21 Januari 2009

Perbedaan Pendapat Memecah, Didong Jalu Abad 21 ?

Postingan Win Wan Nur

Begini Serinen Kosasih, seperti yang sudah pernah aku katakan, kita ini cuma sekumpulan manusia yang bisanya mencari alasan, ketika itu aku katakan, adalah serinen Kosasih sendiri salah satu dari jenis manusia yang aku maksudkan.

Misalnya ketika China si komunis itu saya contohkan, Indonesia dengan China, amat jauh perbedaannya kata anda. China bisa besar seperti sekarang ini karena ia berhasil dengan system komunisnya ia berhasil membuat upah buruh lebih murah, ia berhasil membuat Negara lebih berkuasa daripada rakyat, tidak ada yang namanya demokrasi dalam berpolitik disana. Saya contohkan Korea Selatan, kata anda erekonomian di Korea Selatan itu didukung sejak awal oleh IMF, seperti halnya dengan Singapura... Lah Soeharto orang Jawa yang menjadi khalifah anda itu, dulu apa tidak begitu juga?

Ketika saya mengatakan itu, saya juga tidak sedang berbicara untuk meng-copy paste apa yang dilakukan Cina dan Korea. Karena Cina dan Korea sendiripun maju dengan cara yang berbeda. Yang saya maksudkan di situ adalah bagaimana semangat dan niat untuk maju itu ada. Sebenarnya itu sudah jelas dalam tulisan saya sebelumnya. Tapi tentu saja saya sangat maklum ketidak mengertian serinen, karena ibarat komputer untuk
mengerti penjelasan saya itu dibutuhkan paling tidak spek minimum, Prosesor Pentium Core 2 Duo dan sistem operasi Windows XP. Sementara saya lihat spek otak serinen Kosasih jelas sekali masih spek lama dengan sistem operasi Dos dengan program CW dan WS-nya.

Soal perseteruan antara Islam dengan non Islam itu yang kata anda akan selalu ada dalam hati setiap manusia, bukan cuma Islam non Islam, serinen. Apapun yang berbeda termasuk sesama saudara sekecil apapun yang namanya perseteruan itu pasti ada. Selalu bakal ada yang lebih dominan dan ada yang terpinggirkan. Dari dulu yang lebih dominan itu selalu kelompok yang setiap menghadapi masalah mampu mencari solusi
yang tepat sasaran. Bukan yang seperti anda ini yang hanya bisa mencari alasan.

Soal terpancing emosi?...Siapapun yang pernah lama mengenal saya, tahu kalau memang dari dulu itu gaya saya seperti itu. Dari dulu saya memang tidak pernah terlalu strik menahan diri, kalau memang situasi membutuhkan harus main fisik ya saya tidak lari.

Seperti soal anak PKS yang serinen permasalahkan. Itu bukan soal hilang akal atau karena emosi. Saya lakukan itu adalah karena saya adalah makhluk yang normal, yang masih punya mekanisme naluriah untuk mempertahankan diri. Apalagi serinen Kosasih Bakar, perlu anda tahu, serinenmu Win Wan Nur ini adalah orang Gayo, bukan pengikut Yesus yang ditampar pipi kanan malah memberikan pipi kiri.

Reaksi saya sedemikian kerasnya kepada si bagudung PKS itu adalah karena seperti saya sebutkan dalam postingan saya kemarin...tuduhan sebagai 'Agen Israel dan Antek Amerika 'dari seorang fanatikus semacam yang disampaikan oleh bagudung simpatisan PKS itu artinya adalah VONIS MATI.

Dan sejujurnya, saya justru merasa aneh ketika serinen yang orang Gayo empermasalahkan ini. Karena meskipun sudah lama tingga di Jawa, saya
tahu darah serinen adalah darah Gayo asli. Seharusnya serinen tahu, kalau darah saya yang orang Gayo ini jauh lebih rendah titik didihnya dibandingkan darah Jawa tetangga serinen di sana. Yang sudah dihina dan diinjak kepalanyapun masih bisa bilang 'inggih ndoro' dengan takzimnya.

Justru saya yang sangat heran dengan serinen...seperti keheranan-keheranan saya terhadap berbagai sikap serinen yang sama sekali tidak mencerminkan sikap orang Gayo sebelumnya. Kali inipun saya juga heran, serinen yang juga Gayo kok tidak mengerti hal yang sangat Gayowi seperti ini. Apakah tinggal di Jawa sudah merusak karakter Gayo serinen sedemikian parahnya?

Soal, mencaci maki anda...kan saya sudah bilang, meskipun kasar saya hanya melakukannya dalam hati. Serinen tahu kenapa?...itu karena saya tahu serinen itu orang Gayo dan itu sangat saya hargai. Karena saya tahu serinen ini orang Gayo, jadi semenyebalkan apapun serinen, segeram apapun saya pada serinen. Serinen Kosasih adalah serinen saya, sama-sama orang Gayo yang jumlah keseluruhannya di dunia ini tak
sampai seperempat juta. Jika perseteruan kita hanya sampai sebatas omongan seperti ini, sampai kapanpun tidak akan pernah keluar dari mulut saya ancaman semacam yang saya keluarkan untuk simpatisan PKS tadi.

Karena itulah serinen, anda bisa melihat standar ganda dalam ancaman saya. Kepada Anak PKS itu saya mengancam begitu kerasnya, tapi kepada serinen Kosasih yang karena saya tahu benar orang Gayo saya cuma memaki, itupun sekali lagi...CUMA DALAM HATI.

Ada dua alasan yang menjadi pertimbangan saya ketika melakukan itu; Pertama adalah karena saya sadar sekali kalau jumlah kita orang Gayo nyaris tidak ada dibandingkan lebih dari 6 milyar penghuni Planet ini. Jadi kalau kita memulai konflik sesama kita sendiri apalagi kalau konflik itu meningkat menjadi saling bunuh seperti di Atu Lintang dulu. Bisa-bisa dua generasi kedepan orang suku kita akan punah dan tinggal cerita hapalan di buku-buku sejarah.

Kedua, berbeda dengan PKS yang fundamentalis yang hanya merasa benar sendiri. Kita orang Gayo ini lain, meskipun kata Cik Yusra Habib Abdul Gani hanya bisa bersebuku dalam menyelesaikan masalah. Tapi di luar itu sebenarnya kitapun banyak memiliki nilai-nilai dan kearifan lokal warisan muyang datu kita yang menyediakan kita perangkat untuk menyelesaikan masalah kita sendiri secara damai, sepanas apapun
perseteruan itu.

Dari dulu, bukan kekerasan fisik, tapi kata-kata adalah media kita orang Gayo dalam melepaskan 'bol' dan emosi di dada. Jadi sepanas apapun kepala saya, sepedas apapun makian saya kepada serinen. Saya tahu, pada akhirnya seperti dalam 'Didong Jalu' kesenian kita...pada akhir acara, akan ada acara maaf-maafan dan mengakui kesalahan.

Jadi serinen Kosasih, mungkin karena serinen lahir dan besar di luar, meskipun kecintaan serinen terhadap Gayo begitu besar tapi rupanya serinen belum terbiasa dengan langgam dan tradisi kita yang terbiasa melepaskan emosi dengan kata-kata. Karena itu, hari ini aku serinenmu yang lahir dan besar di Tanoh Gayo ini mengajari serinen, orang Gayo yang sudah parah terkontaminasi. ..Seperti apa tradisi dan kultur Gayo suku kita ini.

Untuk itu kepada serinen Kosasih aku ucapkan, selamat datang kedalam kultur Gayo...kultur asli muyang datu serinen.

Dan kalau serinen begitu seriusnya menanggapi berbagai komentar saya. Tidak demikian halnya dengan saya. Perlu serinen ketahui, kalau bagi saya sebenarnya adu kata-kata yang saya lakukan dengan serinen di milis dan berbagai media online ini hanyalah sebagai sarana pelepasan hobi saya saja.

Kita orang Gayo ini, seperti ceh-ceh legendaris semaacam Toet, Mahlil dan Lakiki memang sudah bawaan genetik menjadi ahli mengolah kata. Jadi meskipun dalam versi yang lebih modern dan gaya dengan internet sebagai medianya dan bahasa Melayu sebagai bahasa penyampainya. Tapi bagi saya, sebenarnya yang kita lakukan selama ini hanyalah 'Didong Jalu'. Tidak lebih seperti pertarungan antara Sidang Temas melawan
Bujang Arita.

Saya beranggapan begitu, karena sejak beberapa tulisan di awal kemunculan serinen, sejak serinen hanya menuliskan yang itu-itu saja bukan fakta tapi cuma kata-kata menghasut untuk membangkitkan kemarahan massa. Saya sudah tahu persis, semua yang serinen tuliskan di berbagai media online itu blas thok cuma propaganda yang sama
sekali tidak ada isinya. Dan apalagi belakangan saya tahu melalui informasi yang masuk kepada saya, kalau dalam permainan ini serinen Kosasih hanyalah PION, bukan lawan saya yang sebenarnya.

Kalau dalam tulisan serinen sebelumnya serinen mengatakan serinen merasa menang?...ya silahkan saja serinen merasa menang, karena saya tahu itu namanya perasaan yang berasal dari mekanisme dalam proses mental dan interpretasi serinen sendiri. Dalam 'didong jalu', penontonlah wasitnya, penonton yang bisa melihat Ceh mana yang merah muka dan Ceh mana pula yang keluar cirit-biritnya.

Tapi kedepannya, karena serinen Kosasih Bakar jelas sekali adalah Ceh yang masih sangat amatiran. Saya harap nantinya serinen tidak cepat tersinggung, apalagi sampai menangis menerima kenyataan soal pedasnya berbagai sindiran, karena itu semua salah serinen sendiri yang telah nekat berdidong masuk gelanggang melawan Win Wan Nur, Ceh ahli yang sudah sangat berpengalaman. Karena dalam perang kata-kata dalam didong
jalu, tidak ada yang namanya belas kasihan.

Selamat menyaksikan, inilah Didong Jalu di abad ke 21.
Wassalam

Win Wan Nur
www.winwannur. blogspot. com

Ulasan Kosasih Bakar

Wah, semakin seru nich didong jalu kita ya Bang. Tapi bagi saya ini bukan DIDONG lagi, karena didong bukan seperti ini. Tapi ini adalah kemahiran kita dalam menghujat lawan dengan cara sesantun mungkin.



Tenang saja Bang, ‘no hurt feeling’, ketika saya memasuki mailing list ini sebenarnya saya sudah banyak membuang waktu saya karena isinya adalah kebanyakan orang-orang yang pandai mencaci maki dan menggunakan Islam sebagai upayanya untuk memperjuangkan PERANG BODOHnya. Salah satu hal yang menarik hati saya adalah tulisan-tulisan Bang Win Wan Nur.



Mengenai saya pribadi bang, saya PION? Jawabannya ‘TIDAK’,Bang, saya bukan utusan atau wakil siapa-siapa. Tapi kalau ternyata banyak atau ada Saudara saya yang menjadi Raja atau Tuan saya dalam persepsi Bang Win Wan Nur, saya sampai saat ini bukan ‘hamba’ mereka, saya punya kehidupan sendiri hasil dari upaya saya sendiri, bukan dari siapa-siapa. Tentunya tidak bisa disalahkan juga karena mungkin ada hubungan saudara saya dengan yang dianggap Bang Win Wan Nur itu ‘Tuannya’ saya. Masukan itu adalah salah besar, harusnya anda mengkonfirmasikan kepada saya terlebih dahulu. Bahkan terkadang di tengah kesibukkan saya ini saya menyempatkan diri untuk melihat positngan Bang Win Wan Nur, pekerjaan saya juga bukan mengurusi hal-hal ini. Bang Win Wan Nur mungkin dengan aktif di mailing list ini untuk mencari dukungan jika kelak anda ingin kembali ke Aceh guna menjadi Legislatif, tapi saya rasanya TIDAK. Pekerjaan saya sudah tetap dan berkecimpung pada masalah pendidikan, awalanya yang membuat hati saya miris ikut mailing list ini juga lebih karena SDM orang Aceh yang semakin hancur dan potensi konflik yang tinggi juga banyaknya kepentingan yang ingin membuat Aceh menjadi hancur, utamanya Gayo.



Lantas kalau saya dikatakan sebagai Pentium rendahan dan anda pentium tinggi, alangkah baiknya anda melihat itu kembali, jangan terlalu tinggi menilai diri sendiri. Bisa saja saya contohkan paragraph per paragraph tapi rasanya janganlah dengan sesama orang Gayo, itu hanya akan mendiskreditkan anda lebih jauh lagi.



Kemudian tentang keinginan saya, cuma satu, memang saya terkesan memprovokasi orang tapi dengan satu tujuan yaitu ‘Aceh tanpa Intimidasi’, yang berkembang di Aceh saat ini adalah mengatakan ‘Perdamaian merupakan buah hasil dari GAM’, ini adalah pembohongan publik, lantas ‘MoU Helsinky’ yang ternya juga memperlihatkan bagaimana GAM Gila Harta, ALA dan ABBAS dikatakan sebagai keinginan sebagian orang juga pembohongan publik, hal-hal ini lah yang ingin saya angkat. Karena saya tahu Bang Win Wan Nur bahwa Aceh semakin jauh dari KEMERDEKAAN, kalau pun KONFLIK lagi yang jadi korbannya adalah RAKYAT ACEH, seperti anda. Saya hanya ingin mengajak teman-teman Aceh untuk berpikir ke depan, tidak lagi bermimpi tentang Aceh Merdeka , tapi bermimpi tentang Merdeka dari Kebodohan dan Kemiskinan dengan harapan anak-anak kita bisa bersaing seperti yang Bang Win Wan Nur harapkan.



Terus, kalau dikatakan bahwa saya masih Pentium rendahan atau Ceh rendahan dan anda menganggap diri anda itu lebih tinggi rasanya tidak juga. Dan rasanya siapapun yang mengagung-agungkan dirinya sendiri tentunya ia kesepian dalam hidupnya. Dan bagi saya itu tidak penting bahwa saya buruk atau tidak karena rasanya biarkan orang banyak yang menilai saya, tentunya bukan dari kalangan saya sendiri akan tetapi dari kalangan yang memang tidak diragukan kapablenya. Dan anda menurut saya masih belum layak untuk dapat menilai capable orang lain.



Begini ya Bang Win Wan Nur, seseorang itu ketika ingin menilai capable seseorang maka yang pertama kali dilihat adalah kompetensi dan kualifikasinya, sebenarnya saya juga selama ini begitu memuji anda tapi dalam hati ini begitu mengasihani anda. Saya sama sekali belum melakukan perang dengan anda, saya hanya mencurahkan pemikiran saya dengan apa yang dikatakan oleh anda. Ketika saya melihat kualifikasi anda, maka saya hanya menangis dan menyesal bahwa ternyata tidak heran kenapa Serinen saya bisa seperti ini, begitu dendam kepada Soeharto, atau ketika saya melihat kompetensi anda dan tulisan anda saya semakin menyesal karena tulisan anda itu hanya seperti mengangungkan ’KEAKUAN’ anda, lantas pertanyaannya ’SIAPA ANDA ?’. Tulisan anda itu berputar-putar saja, anda itu menurut saya seharusnya membuat NOVEL. Tapi saya berterima kasih kepada anda karena anda telah memberikan pelajaran kepada saya sehingga saya akhirnya sedikit banyak bisa menulis seperti anda. Dari sisi penulisan anda jarang sekali mengutip sumbernya, jadi kalau anda mau melihat tulisan anda, maka lihat tulisan saya, walau tidak mirip tapi hampir sama. Seperti saya yang tidak melampirkan fakta, begitu juga anda yang hanya menceritakan pengalaman priobadi anda yang menurut saya tidak bisa dijadikan sebagai pegangan.



Pada awalnya saya mengharapkan anda bisa menjadi seperti Yusran Habib, tapi saya salah keakuan anda itu tidak bisa hilang dari diri anda, anda terlalu bangga dengan diri anda, saya mengasihani anda. Seorang pemimpin itu boleh bangga dengan dirinya tapi jangan berlebihan. Saya membaca tulisan Yusran Habib kemudian membaca tulisan anda memang ada yang berbeda, tapi itu wajar anda memang tidak selevel dengan dia, amat jauh.



Sebenarnya sebelum anda terlalu aktif dan tetap bertahan dengan hanya mempoting tulisan-tulisan anda sesekali, anda ingin menunjukkan kualitas anda, tapi sekali lagi anda mudah terpancing. Dan inilah sesungguhnya diri anda yang sebenar-benarnya.



Semakin lama tulisan-tulisan anda semakin bias, semakin lama anda hanya menceritakan pengalaman pribadi anda yang ditulis dalam mailing list umum. Anda sudah semakin kehilangan kekhasan anda dalam menulis, tapi ini dapat disadari karena anda mungkin dalam emosi yang sangat besar dengan makhluk yang namanya PKS itu. Saya semakin melihatnya ketika membaca facebook anda, bahkan sampai-sampai anda mengatakan bahwa PKS mengancam keselamatan anda karena anda dianggap sebagai antek-antek Yahudi dan Zionis.



Inilah kebingungan saya Bang Win Wan Nur, dari sini saya dapat menilai kalau anda itu belum layak jadi seorang pemimpin, hanya karena postingan email pribadi seseorang yang mengaku PKS maka anda dengan serta merta menghajar PKS, jadi sudah tentu anda tidak bedanya dengan Diktator lainnya, atau menurut saya dalam jiwa anda itu ada sifat diktator yang terpendam. Atau seperti yang sering kali saya katakan bahwa anda juga merupakan salah satu korban konflik, sehingga setiap anak korban konflik itu biasanya perkembangan otaknya agak terganggu, korteksnya membesar sehingga ada kelainan dalam limbiknya yang mengatur masalah emosi pada seorang manusia. Dan ini amat berbahaya, ini juga lah yang sering saya katakan kalau akan ada terus potensi konflik bila orang-orang seperti anda tidak segera diberikan penanganan khusus masalah emosi.



Khusus masalah PKS, Bang Win Wan Nur harus tahu kalau banyak dari GAM yang dulu ikut memperjuangkan Aceh Merdeka hanya menginginkan tegaknya syariat Islam di Aceh, dan dari tujuan perjuangan mereka sudah mendapatkannya. Bang Win Wan Nur tentu juga tahu kalau GAM sekarang sudah terpecah, dan banyak diantara mereka yang dahulu simpatisan GAM sekarang beralih ke Partai Islam dan salah satunya adalah PKS. Bukankah saya katakan sebagai contohnya Perang Tjumbok. Karena jika mereka terus menerus digosok maka orang-orang seperti ini akan keluar jiwa fundamentalisnya dan saya hanya tidak ingin Aceh kembali konflik. Karena kalaupun konflik yang akan jadi korban adalah GAM dan masyarakat Aceh, jangan mimpi lantas Uni Eropa dan USA atau PBB kemudian membantu anda, akan ada jarak waktu. Bukankah Palstin dapat dijadikan contoh. Karena anda ISLAM, itu saja alasannya. Ada sebuah ayat yang selalu digunakan oleh kaum fundamentalis firman Allah ” Tidak akan pernah senang Yahudi dan Ahlil Kitab sampai kamu mengikut pola hidup mereka”. Daripada mereka melihat Aceh Merdeka dengan kekuatan Islamnya maka lebih baik Aceh itu dalam keadaan konflik dan penurunan SDM serta penurunan keimanannya.



Kemudian Bang Win Wan Nur dengan gagah berani mendiskreditkan PKS dengan mengatakan bahwa PKS merupakan antek USA dan Yahudi, tapi disisi lain orang banyak mengetahui bahwa PKS merupakan gambaran dari Ikhwanul Muslim yang merupakan Gerakan yang paling dibenci Yahudi dan USA. Apakah Bang Win Wan Nur tahu kalau anda kemudian ditertawai orang ? Tidak saja oleh PKS tapi juga oleh antek Yahudi dan USA itu sendiri, bukannya alih-alih kemudian mencari siapa Bang Win Wan Nur, malah kemudian mereka menganggap rendah anda. Atau mereka yang lebih pintar hanya beranggapan seperti anda kepada saya, mereka paling berkata ’Ah, orang ini hanya mau diperhatikan, tapi ternyata orang ini bukan siapa-siapa,” atau berkata ”Huh, bodoh sekali orang ini, mau memancing-mancing kita, lagian apa untungnya kalau kemudian kita terpancing kepada dia, NKRI sudah final, tidak jelas orang itu,” atau yang amat pintar berkata ”sudah biarkan saja, nanti juga hilang dengan sendirinya” atau yang ahli psikologi mengatakan ’sudahlah, ada gangguan dengan emosi dia, hanya gara-gara email lantas kebakaran jenggot dan kemudian dalam pemikirannya merasa akan dibunuh, ini mungkin akibat trauma masa lalu,”. Sungguh ini yang saya tidak mau terjadi dengan Bang Win Wan Nur, karena anda Serinen saya.



Lantas masalah Soeharto, sudah sering saya katakan kalau saya benci Soeharto, tapi bukan lantas kemudian kami menggunakan kebencian itu untuk mengorbankan Rakyat Aceh, bukan itu. Lihatlah bagaiman orang-orang Jawa yang kamu benci itu telah berhasil membuat sebuah konsep demokrasi yang lebih bagus dari pada anda semua, bahkan dikatakan Indonesia sekarang merupakan negara yang paling demokrasi di dunia. Atau lihatlah Pemerintahan Jawa yang kamu benci itu ternyata sekarang bisa memberikan gebrakan dengan KPK nya, bisa menjadi DK Tidak Tetap PBB, tapi GAM, hanya pandai berperang, selalu diberikan janji palsu. Dahulu oleh NKRI sekarang oleh USA dan Uni Eropa, kenapa anda dari GAM tidak berpikir. Terlebih lagi dengan terpilihnya Obama, jauhlah harapan kemerdekaan anda, jika anda GAM. Karena memang Aceh itu sekarang ’nothing’, ditambah lagi dengan GAM Gila Harta.



Wah anda dengan bangga mengatakan bahwa kalau main fisik maka saya tidak akan lari, tapi anda sekarang tinggal di Bali, kenapa anda tidak tinggal di Banda Aceh ? Kenapa anda harus cari rezeki di wilayah yang anda benci ? Apakah anda tidak malu ?



Terakhir, untuk pion itu, kembali saya menjelaskan bahwa saya bukan suruhan siapa-siapa, kalaupun kemudian saya ditangkap oleh TNI atau GAM BODOH dengan alasan telah menimbulkan upaya provokasi maka tidak ada seorang pun yang menyuruh saya, murni karena ketidakadilan yang di dapat orang Aceh.



Permohonan maaf saya kepada Bang Win Wan Nur, saya sudah menerima tantangan upaya untuk menjatuhkan lawan atau black campaign lawan anda. Dan saya juga akan mulai belajar bagaimana mengeluarkan kata-kata yang seperti anda katakan ’tidak ada belas kasihan’, saya akan semakin belajar. Yang saya hanya ingatkan adalah ’nothing to loss with me’. Dan saya juga mempelajari sebuah ilmu yang menurut saya menarik, Tai Chi, bagaimana anda menggunakan kekuatan lawan untuk menjatuhkan lawan, dan saya banyak belajar dari anda. Dan yang membuat saya heran adalah bahwa ternyata anda sendiri yang menganggap bahwa anda adalah Ceh kelas tinggi tapi disisi lain anda yang mengatakan bahwa yang melakukan penilaian adalah penonton. Bingung.



Berijin.

Kosasih Bakar

www.cossalabu. blogspot. com

Tidak ada komentar: