12 Desember 2008

Nasionalisme Aceh ?

Berdasarkan wikepedia dikatakan bahwa:

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

Jadi jelas bahwa memang ada perbedaan antara ideology dan nasionalisme, ideology akan masuk ke dalam nasionalisme ketika mereka mencoba untuk mencari sebuah konsep identitas dari kelompok masyarakat tersebut.

Bahkan bila dilihat dari sini maka Gayo seharusnya bukan menjadi bagian dari Aceh Merdeka, karena Gayo merasa bukan bagian dari orang Aceh, orang Gayo tidak mau dikatakan sebagai orang Aceh, apakah ini dibuat-buat ? Silahkan tanya kepada hati nurani kita dan muyang datu kita.

Kemudian para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.

Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.

Dalam pengertian dasar, sebuah republik adalah sebuah negara di mana tampuk pemerintahan akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan. Istilah ini berasal dari bahasa Latin res publica, atau "urusan awam", yanng artinya kerajaan dimilik serta dikawal oleh rakyat. Namun republik berbeda dengan konsep demokrasi.

Uraian anda:

Jadi pertama sekali, ada kesalahan dalam menilai idiologi. Misalnya dalam NKRI, R disana adalah republik. Kata republik ini saja sudah membantah kalau Indonesia lahir dari pengalaman Indonesia sendiri. Penyebutan Republik disana jelas menyontoh revolusi Prancis. Kemudian dalam mengartikan republik, republik itu kok sepertinya diterjemahkan sebagai pemerintah, pedahal republik punya arti kepetingan bersama. Ada juga yang lebih konyol lagi, terdiri dari orang berpikiran picik panatik yang mengemukakan arti republik adalah re (kembali), publik (publik).


Jawaban saya:

Saya tidak mengerti bagaimana anda dapat menyimpulkan seperti ini, mungkin karena pemahaman anda tentang pengertian Republik dan Nasionalisme masih rendah. Yang hanya bisa saya katakana kepada anda adalah bahwa sesungguhnya Indonesia telah mengambil bentuk negaranya menjadi Republik karena Indonesia bukan sebuah Negara Kerajaan atau Kesultanan, memilih rakyatnya langsung dari rakyat, yang dahulu dipilihj oleh legislative sekarang oleh rakyat.



Uraian anda:
Bagaimana konsepti Hasan Tiro tentang Aceh sebetulnya dapat dipelajari dari tulisannya mengenai "Negara Senambung" kira-kira intinya Hasan Tiro tidak berniat sama sekali mengubah Aceh, dia hanya menginginkan kelanjutan Aceh sediakala menuju masa depannya.
Kemudian mengenai hasil-hasil perjuangan Hasan Tiro, kalau kita meletakkannya pada konsepsi Thomas Hobbes dalam teori kontrak sosial, sudah barang tentu mencerminkan kemajuan pikirannya Hasan Tiro. Mengikuti konsepsi republik (kepentingan rakyat), Indonesia katakanlah tidak ada manakala yang ada cuma kepentingan segelintir elit berkuasa. Dari sini Hasan Tiro kemudian akhirnya bisa memaksa, dan Indonjesia mau tidak mau harus memperbaiki kontrak sosialnya. Kontrak untuk menjamin kepentingan bersama ini bisa dilihat dalam Helsinki.

Jawaban saya:

Yang dapat ditangkap dari tulisan anda adalah mengatakan bahwa Hasan Tiro menginginkan Aceh kembali bentuknya seperti dahulu kala, seperti masa Kesultanan Iskandar Muda yang dianggap sebagai kejayaan Aceh.

Hal-hal ini tentunya sah-sah saja, akan tetapi kita seorang pemikir yang ulung itu perlu bisa melihat kondisi yang sekarang serta mampu melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Ketika Hasan Tiro mengatakan tidak akan mengubah Aceh sudah barang tentu kami dari Kerajaan Linge bisa saja mengatakan bahwa kami ingin berdiri sendiri seperti zaman dahulu ketika Raja Aceh adalah berasal dari keturunan Linge.

Ironisnya lagi ketika anda mengatakan bahwa Indonesia dikatakan hanya segelintir orang yang berkuasa, anda juga tampaknya harus lihat seperti apa para Panglima Sago dengan segala kenikmatannya, para anggota GAM dengan segala bantuan dari dana BRR, apakah ini tidak dikatakan sebagai kepentingan segelintir orang, GAM saja.

Untuk permasalahan MoU Helsinky silahkan lihat pada www.cossalabuaceh, blogspot. com dengan label ALA, dan judul Pemekaran ALA (dialog dengan Ahmad Sudirman), bagaimana tidak adil dan berbahayanya MoU tersebut bagi keutuhan NKRI dan rakyat Gayo khususnya.



Ulasan anda:
KIta tidak akan memperkarakan apakah kontrak baru ini akan memuaskan semua atau belum. Tetapi secara teoritik, yang ingin saya tunjukkan adalah bagaimana pandangan Kosasih Bakar, enggak nyampe-nyampe sama sekali. Pandanganya sebagaimana tudingan saya semula kepada pendukung ALA, hanya disandarkan pada pendapat emosionil.



Jawaban saya:

Saya hanya bisa katakana bahwa anda tidak bisa berdiskusi dengan baik, jika saya dalam posisi anda saya akan mengatakan hal yang lebih buruk lagi dengan mengatakan bahwa pendukung ALA itu bodoh, karena tidak mau merdeka, untuk apa menjadi Provinsi, bukankah lebih baik merdeka bersama Aceh sehingga kita berdaulat dan bisa membangun rakyat Gayo dengan baik.

Atau kemudian saya menjawabnya dengan lebih konyol lagi dengan mengatakan bahwa Aceh Merdeka itu seperti petir disiang bolong, tidak akan mungkin terjadi, dalam MoU Helsinky sudah amat jelas dan Pemerintah NKRI bukan orang bodoh seperti yang anda perkirakan.

Atau dengan lebih bodoh lagi saya mengatakan kepada anda, berapa besar uang yang anda terima sehingga anda mau menjual Tanoh Gayo ini dengan teramat murah, dengan janji dijadikan Caleg, atau anda sudah menerima mobil bagus dan rumah bagus, atau anda sudah disekolahkan oleh GAM ? Sebegitu murahkah sehingga kita akn dikuasai oleh GAM, sehingga bahasa nasional adalah bahasa Aceh yang kebanyakan dari orang Gayo tidak memenguasainya dan harus dipaksa menguasainya. Bahkan lebih jauh lagi seberapa banyak sebutan Gayo akan digati dengan bahasa Aceh seperti Kutereje diganti menjadi Banda Aceh, atau berapa banyak lagi kebudayaan Gayo kemudian diadopsi untuk kemudian dikatakan sebagai budaya Aceh, seperti halnya Kerawang dan Tari Saman, sebegitu rendahnya kah anda menjual penaringen muyang datu ini, sebegitu rendahkah anda menjual kami semua, sehingga anak-anak kami tidak lagi bangga menjadi orang Gayo, lebih bangga menjadi orang Aceh.

Ulasan anda:

Mari kita lihat asal muasal istilah "rentang kendali" yang muncul dalam pemekaran Provinsi Banten. Istilah ini merujuk kepada teritori Banten persis yang berada disamping Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Jadi menurut mereka karena korupsi, pemotongan yang terjadi di Bandung, barulah duit pembangunan baru memutar ke Banten. Dari segi urusan pusat - daerah jelas terlihat berurusan ke Bandung makan waktu. Dengan demikian Banten, yang berada disamping Tanjung Priok ingin langsung saja menuju istana merdeka, tanpa harus terlebih dahulu ke Bandung, disana keunikannya. Dalam perkembangannya, pengertian rentang kendali ini bisa saja meluas, disisi yang lain bisa menyempit menurut political will pemerintah dalam soal pemekaran.



Jawaban saya:
http://bantenmuda. multiply. com/reviews/ item/47 , dapat dilihat dari link ini bagaimana akhirnya Banten bisa berdiri menjadi Provinsi sendiri, atau dapat dilihat dari sebuah buku "Mengawal Aspirasi Masyarakat Banten Menuju Iman Taqwa, Memori Pengabdian DPRD Banten Masa Bakti 2001 – 2004, sebuah perjuangan yang panjang juga penuh dengan pro dan kontra seperti juga dengan ALA dan ABBAS.

Ini bukan saja permasalahan rentang kendali akan tetapi permasalahan akar budaya dan kebanggaan menjadi orang Banten. Silahkan teman-teman membacanya agar ini bisa dijadikan sebagai contoh perjuangan Provinsi ALA dan ABBAS. Sebagai tambahan lagi bahwa Provinsi Banten saat ini APBD sudah mengalahkan Provinsi Jawa Barat, bahkan pembangunan sudah amat maju disana. Kabupaten/kota yang dahulu tertinggal sekarang begitu luar biasa percepatan pembangunannya, yang tentunya juga harus diimbangi dengan percepatan SDM untuk mengawalnya.



Ulasan anda:

Lalu apakah ada perang bodoh? studi tentang insurgency, sektor keamanan (pertahanan) , hukum humaniter memberikan jawaban bahwa perang pharus pula diletakkan dalam kerangka tujuan mulia. Namun tentu saja para seniman seperti Shaggy bisa saja melontarkan perang AS di Irak sebagai perang bodoh. Pendapat Shaggy ini bukan tidak bisa didekati, paling tidak perang AS di Irak ternyata tidak sebagaiaman dikatakan pemerintah Bush karena Irak memiliki senjata pemusnah massal, akhirnya dibuktikan bahwa perang ini dilandasi keinginan menguasai minyak. Jadi Shaggy dalam hal ini mengatakan perang bodoh karena negaranya dan pemimpinnya telah mengelabui rakyat AS.
Adapun tudingan Kosasih Bakar terhadap perang bodoh = GAM = Aceh, hanyalah dilandasi kebencian-kebencian yang tidak memiliki landasan pemikiran yang jelas, dengan menyebut Hasan Tiro punya nasionalisme terlalu tinggi.
Boleh jadi ada banyak faktor kegagalan dalam tubuh GAM, tetapi itu bukan salah Hasan Tiro, sebagaimana menjadi penegetahuan umum, kesalahannya ada pada administratif GAM yang tidak lagi dibawah kendali Hasan Tiro.

Jawaban saya:

Perang Aceh yang dikumandangkan oleh Hasan Tiro adalah PERANG BODOH merupakan sebuah kejelasan yang tidak dapat disangkal lagi, dan bukan tanpa kerangka pikir yang jelas, silahkan lihat tulisan saya pada www.cossalabuaceh. blogspot. com pada label GAM dengan judul Perbandingan Hasan Tiro dan Daud Beureuh.

Seorang pemimpin yang baik, sudah barang tentu ia berpikir ke depan, ia tidak akan mengorbankan rakyat Aceh yang begitu banyak hanya untuk pragmatism GAM. Konsep perjuangannya adalah Membebaskan diri dari Pemerintah Jawa-Indon, sebuah peperangan yang dilandasi dengan Ashobiyah, dan ini tentunya tidak sesuai dengan karakter orang Aceh sehingga GAM mendapati kenyataan bahwa banyaknya komponen Aceh yang menolak yang berujung dengan adanya keinginan ALA dan ABBAS, karena rasa muak mereka terhadap peperangan yang telah menghancurkan generasi penerus Aceh.

Atau dapat dilihat dari tulisan saya www.cossalabuaceh. blogspot. com pada label GAM dengan judul Adakah Indikasi GAM disusupi CIA dan Zionis.

Dengan adanya PERANG BODOH ini berakibat yang diluar Hasan Tiro perkirakan, karena ia termakan ntah sengaja atau tidak dengan peta konflik yang digelar oleh Soeharto dan LB Moerdani, indikasinya adalah TNI yang dikirimkan pertama kali adalah orang-orang batak, untuk mengental sentiment agama di Aceh, sehingga konflik horizontal yang terjadi antara Agama semakin kental sesuai dengan harapan dari LB Moerdani untuk menyapu bersih para Tengku-tengku yang ada. Dapat dilihat sekarang sudah semakin berkurangnya Tengku yang ada di Aceh karean banyak dari mereka yang tentunya berafiliasi kepada GAM demi menegakkan syariat Islam atau itu yang ditawarkan oleh Hasan Tiro.

Belum lagi hilangnya satu generasi di Aceh, hanya karena PERANG BODOH, inikah yang engkau banggakan dari Hasan Tiro, sudah menghalalkan darah sesame muslim, konsep perjuangan yang membuat orang mati dalam keadaan jahiliyah, akhir yang hanya menguntungkan segelintir orang saja, yaitu kelompok GAM. Apakah ini tidak perang bodoh ? Belum lagi kita membahas ini dari rakyat Gayo, semakin menderita lah kita rasanya.



Ulasan anda:

Selanjutnya pendapat emosionil Kosasih Bakar tentang adanya perang saudara di Aceh sama sekali keliru. Pertama sekali berdasarkan UUD 45 bahwa negara Indonesia bukanlah negara beridiologi Islam. Kedua; Aceh sendiri sebagaimana disebut adalah Kerajaan Aceh Darussalam, menskipun seperti Indonesia juga mengadopsi ajaran-ajaran Islam, tidak meletakkan AL-Qur'an dan Hadits sebagai Konstitusi negaranya.

Jadi disana tidak ada perang saudara sesama muslim, alasan agama disini justru digunakan untuk perdamaian sebagaimana mengutip Teungku Ali Jadun yang berkata "Gere ara uren si gere sidang, gere ara perang si gere rede". Gayo-gayo palsu seperti anda ini silakan saja membuktikannya.

Jawaban saya:

Silahkan lihat www.cossalabuaceh. blogspot. com pada label GAM dengan judul Propaganda GAM Menggunakan Islam.

NKRI memang bukan Negara Islam akan tetapi pemeluk terbesarnya beragama Islam, bahkan sebagai Negara terbesar pemeluk agama Islam di dunia.

Pepatah gayo itu tidak mengajarkan kita untuk melakukan sebuah peperangan tanpa dasar yang jelas, setiap peperangan yang dinamakan Jihad harus mempunyai 1 niat yang Lillahita’ala, menegakkan kalimat Allah. Sedangkan apabila ada pertikaian antara 2 pihak yang berasal dari muslim maka perdamaian adalah yang lebih diutamakan. Inilah kesalahan Hasan Tiro, ketika ia mengatasnamakan Islam, konsep perjuangannya salah, yang akibatnya sungguh menyayatkan hati. Ketika konsep nasionalisme yang dia perjuangkan tidak semua orang Aceh suka dengan perjuangan dia, ironis bukan.

Kalau zaman Iskadar Muda Aceh dalam kejayaan, maka masa pemberontakan Hasan Tiro adalah masa-masa yang paling menderita buat rakyat Aceh karena kita telah kehilangan generasi penerus, kehilangan 1 generasi untuk memperlihatkan bahwa orang Aceh itu adalah sebuah bangsa yang diperhitungkan, akan tetapi saat ini adalah sebuah bangsa yang hanya pandai memberontak. Sebagai bukti cobalah lihat anggota-anggota GAM, kebanyakan tidak berpendidikan dan tidak mempunyai life skill, karena perekrutannya lama-kelamaan adalah orang –orang yang menjadi korban perang, bukan kaum intelektual yang bersifat independent dan bebas. Apapun yang diawali dengan dendam maka hasilnya tentunya tidak akan baik.

Bukti apa lagi yang harus saya buktikan bahwa saya orang Gayo asli, saya tidak tahu, apakah karena saya tidak mendukung GAM maka saya bukan orang Gayo asli. Pikiran anda sangat picik, ada baiknya anda mencuci muka terlebih dahulu dan mempertanyakan diri anda apakah dengan ikut GAM itu anda berarti telah menjual penaringen datum ni dengan harga yang amat murah.

Mana yang lebih Gayo, mereka yang mau berdiri diatas kakinya sendiri, melawan pemberontak atau mereka yang mau berlindung di ketiak Aceh Merdeka.

Yang menjadi tidak habis pikir adalah ketika orang Gayo tidak mau untuk memperjuangkan ALA, inilah yang saya pertanyakan kenapa ? Padahal ini adalah jembatan emas untuk menuju perbaikan orang-orang Gayo, banyak konsep yang bisa diterapkan, banyak hal yang bisa dikerjakan.



Berijin.

Kosasih Bakar

www.cossalabu. blogspot. com

Tidak ada komentar: