutkan harta warisan, lantas berlanjut sampai sekarang, kau tahu itu kan. Satu lagi kita merasa paling hebat sejak zaman dulu dari mereka, tapi apa yang kita dapat sekarang mereka sudah berlari menuju bulan kita malah menggali sumur kematian keluarga kita sendiri. Pikirkan ini Win” jawab Umar.
“Aku sudah tidak peduli lagi Mar, aku hanya ingin merebut kembali harta warisan itu, kalau dari belahan lain tidak bisa sekarang adalah giliran aku untuk mendapatkannya,” ujar Win dengan sedikit bersungut-sungut mulutnya menunjukkan kekesalan dirinya.
Umar hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat Win yang begitu keras kepala, sampai-sampai semua perkataannya sepertinya menjadi sia-sia. Kembali ia menarik nafas panjang. “Huh, aku rasa selain nafsu gilamu kau memang sudah berhutang budi terlalu banyak Win dengan Illuminati, apa yang sudah diberikannya uang, harta, tubuhnya atau apa, menyedihkan kau Win,” kata Umar dalam hatinya.
Tiba-tiba Umar bertanya dengan lembut kepada Win,“Win, apakah menurut hati kecilmu hanya untuk mengejar sebuah kehormatan keluarga lantas kita bisa mengorbankan semuanya, bahkan mengorbankan keluarga kita yang lain, itu satu. Yang kedua, untuk tanah warisan itu siapa yang punya Win, hanya Tuhan yang punya, apakah engkau tahu ratusan tahun yang lalu itu tanah kepunyaan siapa ? Jawab Win, apakah aku salah ketika aku katakana ini semua hanya pepesan kosong, jawab Win. Terakhir, sudahkah kau berpikir panjang ke depan atas apa yang terjadi saat ini, untung ruginya bagi keturunan kita kelak ?,”
Tiba-tiba Umar melanjutkan kata-katanya “Sebelum kau menjawab Win, kau ingat apa yang di bilang nenek di video tadi yang mengatakan bahwa darah kedua pamanku habis, itu menandakan bahwa kedua pamanku sudah terkena ritual dari salah satu sekte setan yang menganggap orang itu lebih rendah dari pada dirinya, mereka menggunakan darah dari pamanku untuk pesta agama mereka, dan sekte itulah yang telah merusak semua generasi keluarga kita selalu dalam konflik. Sekarang masihkah kau tidak percaya kalau kita semua ini hanya dijadikan pion untuk mereka mengeruk keuntungan dari pertikaian keluarga cahaya dan keluarga langit,”
Win terlihat galau pada wajahnya, ia mulai meneteskan air matanya, namun matanya masih menunjukkan dendam membara yang ada pada hatinya. Tangannya terlihat mengetuk-ngetuk pinggiran sofa yang didudukinya. Kakinya juga demikian mengantuk-ngatuk ubin yang ada di bawahnya. Seperti halnya iblis yang merasa kehilangan muka ketika Tuhan menciptakan Adam dan menyuruhnya untuk bersujud kepada Adam. Sejak dari dulu yang menyebabkan manusia ini hancur adalah rasa sombong dan dendam, seperti halnya iblis, seperti apa yang dikatakan nenek tadi.
“Tidak Umar,” teriak Win. “Aku tidak peduli semua, kalau perlu semua akan kuhancurkan, aku hanya mau Keluarga Langit hancur karena mereka telah mengambil hak keluarga kita dan aku dendam kepada mereka, mereka membunuh keluargaku, aku mau bunuh mereka semua, aku mau…aku mau… aku lebih baik dari mereka….” sambil bangkit dari duduknya dan berbicara dengan tersengal-sengal menumpahkan semua kemarahannya dengan berteriak-teriak.
“Win, tenang kau, ini rumahku, jangan bikin malu kau,” tegur Umar secara berbisik keras sambil menarik tangan Umar untuk segera duduk kembali dan menenangkan diri.
“Tenang sobat, tenang, kita teman bukan,” lanjut Umar menenangkan Win.
Win terlihat mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, sebentara ia sudah bisa mengendalikan emosinya. Memang wataknya sulit berubah, mungkin ini terjadi hampir kepada semua korban konflik yang ada di dunia ini, perkembangan korteks yang tidak normal dan menimbulkan gangguan emosional. Ini pulalah yang nantinya pada daerah konflik itu akan besar potensi konfliknya karena mereka sudah sedemikian rupa telah dibuat menjadi orang yang bersifat reaksioner dan pendendam. Perlu ada sebuah penanganan khusus bagi anak-anak korban konflik, Umar merupakan contoh mata bagaimana ia bisa keluar dari trauma konflik, adanya kasih sayang dari kedua kakek neneknya. Sehingga ia mampu untuk keluar dari lingkaran itu.
Hati Umar ingin sekali bisa menyadarkan Win bahwa apa yang ia lakukan adalah salah, bahwa ia akan dijadikan korban dan semua yang ia kumpulkan akan musnah seperti halnya dengan mudah ia mendapatkannya. Ketika istrinya memanggil Umar untuk makan malam, maka Umar lantas mengajak Win untuk makan malam bersama keluarganya yang telah menunggunya. Sejenak Win dan Umar melupakan semua hal yang mereka berdebatkan, mereka membicarakan hal-hal lain berkenaan dengan keluarga Umar, anaknya yang baru bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, istrinya yang kesulitan ke pasar karena tersesat, Umar yang sungkan dengan wanita-wanita Indonesia yang terlalu ramah dan masih banyak hal lain.
Namun sesekali terlihat bahwa wajah Win terbersit kesedihan yang selalu dicoba ditutupinya ketika datang, ia ingin menunjukkan bahwa ia juga bahagia dengan hidupnya. Ia menceritakan istrinya yang kini sudah terkenal, sebagi figure masyarakat, masuk ke dalam kalangan artis dan elit. Istri Umar yang bernama Anisah itu mungkin tidak dapat melihatnya, tapi Umar jelas dapat melihat perubahan wajah pada sahabatnya itu.

bersambung..