22 Mei 2009

Mengkritisi 10 Dosa Besar Demokrasi

Alasan pertama, sistem ini membuat kita lengah akan tabiat pergolakan antara jahiliyah dan Islam, antara haq dan batil, karena keberadaan salah satu di antara keduanya mengharuskan lenyapnya yang lain, selamanya tidak mungkin keduanya akan bersatu. Barangsiapa mengira bahwa dengan melalui pemilihan umum fraksi-fraksi jahiliyah akan menyerahkan semua institusi-institusi mereka kepada Islam, ini jelas bertentangan dengan rasio, nash dan sunan (keputusan Allah) yang telah berlaku atas umat-umat terdahulu.

"Tiadalah yang mereka nanti melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) atas orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan bagi sunnatullah dan sekali-kali tidak (pula) akan mendapati perpindahan bagi sunnatullah itu." (Surat Faathir: 43)

Kritisi alasan pertama, hal yang perlu diketahui bahwa perkembangan agama Islam di bumi dengan menggunakan metode da’wah, dalam da’wah sudah jelas bahwa Rosulullah SAW hanya seorang pertama kalinya dalam mengembangkan Dinul Islam di bumi ini, kemudia ia menyebarkannya dengan berda’wah. Ketika golongan muslim masih sedikit maka pertemuan-pertemuannya secara sembunyi-sembunyi, ketika sudah semakin besar dan terlihat ada tanda-tanda kaum muslim ditekan maka ada saatnya untuk hijrah ke tempat yang lebih kondusif dalam pengembangan agama Islam tersebut, ketika sudah besar maka bersikap tetap sebagai penda’wah dan mengayomi orang-orang muslim serta memerangi orang-orang yang menindas kaum muslim.
Terlihat jelas bahwa jumlah dan kondisi amat mempengaruhi setiap perjuangan Islam, dan disitulah peran dari makhluk yang namanya demokrasi itu bermain. Dalam pemikiran saya sebuah perjuangan tanpa harus menggunaka senjata untuk memperjuangkan apa yang diyakini dan dapat diterapkan pada masyarakat yang mendukungnya. Sekaligus sebagai alat untuk mengingatkan kita semua bahwa ada golongan-golongan yang menjadi mayoritas dan golongan minoritas.
Dalam pemikiran saya pribadi Islam adalah sebuah demokrasi sempurna, konsep Ilahiah, sebuah konsep yang memang diturunkan untuk menjadikan bumi menjadi lebih makmur. Nah, perjuangkanlah konsep itu melalui demokrasi tanpa harus mengangkat senjata.

Alasan kedua, sistem demokrasi ini akan menyebabkan terkikisnya nilai-nilai aqidah yang benar yang diyakini dan diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya yang mulia, akan menyebabkan tersebarnya bid'ah, tidak dipelajari dan disebarkannya aqidah yang benar ini kepada manusia, karena ajaran-ajarannya menyebabkan terjadi perpecahan di kalangan anggota partai, bahkan dapat menyebabkan seseorang keluar dari partai tersebut sehingga dapat mengurangi jumlah perolehan suara dan pemilihnya.

Kritisi alasan kedua, setiap perjalanan sebuah upaya untuk mencapai tujuan diperlukan sebuah organisasi dalam bentuk apapun, karena ada sebuah hadist Nabi yang mengatakan bahwa kejahatan yang terorganisasi dapat mengalahkan kebenaran yang tidak berorganisasi. Saat ini salah satu organisasi yang mampu memberikan kita kuasa untuk mencapai tujuan adalah sebuah Partai. Yang perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana menyatukan partai-partai Islam untuk bersatu, atau bagaimana membesarkan salah satu partai yang memang betul-betul Islam yang dilihat dari sistem pada partai atau organisasinya, kaderisasinya, istiqomahnya, dan beberapa faktor lainnya. Kemudian akan terlihat bahwa yang memilih yang hak dan memilih yang batil, tidak ada lagi area abu-abu, namun dengan cara yang santun dan elegan bukan dengan kekerasan.
Perpecahan dan hilangnya suara pada sebuah partai adalah hal yang biasa, karena manusia adalah selalu berubah-ubah, keimanan dan keyakinan seseorang selalu berubah-ubah, itulah pentingnya kaderisasi dalam sebuah partai atau organisasi.

Alasan ketiga, Sistem demokrasi tidak membedakan antara orang yang ‘alim dengan orang yang jahil, antara orang yang mukmin dengan orang kafir, dan antara laki-laki dengan perempuan, karena mereka semuanya memiliki hak suara yang sama, tanpa dilihat kelebihannya dari sisi syar'i. padahal Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah! Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (Surat Az-Zumar: 9)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Maka apakah orang yang beriman itu sama seperti orang yang fasiq? Mereka tidaklah sama." (Surat As-Sajdah: 18)

Dan Allah Ta'ala berfirman: "Maka apakah Kami patut menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu berbuat demikian, bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (Surat Al-Qalam: 35-36)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Dan anak laki-laki (yang ia nadzarkan itu) tidaklah seperti anak perempuan (yang ia lahirkan)." (Surat Ali Imran: 38)

Kritisi alasan ketiga, yang hanya bisa saya katakan adalah inti dari da’wah adalah bagaimana membawa pengaruh kepada orang lain, jadi mari kita dapat berpikir lebih kritis dan cerdas lagi jangan terlalu sempti dengan mengatakan bahwa adalah berbeda antara orang mumin dengan orang tidak mumin. Keberhasilan seorang muslim adalah ketika ia menjadi panutan dan ikutan dari orang banyak bukan lantas ia tidak menghargai orang-orang yang tidak sejalan dengan dirinya, ini perlu dicamkan.
Bagi Allah SWT memang orang beriman lebih disisiNya, tapi perlu juga diingat ada yang namanya Hablumminallah dan Hablumminannas, ketika kita berbicara untuk hablumminallah saya setuju dengan alasan ketiga ini, tapi ketika berbicara hablumminannas maka perlu dikaji ulang.
Allah SWT tentunya bisa dengan mudah dapat mengislamkan semua orang yang ada di muka bumi ini, tapi ini tidak Ia lakukan. Yang Allah lakukan adalah Ia memberi contoh dengan makhluk yang namanya Iblis, menurunkan utusan-utusan Nya untuk bisa menegakkan kalimat Laa Ilaha Illallah. Tentu dari sini semua ia hendak mengajarkan kepada kita semua arti dari da’wah dan jihad, bagaimana sebuah seni untuk menegakkan agama Allah dimuka bumi ini.
Kemenangan seorang muslim adalah ketika ia bisa menjadi panutan atau uswatun sekaligus bisa menjadi khalifah disekelilingnya, bukan lantas kemudian menutup diri dan mengatakan bahwa saya adalah manusia yang mempunyai kelebihan dibandingkan manusia lainnya, sifat sombong inilah yang telah membawa iblis ke dalam api neraka. Iblis pernah menjadi makhluk yang sangat alim, namun ketika manusia diciptakan dan diangkat menjadi khalifah bumi sehingga ia harus bersujud kepada Adam, ia menolak dan rela menjadi simbol kejahatan di muka bumi ini.

Alasan ke empat, sistem ini menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan para aktivis dakwah dan jamaah-jamaah Islamiyah, karena terjun dan berkiprahnya sebagian dari mereka ke dalam sistem ini (mau tidak mau) akan membuat mereka mendukung dan membelanya serta berusaha untuk mengharumkan nama baiknya yang pada gilirannya akan memusuhi siapa yang dimusuhi oleh sistem ini dan mendukung serta membela siapa yang didukung dan dibela oleh sistem ini, maka ujung-ujungnya fatwa pun akan simpang-siur tidak memiliki kepastian antara yang membolehkan dan yang melarang, antara yang memuji dan yang mencela.

Kritisi alasan keempat, kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadist serta mengutamakan kepentingan umat bukan kepentingan pribadi atau golongan.

Alasan kelima, Di bawah naungan sistem demokrasi permasalahan wala' dan bara' menjadi tidak jelas dan samar, oleh karenanya ada sebagian orang yang berkecimpung dan menggeluti sistem ini menegaskan bahwa perselisihan mereka dengan partai sosialis, partai baath dan partai-partai sekuler lainnya hanya sebatas perselisihan di bidang program saja bukan perselisihan di bidang manhaj dan tak lain seperti perselisihan yang terjadi antara empat madzhab, dan mereka mengadakan ikatan perjanjian dan konfederasi untuk tidak mengkafirkan satu sama lain dan tidak mengkhianati satu sama lain, oleh karenanya mereka mengatakan adanya perselisihan jangan sampai merusakkan kasih sayang antar sesama!!

Kritisi alasan kelima, kedudukan al-wala’ wal bara’ dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali iman yang paling kuat.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam: “Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ibnu Jarir)
Adalah benar ketika kita bersikap keras kepada orang-orang kuffar dan bersikap lemah lembut kepada orang-orang muslim, ketika kita memilih orang-orang kaffir menjadi pemimpin kita maka kita sudah barang tentu menjadi golongan dari mereka.
Dalam demokrasilah bisa mengaktualisasikan diri untuk al Wala’ wal Bara’, disitulah kita umat Islam bisa mempersatukan diri, tapi bedakan ketika kita melakukan sebuah kerjasama atau sebuah perjanjian dengan pihak non muslim. Disaat melakukan kerjasama atau perjanjian maka setiap muslim diharuskan memegang teguh perjanjiannya dan selalau mendahulukan kepentingan umat muslim.

Alasan ke enam, Sistem ini akan mengarah pada tegaknya konfederasi semu dengan partai-partai sekuler, sebagai telah terjadi pada hari ini.

Kritisi alasan ke enam, setiap muslim harus bisa memegang janjinya seperti yang terjadi pada Perjanjian Madinah, sebuah perjanjian antara kaum muslimin dengan kaum yahudi, nasrani dan kuffar. Perjanjian yang menyelamatkan kepentingan-kepentingan bagi umat Islam sekaligus menghormati kaum-kaum non muslim. Semuanya tergantung kemampuan lobby dari orang Islam itu sendiri dan memikirkannya untuk kepentingan umat muslim terlebih dahulu.

Alasan ke tujuh, sangat dominan bagi orang yang berkiprah dalam kancah demokrasi akan rusak niatnya, karena setiap partai berusaha dan berambisi untuk membela partainya serta memanfaatkan semua fasilitas dan sarana yang ada untuk menghimpun dan menggalang massa yang ada di sekitarnya, khususnya sarana yang bernuansa religius seperti ceramah, pemberian nasehat, ta'lim, shadaqah dan lain-lain.

Kritisi alasan ke tujuh, hal yang wajar ketika kader-kader dari partai Islam menggunakan sarana-sarana masjid untuk berda’wah, yang lebih penting lagi adalah bagaimana kekonsistenan dari Partai Islam tersebut dalam tujuan da’wahnya. Partai Islam yang baik adalah partai yang tidak pernah lepas dalam setiap gerakannya dengan ideologi keislamannya, pemikiran Islamnya bukan kepada kepentingan pribadi atau golongan. Hal yang menarik dari partai Islam adalah sebuah identitas yang jelas dengan keislamannya dan identitas yang jelas tentang nasionalismenya.

Alasan ke delapan, (Terjun ke dalam kancah demokrasi) juga akan mengakibatkan rusaknya nilai-nilai akhlaq yang mulia seperti kejujuran, transparansi (keterusterangan) dan memenuhi janji, dan menjamurnya kedustaan,berpura-pura (basa-basi) dan ingkar janji.

Kritisi alasan ke delapan, Rosulullah dalam menjalankan dawahnya atau sebut saja politiknya bisa mengusung nilai-nilai moralitas tersebut, rasanya seorang muslimpun akan mampu untuk melakukannya karena semuanya tertera dalam Al Qur’an dan Al hadist. Jangan salahkan demokrasinya tapi berarti muslim yang menjalankan demokrasinya itu yang tidak berkualitas. Padahal jika mereka mampun menjadi uswatun maka rasanya virus-virus tersebut akan terjangkit kepada poltikus lainnya. Di Indonesia sendiri ada contoh politikus-politikus islami seperti Buya Hamka, Moh Natsir dan banyak lainnya yang bisa dijadikan sebagai contoh.

Alasan ke sembilan, demikian pula akan melahirkan sifat sombong dan meremehkan orang lain serta bangga dengan pendapatnya masing-masing karena yang menjadi ini permasalahan adalah mempertahankan pendapat. Dan Allah Ta'ala telah berfirman:

"Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada di sisi mereka (masing-masing)." (Surat Al-Mukminun: 53)

Kritisi alasan ke sembilan, sombong bukan Islam dan demokrasi sesungguhnya tidak pernah mengajarkan kesombongan bagi muslim, akan tetapi saling menghargai dan saling mengayomi.

Alasan ke sepuluh, kalau kita mau mencermati dan meneliti dengan seksama, berikrar dan mengakui demokrasi berarti menikam (menghujat) para Rasul dan risalah (misi kerasulan) mereka, karena al-haq (kebenaran) kalau diketahui melalui suara yang terbanyak dari rakyat, maka tidak ada artinya diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab, apalagi biasanya ajaran yang dibawa oleh para Rasul banyak menyelisihi mayoritas manusia yang menganut aqidah yang sesat dan menyimpang dan memiliki tradisi-tradisi jahiliyah.

Kritisi alasan ke sepuluh, sama dengan kritisi alasan pertama.

Tidak ada komentar: