21 Januari 2009

Palestin, PKS, Aceh dan Umat Islam

Postingan Win Wan Nur

Belakangan ini semua milis yang kuikuti, seluruhnya mengharu biru masalah Isra'el dan Palestina. Terus terang hatiku trenyuh dan sedih melihat darah yang tertumpah di tanah turunnya para nabi itu. Melihat anak-anak dan perempuan kesakitan meregang nyawa. Melihat adegan seperti itu aku seolah merasakan rasa sakit mereka itu bagaikan rasa sakit di tubuhku sendiri.

Rasa sakit yang mereka rasakan, aku rasakan sama seperti rasa sakit ketika aku membayangkan tubuh saudara-saudaraku mulai orang tua sampai anak-anak di di Waq, Jamur Atu atau Menderek meregang nyawa. Bedanya saat itu kematian saudara-saudaraku itu tidak ditanggapi dengan mengharu biru oleh dunia. Jangankan dunia, bahkan sesama saudara sesukunya sajapun kematian mereka dipersetankan asal bisa mendirikan ALA.

Pada acara penggalangan dana, sedikit uang berlebihpun dengan ikhlas aku sisihkan. Tapi apa yang membuatku merasa miris soal Palestina ini adalah reaksi kita umat Islam sedunia. Dari masa ketika pertama kalinya pesawat televisi ada di kota kelahiranku di Takengen di akhir tahun 70-an dulu. Yang kusaksikan di TV, melalui siaran Warta Berita waktu itu. Selalu masalah perang antara Isra'el dan Palestina melulu.

Kemudian ada jeda beberapa tahun, lalu perang kembali berulang. Setiap kali perang terjadi, yang menjadi korban paling banyak selalu orang Arab dan orang Palestina. Setiap perang terjadi, seluruh dunia kecuali Amerika mengutuki Israel. Umat Islam di seluruh dunia menangis, melaknati Israel dan berdo'a untuk keselamatan orang Palestina. Selanjutnya yang dilakukan umat Islam apa?...melakukan penggalangan dana, selanjutnya?...tidak ada...hanya itu saja!.

Dulu saat di akhir tujuh puluhan itu, aku masih belum bersekolah, orang tuaku mengutuki Isra'el dan mendo'akan keselamatan Palestina. Sampai hari ini ketika aku sudah menjadi bapak dengan anak yang umurnya sama denganku di akhir tahun 70-an dulu. Ketika konflik Israel-Palestina kembali berkecamuk. Yang dilakukan para orang tua Islam sekarangpun sama seperti yang dilakukan orang tuaku dulu. Melaknati Israel dan berdo'a untuk Palestina.

Pada masa itu, Korea Selatan masih setara dengan kita, Cina masih bangsa semenjana.

Tapi dalam kurun waktu yang hampir tiga puluh tahun itu. Korea Selatan sekarang telah bermetamorfosis, berubah menjadi negara yang memiliki kemampuan setara dengan bangsa maju di Eropa. Cina telah menjadi naga baru dunia yang dengan kekuatannya bahkan Amerikapun bergetar dibuatnya.

Dan kita?... Setelah hampir tiga puluh tahun kemudian. Kita jadi apa?...Ketika saya sudah menjadi bapak. Saat terjadi konflik antara Israel dan Palestina, saat melihat di TV Israel membantai anak-anak dan perempuan Palestina. Bantuan apa yang bisa kita lakukan pada saudara-saudara kita yang meregang nyawa nun jauh di sana?...sama seperti para orang tua kita dulu, sekarangpun hal terbaik yang mampu kita berikan masih tetap merintih dan berdo'a. Dengan tambahan variasi omong kosong perjuangan baru yang terlihat gaya, seksi dan heroik...Boikot Produk Israel dan Amerika.

Anehnya seruan boikot ini yang banyak diserukan oleh PKS Partai berbasis Islam yang kini cukup berkuasa hanya pada produk-produk semacam Mc Donald, Levi's, Chevrolet atau Coca Cola yang memang terbatas sekali orang Islam yang mengkonsumsinya. Dan lagi pula di perusahaan-perusahaan yang sudah Go Internasional semacam itu sahamnyapun sudah tidak murni milik orang Israel dan Amerika lagi, sudah bercampur-campur dengan milik orang dari bermacam negara termasuk orang Arab dan Indonesia.

Dalam hati aku kadang bertanya. Kalau memang mereka mau serius memboikot produk Amerika. Kenapa pula mereka perlu repot mengerahkan massa dan menganjurkan kita dan juga mereka yang memakai perangkat Windows, intel, IBM, Apple dan sejenisnya untuk membaca dan mempublikasikan seruan boikot mereka. Padahal PKS yang punya kekukatan signifikan di parlemen bahkan punya ketua MPR yang merupakan anggotanya sama sekali tidak perlu mengerahkan massa ke jalan. Mereka cukup mendesak pemerintahan SBY-Kalla untuk menghentikan impor Gandum dan Kedelai yang memang jelas PRODUK AMERIKA dan pasti!... Kalau itu kita lakukan, Amerika akan cukup terpukul karena kita, negara yang berpenduduk Islam terbesar di dunia ini adalah salah satu pasar terbesar produk pertanian mereka.

Kalau boikot yang dianjurkan PKS itu benar terjadi, dalam beberapa hari saja, tempe, tahu, kecap, mie instan sampai ongol-ongol dan bakwan akan menghilang dari semua pasar tradisional kita.

Dan setelah itu tinggal kita yang balik mendemo Hidayat Nurwahid, Tifatul Sembiring dan petinggi-petinggi PKS lainnya. Kita minta tanggung jawab mereka untuk memberi makan anak-anak Aa Asep penjual Tahu Sumedang, Uda Ali penjual Sate Padang, Cak Tolib penjual Soto Madura, Lik Warno Penjual Bakso Wonogiri, Bang Lah, Bang Amat dan Bang Razali, Penjual Martabak dan Mie Aceh di warung-warung pinggir jalan mulai dari Lam Teumen, Ulee Kareng sampai Darussalam.

Sering aku bayangkan, andai dulu kita seperti Cina membangun kekuatan dengan benar. Pemimpin dan pejabat kita tidak hanya bisa menghabiskan uang negara untuk kroni, kerabat dan handai tolan. Andai masa itu kita yang menjadi rakyat juga kritis dan tidak hanya manut apa kata tuan. Andaikan tiga puluh tahun yang lalu orang tuaku dan para orang tua lain dari anak-anak segenerasiku mau memacu diri. Menempuh segala upaya menaikkan taraf ekonomi agar kami anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang mumpuni. Bukan cuma pendidikan sampah model menghapal dan menjejali kepala kami dengan sejarah palsu karangan penguasa negeri. Supaya dengan penduduk sebanyak ini negara kita bisa memiliki sumber daya manusia melimpah dengan orang-orang sekaliber Habibi.

Kalau itu benar terjadi, bukan hanya mungkin, tapi pasti hari ini kita negeri yang begitu kaya dengan sumber daya alam ini sekarang sudah melebihi Cina. Punya roket, punya program ruang angkasa dan juga nuklir yang pasti membuat jeri Amerika dan sekutu-sekutunya.

Kalaulah khayalanku itu nyata adanya. Aku tidak bisa membayangkan Israel akan seberani sekarang. Ketika mereka mengetahui kenyataan bahwa jauh di sini, ada sebuah negeri yang penduduknya 240 Juta yang lebih dari 200 Juta diantaranya adalah pemeluk Islam yang secara konsisten dari dulu mendukung perjuangan rakyat Palestina. Sebuah negara berpenduduk 240 Juta mayoritas Islam yang punya roket, punya program ruang angkasa dan yang juga nuklir dan yang terpenting memiliki kekuatan ekonomi yang mampu mengguncang dunia. Tidak akan mampu ditandingi oleh Yahudi yang bukan hanya di Israel bahkan di seluruh planet inipun populasi totalnya hanya 14 juta saja!

Tapi itu semua tentu hanya khayalanku saja, karena yang terjadi benar-benar sebaliknya. Kita adalah sekumpulan para pecundang yang setiap menghadapi masalah hanya bisa menemukan alasan. Bukan introspeksi apalagi solusi yang tepat sasaran. Sehingga dalam kurun waktu satu generasi itu bukannya kita makin disegani, malah dalam hubungan dan pergaulan Internasional kita makin terpinggirkan.

Seperti orang tua generasiku dulu. Ketika di TV anak-anak dan perempuan Palestina dibantai Israel, kesakitan meregang nyawa. Orang tua zaman sekarangpun hanya bisa melolong-lolong minta tolong kepada Tuhan. Meskipun mereka tahu persis kalau dalam kasus Israel-Palestina ini. Tuhan yang dimintai tolong tidak akan pernah memberikan bantuan secara instan. Seperti mengirimkan burung ababil yang menghancurkan tentara gajah atau seperti Nabi Musa yang membelah lautan. Tapi apa boleh buat memang hanya itu yang bisa mereka lakukan.

Seperti orang tua kami dulu, kami yang sekarang sudah menjadi orang tuapun sama. Tidak mau memacu diri. Menempuh segala upaya menaikkan taraf ekonomi agar anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang mumpuni. Agar tiga puluh tahun ke depan nanti anak-anak yang tumbuh sekarang ini mampu bertarung satu lawan satu dengan orang yang berasal dari negeri manapun di planet ini. Agar suatu saat, ketika Presiden Amerika datang ke sini. Kita bisa bilang padanya dengan bahasa Melayu logat Simalungun, Hey mister...kami orang Islam, jangan macam-macam pulak kau sama kami!. Agar anak-anak kami tidak seperti generasi kami yang bermoral 'SELANGKANGAN' yang dimana-mana menjadi pecundang. Yang bahkan oleh sesama Melayupun dilecehkan dan dikatai 'Indon' saat kita berkunjung ke negara mereka.

Makanya sekarang darahku serasa mendidih, saat aku yang sedang berkonsentrasi mempersiapkan generasi penggantiku agar tidak menjadi pecundang seperti generasi bapaknya, tapi saat itupun aku masih bisa menyisihkan sedikit uang untuk saudara yang menderita di Palestina. Seorang saudara yang biasanya mempersetankan orang Gayo dibunuh di sebelah rumah kakeknya. Berani melarangku untuk berbahagia menyaksikan generasi penggantiku sedang dalam proses tumbuh yang nantinya akan jauh melebihi bapaknya.

Darahku semakin panas mendidih ketika aku, orang Gayo yang Islam yang dari semua garis keturununannya yang bisa ditelusuri dengan sejarah semuanya adalah pemeluk Islam yang muyang dan seluruh rakyatnya habis dibantai Van Daalen di Rema Blang Kejeren sana. Hanya karena belakangan ini dalam tulisan-tulisanku aku jarang menyinggung masalah Palestina, oleh Bagudung simpatisan PKS yang tidak tahu apa-apa aku dikatakan sebagai penyambung lidah Israel dan tidak punya simpati pada rakyat Palestina. Si Bagudung yang sama ini dengan yakinnya pula mengatakan seperti yakinnya 1+1 =2 bahwa aku dibayar agen-agen Israel untuk menulis di Blog, di Milis dan berbagai media online lainnya.

Kalaulah saja si anak PKS pengecut itu tidak memakai nama samaran dalam menulis postingannya, dan kalau saja dia berani secara jantan menunjukkan wajah di facebook. Akan kucari dia ke lobang tikus manapun bersembunyinya dan jangan sebut Win Wan Nur ini orang Gayo kalau belum kupisahkan bagian tubuh dan kepalanya.

Aku juga tidak tahu harus sedih atau tertawa ketika si saudara Gayo yang sama, yang biasanya dalam setiap tulisannya hanya menganggap orang Aceh yang juga Islam yang hidup di samping rumahnya yang karena suka memprotes ketidak adilan negaranya, nyawanya sah-sah saja dicabut oleh aparat negaranya. Kini malah menasehatiku tentang perlunya menangis dan berdo'a untuk Palestina.

Tapi meskipun sangat jengkel dan marah, sebagai orang Gayo yang beradab dan tidak menyukai berkonflik dengan orang Gayo lainnya. Aku membalas dengan lembut dan berterima kasih atas nasehatnya.

Padahal dalam hati sebenarnya aku ingin berkata dengan logat melayu terburuk yang aku bisa : KAU SUMBAT SAJALAH MULUT BAU KAU ITU LAE...BAGUSAN KAU SIKAT-SIKAT GIGI BABIMU DI KANDANGNYA SANA!.

Wassalam

Win Wan Nur
www.winwannur.blogspot.com

Ulasan Kosasih Bakar

Cerita Palestin sekarang memang amat mengharubirukan, bahkan dengan cerita ini banyak digunakan oleh berbagai gerakan di dunia ini termasuk Gerakan Aceh Merdeka atau GAM atau gerakan lainnya sebagai contoh bagaimana kebiadaban seorang yang kuat menghakimi yang lemah. Peristiwa Palestina ini dijadikan kembali sebagai sebuah icon bagaimana yang kuat menghancurkan yang lemah.


Sudah 1300 orang yang sepertiganya adalah anak-anak menjadi korban ketidakadilan yang lemah dihancurkan yang kuat, kekuatan militer nomor 3 dunia meluluhlantakkan gaza, sebuah daerah yang bisa dianggap kumuh dan suidah lebih 1,5 tahun di blockade oleh zionis. Pemandangan yang terlihat adalah seperti halnya yang pernah terjadi di Bosnia Herzegovina yang sudah sering terlupakan, bahkan ini merupakan kejadian ulangan ketika Israil pertama kali menginvasi Palestina. Pertanyaan besarnya adalah untuk apa ini semua ? Hanya untuk mendapatkan ‘tanah yang telah dijanjikan’ sesuai dengan kitab suci dan kepercayaan mereka. Berbekal itu semua dihalalkan, berbekal itu semua disetankan. Sungguh ini merupakan perbuatan yang diluar kemanusiaan.


Darah, airmata, tangisan, teriakan, rasa sesal, dendam, terintimidasi, ketidakadilan, marah semua bercampur baur di Gaza saat itu, seperti halnya pada daerah konflik lainnya. Namun nyatanya ini ternyata menjadi lebih biadan karena mereka menggunakan banyak senjata terbaru, Gaza dijadikan sebagai bahan uji coba senjata kimia. Yang menjadi perang ini menjadi suci adalah bahwa musunya adalah KUFFAR, Zionis, Laknatullah Yahudi. Yang menjadi perang ini berarti adalah slogan-slogan Jihad berkumandang dengan memekikkan Allahu Akbar kepada musuh yang telah menyembah dinding itu, yang telah menganggap dirinya sebagai makhluk paling sempurna dan makhluk lainnya adalah hina.


Sesungguhnya yang menarik saat ini adalah bagaimana Yahudi telah memperlihkan bagaimana lemahnya kesatuan dari Arab, bagaimana pertunjukkan ini memperlihatkan bahwa HAMAS dihancurkan sebagai kelompok orang bukan sebagai Negara. Buktinya pernahkan kita mendengar militer Paletina membantu saudaranya di Gaza, tidak. Semuanya memperlihatkan bahwa Presiden Palestina sepertinya seolah-olah merestui dengan hati yang tertekan untuk pembantaian di Gaza. Tentunya ini berimplikasi kepada dunia, ketika Presiden Palestina seolah-olah diam saja dan tertekan dunia kebingungan kemana mereka harus mengatasi permasalahan ini kepada HAMAS atau kepada Presiden Palestina yang diketahui sampai saat ini dalam konflik yang berkepanjangan. Bahkan Negara Arab pun kemudian menjadi bingung kemana harus memberikan bantuan kepada Presiden Palestina yang dikatakan sudah habis masa jabatannya atau langsung kepada HAMAS yang dianggap teroris oleh USA dan Israel. Dapat dilihat bagaimana Yahudi telah berhasil memecahbelah umat Islam di dunia ini.


Ketika dikatakan mengapa Islam menjadi rendah seperti sekarang ini jelas permasalahannya adalah karena kita tidak bersatu, kita mudah dipecahbelah, seperti halnya GAM dan NKRI, sesama muslim yang bertarung ternyata hanya berakibat kemunduran pada Aceh dan NKRI dapat dianggap sebagai sebuah Negara yang telah melanggar HAM dan berdampak kepada banyak perjanjian internasional. Jadi adalah hal yang wajar ketika sebagian muslim beranggapan bahwa ada permainan Yahudi di GAM hanya untuk membuat wajah dari NKRI sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia turun kredibilitasnya dan selalu dalam konflik.


Bahkan yang ironisnya bukan saja Aceh di NKRI banyak perpecahan dilakukan, Timur-Timur, Poso, Ambon, Papua, semuanya berindikasikan kepada memang NKRI ini ingin dihancurkan dengan sedemikian rupa hingga akhirnya terbelah dan hancur menjadi kekuatan-kekautan kecil yang secara geopolitics akan mudah dihancurkan. Sudah waktunya kita bersatu padu dengan mengatasnamakan Islam seperti yang dikatakan oleh Daud Beureuh bagaimana Aceh dapat menegakkan syariat Islam seperti berabad-abad sudah dilaksanakan.


Tapi jangan samakan Indonesia dengan China, amat jauh perbedaannya. China bisa besar seperti sekarang ini karena ia berhasil dengan system komunisnya, ia berhasil membuat upah buruh lebih murah, ia berhasil membuat Negara lebih berkuasa daripada rakyat, tidak ada yang namanya demokrasi dalam berpolitik disana. Dengan kebijakan seperti ini tentunya semuanya akan lebih mudah dilakukan, karena Negara berkuasa penuh. Pertanyaannya apakah system seperti ini akan diterapkan di NKRI atau Aceh ? Rasanya tidak mungkin, sejarah telah membuktikan bahwa penghabisan komunis sampai akar-akarnya telah menjadi sebuah keputusan bangsa ini. Terlebih lagi bagi Aceh, yang Agama merupakan hidup mati mereka, kehormatan mereka. Namun, implikasi dari system ini adalah bahwa Negara harus mampu untuk mengatasi setiap gejolak yang ada di masyarakatnya, menurut saya ini mirip dengan pola era Orde Baru zaman Soeharto yang ternyata juga tidak cocok dengan kultur kita.


Atau Indonesia dengan Korea Selatan, perekonomian di Korea Selatan itu didukugn sejak awal oleh IMF, seperti halnya dengan Singapura, Bang Win Wan Nur jangan pernah lupa bahwa perseteruan antara Islam dengan non Islam itu akan selalu ada dalam hati setiap manusia, hanya tinggal bagaimana kita mensikapinya. Ketika Islam berkuasa maka kebebasan agama terjamin, namun ketika Zionis berkuasa maka hasilnya seperti dunia kita sekarang ini.


Soekarno dan Soeharto serta pemimpin lainnya mempunyai kesalahan-kesalahan , tidak hanya Aceh saja yang menderita akan tetapi Acehlah yang paling panjang konfliknya. Akibatnya dalah penurunan kualitas SDM dari rakyat Aceh juga habisnya SDA Aceh dibawa serta oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Siapapun sudah barang tentu tidak akan merestui perbuatan-perbuatan ini yang tidak hanya dilakukan oleh TNI akan tetapi juga oleh GAM. Seorang Win Wan Nur mengatakan bahwa nenek muyangnya telah dibunuh oleh Belanda hitam atau seorang Kosasih Ali Abu Bakar yang mengatakan bahwa kakeknya sudah dibunuh oleh DI/TII dan masih banyak yang lain kiranya hanya membuat darah kita menjadi naik karena dendam kesumat tersebut.


Sekarang sudah jelas tidak ada bedanya Hasan Tiro dengan Soeharto dan Soekarno, mereka semua rela mengorbankan Rakyat Aceh hanya untuk ambisi sesatnya dan orang-orang seperti saya dan Win Wan Nur yang kini menjadi korban. Korban dendam yang seharusnya tidak terjadi bila pemimpin-pemimpin itu lebih mendahulukan persaudaraan sesama muslim di dalam hatinya, seperti juga halnya dengan HAMAS dan FATAH. Inilah kesalahan kita mau dipecahbelah, sebagai bayangan kepada kita semua yang membuat NKRI ini mudah di jajah adalah karena orang-orangnya mudah dipecah belah. Kalau dipikir Belanda itu jaraknya amat jauh dari NKRI, militernya juga tidak sebanyak penduduk di Indonesia, tapi semua itu menjadi mudah karena bangsa ini mudah dipecah belah, bangsa ini mudah diadudomba.


Saya pada awalnya amat senang berdiskusi dengan saudara ku Gayo, tetapi akhirnya terlihatlah siapa dia sebenarnya, keluarnya kata-kata kotor itu telah mengindikasikan siapa dia sesungguhnya, menurut saya ucapan seperti ini tidal layak diucapkan oleh seorang Pemimpin terlebih lagi orang Gayo. Bahkan dengan orang yang penuh dendam seperti ini karena korban konfli ini, dimana ada kemungkinan ada gangguan pada kejiwaannya perlu ada sebuah terapi khusus, perlu ada sebuah uji coba khusus sebelum ia dipercayakan dapat memimpin negeri Gayo yang penuh denganorang Jawa, Gayo dan Aceh, bukan dengan orang yang penuh dendam.


Gayo saat ini bukan milik GAM, sudah bukan zamannya lagi menggunakan intimidasi dan menggunakan kekerasan, seperti halnya saudaraku Gayo yang mengatakan bahwa ia menginginkan menciptakan anak-anaknya melebihi ayahnya, sudah tentu bukan cara intimidasi atau kembali ke dalam daerah konflik. Saya sebenarnya merasa tidak adil ketika pimpinan-pimpinan GAM lari ke Luar Negeri seperti Hasan Tiro dan kawan-kawan, mereka membiarkan anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik tapi mereka selalu menggosok-gosok agar Aceh selalu dalam konflik selama tidak merdeka. Sungguh kita telah termakan dengan ambisi yang amat sangat tidak baik tersebut.


Saya rasa saudara Gayo saya itu tidak menginginkan anaknya tahu bahwa ayahnya ternyata amat pandai mengeluarkan kata-kata sumpah serapah, atau ketika anaknya tahu bahwa bagi ayahnya masa depan itu adalah hantu, atau ketika anaknya tahu ketika ayahya marah maka semua tidak diperdulikannya yang terpenting hilang semua kesal dan marahnya tanpa peduli dengan akibatnya, atau ketika anaknya tahu bahwa ayahnya ternyata malu dengan masa lalunya. Tapi saya tahu itu hanyalah amarahnya sesaat saja karena sepertinya terlalu mendiskreditkan dirinya, walau mungkin dalam hati dari saudara Gayonya tersebut sama sekali tidak ada niat sedemikian tersebut.


Menurut saya diskusi yang sudah terbangun saat ini sudah amat bagus, dimana tidak ada kata sumpah serapah sesakit apapun, kami orang Gayo yang berhati lembut tahu betul dengan santunnya kata-kata kami sesungguhnya telah menorehkan luka, namun dengan kata-kata kasar sesungguhnya hanya membuat kami tertawa, tentunya Bang Win Wan Nur sudah sangat paham dengan bahasa kami itu. Hal inilah yang membuat saya tertawa bahwa ternyata Bang Win Wan Nur ternyata pandai juga mengeluarkan kata-kata yang kasar yang ternyata bukan membuat hati kita sakit tapi malah tertawa terbahak-bahak bahwa lawan diskusi kita sudah mulai kehilangan akal dan hujjahnya.


Yang menarik lagi adalah ketika Bang Win Wan Nur mengancam PKS dengan segala kejantanannya, ini semakin membuat saya yakin mungkin ia telah kehilangan akalnya, sebagai seorang aktivis tentu ia sadar betul bagaimana kejamnya dunia ini sampai-sampai ia katakana bahwa ia hampir mati pada tahun 2006, saya yakin betul Bang Win Wan Nur sudah tahu betul bahwa segala macam intimidasi tidak akan berpengaruh kepada jalannya perjuangannya.


Saya akan menceritakan sedikit tentang PKS, kebetulan saya punya teman dari PKS dari yang paling kaffah sampai yang paling moderat sekalipun. Bagi mereka Bang Win Wan Nur, tidak akan pernah takut dengan ancaman seperti itu, diantara mereka bahkan ada yang lulusan Afganisthan, Poso, Ambon, mereka tidak pernah lari dari perangnya. Yang membuat mereka terpecah adalah ketika mereka dipaksa harus membunuh sesama muslim, mereka terpecah karena tidak menginginkan hal tersebut. Bagi mereka tidak ada yang namanya Gayo atau Aceh atau Jawa semua sama. Oh ya, saya bukan PKS, saya juga ada beberapa yang tidak setuju dengan cara pikir mereka, tapi saya tidak membenci mereka, bahkan menurut saya Partai inilah yang seharusnya menguasai Aceh atau Partai Tengku dalam sebutan saya.


Tentunya Bang Win Wan Nur juga mengetahui kisah perang Tjumbok di Aceh, perang antara Teuku dan Tengku, inilah yang saya takutkan terjadi di Aceh sekarang dengan terlalu mendiskreditkan PKS, yang hanya akan berujung kepada perpecahan kembali dan ujungnya adalah korban rakyat Aceh. Tentunya Bang Win Wan Nur juga sadar bahwa dengan kekerasan apapun orang Aceh, apalagi Gayo tidak bisa dipaksakan atau diancam terlebih lagi dengan mengatasnamakan Agama Islam, terlebih lagi anda sudah lama tinggal di Gayo, lama di Banda Aceh dan sekaran berdomisili di Bali.


Kemudian mengenai pertumpahan darah, saya sebagai orang Gayo merasa benci kepada GAM, tapi bukan berarti saya menghalalkan darah mereka untuk tumpah, salah besar itu. Kita semua perlu tahu bahwa karena GAM kita semua mundur, 30 tahun masa GAM adalah masa yang paling hina bagi kita, masa yang membuat Bang Win Wan Nur takut anaknya hidup seperti dirinya. Masa dimana kita selalu dalam tekanan dan intimidasi, masa dimana Bang Win Wan Nur tidak menginginkan anaknya tumbuh dengan keadaan demikian.

Ketika GAM melakukan MoU Helsinky maka semua tenang, jadi jelas bahwa yang melakukan ketidakamanan adalah GAM dan oknumnya. Sekarnag dikatakan GAM Gila Harta, dengan MoU Helsinky mereka hidup mewah tapi rakyat Aceh tetap dalam keadaan hina sampai saat ini, inikah keadilan itu ? Apapun alasannya berperang dengan sesama muslim adalah salah, apapun alasannya pengorbanan yang harus diberikan tidak setimpal dengan berujung kepada MoU Helsinky. Belum lagi kalau di bawa ke Gayo, rasanya Bang Win Wan Nur tahu betul bahwa akibat dari keduabelah pihak telah menjadi korban.


Sedangkan permasalahan ALA dan ABBAS rasanya tidak perlu saya bahas disini dengan Bang Win Wan Nur, sudah banyak kiranya pembahasan kita. Namun saya harus garis bawahi tentang pernyataan Bang Win Wan Nur yang mengatakan bahwa dengan ALA seolah-olah menghilangkan cerita tentang korban PERANG BODOH tersebut. Saya pribadi amat menyayangkan pernyataan ini, tapi mungkin karena Bang Win Wan Nur sedang emosi, karena menurut saya tidak ada hubungan sama sekali. Kalau masalah hukum ketika ada ALA atau tidak ada ALA bisa saja di tuntut.


Terlebih lagi dengan ucapan bahwa saya melegalkan setiap ketidaksamaan pemikiran untuk kemudian dicabut atau halal nyawanya, rasanya ini tidak adil karena saya tidak pernah mengatakan hal seperti itu. Dalam pembahasan saya terakhir tentang ALA saya hanya mengomentari bahwa Bang Win Wan Nur harus berpikir sebagai orang Gayo di Takengon bukan di Banda Aceh, dan adalah alasan yang dibuat-buat untuk kemudian mengatakan bahwa orang Gayo kemudian akan dibantai di Banda Aceh. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa di Iran sendiri hidup orang-orang Yahudi dengan aman, bahkan jumlahnya cukup banyak. Atau di USA yang terkenal dengan kebijakan anti Islamnya juga banyak kaum muslimin yang perkembangannya bahkan cenderung lebih pesat daripada agama lainnya. Dengan alasan ini bukan berarti saya lantas menghalalkan darah orang Gayo tumpah, menurut saya keliru besar pikiran Bang Win Wan Nur tersebut bila dilihat dari kenyataan yang ada di dunia seperti yang saya sebutkan.


Jujur saja ketika Bang Win Wan Nur menulis balasan ini saya hanya tertawa, karena kita sama, kita bukan orang yang gampang tunduk dengan ancaman atau intimidasi atau caci maki, kita orang GAYO. Bukan orang yang mudah terbawa arus, ketika saya katakana saya benci GAM maka pola pikir saya tidak akan mudah diubah seperti Bang Win Wan Nur mengatakan belum mendukung ALA.


Dari satu sisi saya merasa menang, karena akhirnya yang mulai terpancing adalah Bang Win Wan Nur, semua diskusi kita yang santun akhirnya harus berujung seperti ini, sekarang anda tidak ubahnya seperti teman-teman saya di mailing list IASCF yang mulai pandai mencaci maki. Tapi saya sadar itupun mungkin karena Bang Win Wan Nur sedang dalam emosi.


Terakhir, mengenai ucapan saya yang sepertinya menghalangi kebahagiaan Bang Win Wan Nur, saya ulangi saya tidak bermaksud sepertinya mendiskreditkan apa yang diungkapkan Bang Win Wan Nur, saya hanya mengingatkan bahwa waktunya belum tepat, kalau jawaban saya lantas dijawab dengan uraian dengan Yahudi tempo dulu dan sekarang, China, Korea Selatan, ALA, bahkan mengancam orang yang mengaku PKS, mencaci saya, saya hanya bisa berkata ‘Masya Allah’ dan Istigfar.


Saya juga tidak tahu, seperti ucapan Saudara saya juga yang mengatakan bahwa dengan melakukan dialog ini dengan Bang Win Wan Nur maka saya akan dikucilkan dari mailing list ini, dengan sikap saya ini. Saya katakana bahwa ketika seseorang itu memposting tentang dirinya di mailing list ini maka ia sudah siap persoalan dirinya untuk dikritisi orang banyak. Atau ketika ternyata saya tidak mendapat teman hanya gara-gara ini, saya juga tidak masalah, saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Saya juga yakin orang Gayo akan semakin pintar.


Berijin.

Kosasih Ali Abu Bakar

www.cossalabu. blogspot. com

Tidak ada komentar: