26 Januari 2009

Ketika Egoisme Menjadi Tuhan

Bagian pertama

Kehilangan anaknya bagi Win merupakan sebuah pukulan yang terberat dalam hidupnya, sejumlah harapan bagi anaknya sudah ada di dalam bayangannya, bahkan sebelum anaknya lahir ke dunia yang menurutnya penuh dengan ketidakadilan ini.
Semenjak ia kehilangan anaknya ia selalu menyalahkan Tuhan dengan berbagai cara, ia tidak menerima Tuhan dengan seenaknya saja merenggut anaknya darinya. Sampai-sampai ia berpikir bahwa Tuhan adalah bodoh karena telah menciptakan semua makhluknya tapi hanya untuk disakiti, hanya untuk diperlombakan mana yang baik dan mana yang benar, yang buruk hanya akan masuk neraka dan yang baik hanya akan masuk syurga. Menurutnya ini adalah permainan bodoh yang diciptakan Tuhan. “Tuhan telah menghina makhluk ciptaanNya sendiri, Tuhan tidak adil, ia tidak sayang kepada ciptaannya” gumamnya dalam hati karena saking kesalnya terhadap yang namanya Tuhan tersebut.
Semenjak itu ia berjanji bahwa ia akan melawan Tuhan, ia sekarang sudah tidak peduli lagi mana yang benar dan mana yang salah, yang menurut persepsinya benar maka itu yang akan dikerjakannya.
Win akhirnya menjadi manusia yang amat pragmatis, betul-betul pragmatis, tidak ada lagi yang menjadi pegangan hidupnya dalan menjalani kehidupan ini. Baginya yang penting kalau semua keinginannya tercapai.
Yang menjadi keluarga tersebut semakin hancur adalah ternyata istrinya, Wan Azizah atau yang seringkali dipanggil Wan, yang juga mengikuti jejak dari suaminya, yang dahulunya selalu mengikuti perintah Tuhan sekarang ia menjadi perempuan bebas yang ingin menjalankan semua yang diinginkannya.
Namun kerap kali mereka bertengkar bukan karena cemburu ketika suaminya main dengan perempuan lain atau sebaliknya, mereka mempertengkarkan baik atau buruknya kegilaan mereka, mereka mempertengkarkan bagaimana caranya mencapai tujuan kegilaan mereka itu.
“Abang harus tahu kalau abang mau main dengan perempuan harusnya abang kasih tahu saya,” kata Wan.
“Loh, untuk apa saya kan bebas melakukan hubungan dengan siapapun, lagian kalau saya katakana sama kamu maka yang ada kamu akan marah, kamu akan cemburu, hidup kita semakin pusing,” jawab Win.
“Bukan itu Bang, kalau saya tahu siapa perempuannya maka saya akan lebih mudah mencari target laki-laki lain yang akan saya tiduri, minimal suami perempuan dari yang abang tiduri itu yang akan saya dekati,” ujar Wan dengan senyuman nakal setan dibibirnya.
“Astagfirullah, he salah…he he. Wan…Wan… kamu ini ternyata lebih gila dari aku ya, okelah Wan, Tuhan memang tidak pernah mencintai ciptaannya jadi kenapa kita harus mencintai ciptaannya juga. Peduli setan dengan anak-anak mereka, peduli setan dengan kehidupan mereka, yang penting kita nikmati hidup ini. Wan, jangan lupa pakai pelindung ya kalau kau sedang kesetanan dengan laki-laki lain, biar aman.. ha ha ha,” tawa laki-laki aneh itu yang sudah menyerupai iblis.
Keluarga ini kini sudah tidak memperdulikan lagi mana yang baik dan benar, mereka hanya tahu satu hal, mencapai semua hasrat mereka, tidak peduli itu baik atau salah karena bagi mereke sudah tidak ada lagi yang namanya agama, bagi mereka Tuhan itu tidak adil, bagi mereka Tuhan itu bodoh.
Sampai suatu saat Win bertemu dengan seorang wanita yang amat cantik parasnya. Bagi Win ia menjadi penasaran karena ketika menggunakan jilbab sungguh cantik perempuannya itu, lantas ia membayangkan bagaimana kalau perempuan itu tidak memakai baju sehelaipun. Dalam pikirannya ia membayangkan tubuh wanita itu yang sintal, buah dadanya yang ideal, bokongnya yang pasti akan memuaskan hasratnya, betisnya yang menandakan kenikmatan bagian perempuannya, bahkan kulitnya yang kuning langsat keputihan itu semakin membangkitakan gairah setannya yang sudah menghancurkan banyak keluarga itu.
Gairahnya semakin memuncak ketika ia mengamati wajah wanita itu, bibir yang ranum tidak terlalu tipis dan tebal serta kemerahannya alami, pipinya yang memerah, raut wajahnya seperti daun sirih, hidungnya yang bangir, matanya seperti mata kucing yang menusuk orang-orang yang ditatapnya, sejadi-jadinyalah laki-laki itu menjadi tergila-gila.
“Assalamu’alaikum,” sapa Win. Perempuan itu lantas menatap Win kemudian menundukkan kepalanya dan menjawab “Wassalammu’alaikum, maaf anda siapa dan apa yang bisa saya bantu suami saya sedang menunggu saya di depan,”.
Win bergumam dalam hati “Huh, siapa lagi-laki yang beruntung itu, andai saja aku bisa membunuhnya,”. Kemudian ia menjawab “Oh, tidak saya hanya kagum dengan kecantikkan anda, saya hanya ingin mengenal anda lebih dekat lagi. Kalau tidak keberatan nama anda siapa dan apa pekerjaan anda ?”.
“Nama saya Nurul Azizah, panggil saya saja Nur, saya bekerja sebagai seorang dokter di Rumah Sakit,” jawab Nur.
Mendengar pekerjaan Nur, Win menjadi senang karena ia merasa ada kesempatan untuk merusak wanita ini, karena masih ada kesempatan untuk dapat bertemu lagi dengan perempuan cantik itu. Lantas ia bertanya kembali dengan sopan “Alhamdulillah, saya sedang mencari-cari seorang dokter yang kiranya bisa mengobati penyakit kronis saya, sampai saat ini saya belum menemukan seorang dokterpun yang cocok, siapa tahu kita berjodoh, kalau boleh tahu dimana Rumah Sakitnya. Perempuan itu kemudian memberika sebuah kartu nama dari dompetnya dan kemudian berkata “Maaf, itu suami saya sedang di depan, saya harus segera berangkat, silahkan Bapak datang ke kantor saya.”
Hari ini Win begitu senang karena ia mendapatkan mangsa baru, ia pulang dengan bersiul-siul bahkan janjinya dengan perempuan selingkuhan yang akan ditidurinya ia batalkan karena ia begitu senang hari ini. Sampai di rumah ia melihat istrinya sedang tidur, ketika melihat istrinya ia teringat perempuan itu dan hasratnya menjadi tinggi, ia pun lantas mulai menggangu istrinya untuk kemudian menidurinya. Wan menjadi kaget karena Win begitu bersemangat hingga Win dan Wan melakukan hubungan suami istri itu dengan dahsyat. Walau bagi orang pintar dapat melihat bahwa sebenarnya persetubuhan itu adalah antara Win, Wan yang dibayangi oleh Nur dalam pikiran Win.
Setelah itu ia menceritakan kepada istirnya bahwa ia telah menemukan gadis pilihan korbannya saat ini dan menurutnya perempuan itu membuatnya menjadi gila karena ingin meniduri tubuh cantiknya itu. Wan di dalam hati merasa sedih karena setelah menidurinya suaminya malah menceritakan wanita lain, tapi ia hanya tertawa dan kemudian mengingatkan suaminya agar tidak lupa menanyakan nama suami dan pekerjaannya agar ia bisa mendekati suaminya.
Win kemudian menyadari bahwa ia harus mengarang sakit yang akan dideritanya, ia menjadi bingung karena kalau berhubungan dengan seorang dokter maka ia tidak akan bisa berbohong tentang penyakitnya ini. Tapi kemudian ia terigat dengan wanita cantik yang tidak jadi ditidurinya karena terkena penyakit menular TBC, tanpa pikir panjang ia kemudian mendatangi wanita itu dan menidurinya. Lantas ia menunggu selama beberapa minggu dan didapatinya tubuhnya yang sehat itu kini sudah terasa agak lemah dan mulai batuk-batukkan, mulai melemah. Ia tersenyum dengan rasa sakitnya lantas ia pun pergi menuju rumah sakit yang dokternya perempuan idamannya itu.
Sesampai di rumah sakit ia langsung mendaftar dan menanyakan kalau ia ingin ke dokter yang nernama Nur Azizah, ia pun akhirnya mendapatkan no urut untuk dapat memeriksakan kesehatannya kepada dokter Nur tersebut. Akhirnya gilirannya tiba, ia menemukan dokter itu sedang berbincang dengan asistennya seorang laki-laki muda yang tampangnya cukup menarik. Melihat Win datang Nur lantas menyuruh asistennya itu untuk mengambilkan sesuatu. “Selamat datang Pak Win, saya masih ingat anda, anda sakit apa?”, tanyanya. Kali ini terlihat Nur lebih berani memandang wajah Win yang memang menggoda setiap perempuan yang menatapnya. Win yang melihat perubahan dari Nur menjadi semakin menjadi-jadi keberaniannya, “Maaf Nur, saya sudah batuk-batuk seperti ini sejak tahunan, menurut beberapa dokter saya terkena TBC tapi sudah saya coba berobat tetap saja tidak sembuh-sembuh walau tubuh saya masih kuat sampai saat ini. Mendengar hal tersebut Nur segera memeriksa Win dengan cermat dan seksama.
Win betul-betul menikmati ketika Nur memeriksa seluruh tubuhnya, ia merasa dirinya berada ditempat lain dan membayangkan dirinya meniduri Nur, sungguh ia memang sudah menjadi gila. Setelah itu Nur terlihat menuju ke kamar mandi yang ada diruangannya, dengan cepat Win mengikutinya dan tanpa sengaja ia melihat Nur membuka hijabnya dan jas dokternya, terlihat olehnya pakaian ketat di dokter dengan rambut panjang terurai dan leher yang jenjang. Namun matanya tidak lepas dari tattoo pada belakang lehernya seperti sebuah mata yang memandang dirinya. Ia kemudian teringat dengan lambing Illuminati, sebuah lambang organisasi rahasia milik organisasi terjahat saat ini yang kerap kali membuat kekacauan di dunia ini.
Tiba-tiba Nur membalikkan dirinya dan melihat bahwa Win sedang menatapnya, Win menundukkan kepalanya. Anehnya tiba-tiba Nur memanggil dirinya untuk mendekatinya dan tanpa panjang lebar mereka pun melakukan hubungan suami istri di kamar mandi itu. Win yang terkaget-kaget itu lantas tiba-tiba menjadi bergairah kembali dan betul-betul memuaskan hasratnya dan perempuan gila itu.
“Nur, saya kira kamu perempuan yang taat agamanya karena kamu menggunakan jilbab,” ujarnya ketika mereka kembali ke meja setelah hasrat mereka berdua telah dilepaskan.
“Ha ha Win, saya memakai jilbab ini hanya sebagai kedok ketika saya berhadapan dengan orang-orang yang fanatic, bagi saya jilbab ini hanya menutupi kebobrokan saya, menutupi hedonism saya, menutupi hasrat saya kepada kamu ketika pertama kali melihat kamu. Oh ya, jangan lupa minum ini ya selama sebulan dan jangan berhenti” jawabnya.
“Ha ha, saya membayangkan kalau saya akan kesulitan dalam mendapatkan kamu, baiklah. Oh ya, tanda apa di belakang lehermu dan kapan bisa ketemu lagi ?” tanya Win.
“Oh, itu tanda saya ikut organisasi Illuminati, dan dengan jilbab ini juga saya bisa menutupinya, mau ikutan Win ?” jawabnya. “Huh, banyak Tanya sekali orang ini, mungkin dia tidak tahu bahwa tingkatan tertinggi dari organisasi ini adalah tato di tenguk saya, kalau saja dia tahu siapa saya tentu ia akan takut dengan saya,” gumamnya dalam hati.
Dalam hati Win berkata “Hmm, benar ia ikut Illuminati,”. “Baik lah saya mau coba ikut saya sekarang benci dengan Tuhan, bagi saya Tuhan itu tidak adil, rasanya orang-orang Illuminati bisa terima itu kan,” ujarnya.
“Hmm, rasanya orang bodoh seperti anda, yang hatinya penuh dendam tidak akan bisa jadi pimpinan, anda paling hanya bisa menjadi pion. Rasanya tidak mungkin anda membuat kehancuran di dunia ini untuk kepentingan membangun peradaban baru kami kalau ada dendam, bodoh. Kami saja yang menciptkan dendam tidak pernah memasukkan ke dalam hati kami, bagi kami dendam itu adalah alat untuk menjadikan kalian dalam perang sehingga kami akan ambil keuntungan dari perang itu. Dan kamu sekarang sudah dalam genggaman saya, penyakit kamu akan saya control. Sedangkan saya imun dengan berbagai penyakit karena ada obat khusus untuk kami yang tidak akan kamu dapatkan…ha ha ha ” gumamnya dalam hati. Lantas kemudian ia berkata “Ia Win sayang, kamu betul memang Tuhan itu tidak adil makanya kami ada organisasi ini untuk membuktikan bahwa kitalah Tuhan itu, dan mereka saat ini sudah dibodoh-bodohi dengan yang namanya agama, mereka sudah kehilangan akalnya. Kamu bisa masuk ke organisasi kami,”
Win akhirnya mengikuti organisasi tersebut, ia mendapatkan banyak ilmu lagi bagaimana menghancurkan sebuah peradaban manusia dan membangun peradaban baru sesuai dengan keinginan dari dirinya dan organisasinya. Sungguh ia semakin tenggelam dengan kebenciannya kepada Tuhan. Sampai-sampai ia beranggapan bahwa Tuhan itu adalah seperti dirinya, yang bisa dilawan, yang bisa disakiti. Dan makhluk lainnya adalah makhluk bodoh karena masih mempercayai dengan adanya Tuhan.

Bagian kedua
Win yang sebenarnya bernama lengkap Erwin Abdullah itu kini sudah mulai mahir dalam menguasai berbagai pengetahuan untuk dapat menggerakkan massa sesuai dengan keinginannya, pandai dalam mengangkat berbagai isu untuk kepentingan organisasi, semuanya dia dapat dari Illuminati.
Win sekarang sudah berubah dari seorang yang membenci Tuhan perorangan, kini sudah bergabung dengan pembeni-pembneci Tuhan lainnya, bahkan ia dengan cepat mendapatkan kepercayaan untuk selalu memimpin sebuah operasi yang bertugas membuat cheos dalam sebuah daerah.
Keahliannya dilengkapi dengan kevulgaran dalam organisasi tersebut yang tidak lagi memperdulikan batasan antara laki-laki dan perempuan, sehingga siapapun dapat berhubungan dengan siapapun tanpa peduli lagi. Win benar-benar mendapatkan syurganya disana, ia melihat bahwa organisasi ini benar-benar telah melanggar setiap batasan yang telah di atur oleh Tuhan dari agama manapun yang ia ketahui. Ia benar-benar bisa melakukan hubungan dengan Nur kapanpun dan dimanapun ketika hasrat mereka timbul. Dan yang lebih membahagiakan Win ternyata Nur memprioritaskan dirinya dalam hal apapun, ntah itu materi maupun fasilitas lainnya. Ia dapat menyalurkan hasratnya untuk menghancurkan peradaban manusia ini sesuai dengan hasrat dan kini menjadi hobynya.
Sedangkan istrinya ikut dalam jaringan tersebut dalam level yang lebih rendah lagi akan tetapi dengan tugas yang amat buruk lagi, istrinya menjadi ikon untuk kebebasan yang bertopengkan kedamaian, Wan kini menjadi agen perubahan menuju kebebasan tanpa batas dengan mengatasnamakan kemanusiaan. Kebebasan yang mencoba untuk memperjuangkan hak-hak individu seorang manusia dalam tanpa memperdulikan akibatnya terhadap masyarakat dan di masa yang akan datang.
Suatu saat tiba-tiba Nur memanggil Win dengan ke rumahnya, bila ini terjadinya biasanya Nur ingin memberikannya tugas khusus kepadanya dan mendiskusikan terlebih dahulu untuk mencapai tujuan dari tugasnya tersebut.
“Win, aku punya tugas baru untuk kamu, keluarga si A yang selama ini selalu dalam keadaan kacau tampaknya sudah mulai berdamai. Dan kebetulan kamu dekat dengan keluarga tersebut,” Nur buka bicara.
“Keluarga siapa Nur ? Terus apa hubungannya dengan aku dan tugasku apa?” ujar Win.
“Ini adalah sebuah keluarga yang bisa berpotensi dapat menghancurkan tujuan organisasi kita di daerah sana, mereka adalah keluarga yang pada awalnya amat teguh dalam memegang agama bodohnya, dan ini sudah terkenal sejak puluhan tahun silam. Sebenarnya kami sudah berhasil untuk membuat cheos keluarga tersebut dengan berbagai cara, namun kini sepertinya ada kejenuhan dalam keluarga tersebut untuk bertempur terus, dan mereka tampaknya mulai berdamai, kita harus dapat membuat cheos lagi Win,” kata Nur.
“Wah itu berikan saja kepada saya tugas itu Nur, saya amat menyukai tugas ini, tapi kenapa kamu bilang mereka dekat dengan keluargaku ?,” tukas Win memotong percakapan Nur.
“Win, sabar, saya belum selesai. Mereka adalah bagian dari keluarga kamu, sejak lama kami sudah memperhatikan bahwa kamu adalah dapat menjadi potensi bagi kami, dan ternyata kamu lebih hebat dari perkiraan kami semua. Kamu memang sudah benar-benar benci dengan yang namanya Tuhan. Ini adalah keluarga besar Cahaya, bukankah kami bagian dari keluarganya ?” tanya Nur.
“Hmmm…iya, memang keluarga yagn terkenal itu adalah bagian dari keluarga saya,” kata Win singkat. Lantas ia terdiam, “Huh, kenapa saya harus menghancurkan keluarga saya, walau saya hancur seperti ini tapi apakah saya sanggup untuk menghancurkan mereka kembali. Padahal mereka baru saja berdamai semuanya. Mereka baru saja bisa saling sapa dengans senyum dan bisa menikmati hidupnya dengan baik. Huh, saya jadi teringat anak saya yang mirip dengan eyangnya….,” ujar Win dalam hatinya.
Nur yang melihat gelagat Win itu melihat ada keraguan dari hatinya Win, lantas ia dengan serta merta mendekati Win dan menciumnya untuk kemudian mengajaknya ke hubungan yang selalu mereka sukai itu. Win yang sedang gundah tersebut sesaat melupakan apa yang dipikirkanya dan mereka pun bergulat untuk mencapai hasrat mereka masing-masing.
Win dan Nur memang tidak pernah bosan melakukan hubungan gila ini, ntah ada setan apa dalam diri mereka masing-masing berdua, jika bertemu pasti mereka akan seperti itu terus.
Rupanya Nur menyadari bahwa Win akan lebih mudah diajak mengikuti keinginannya setalah mereka melakukan hubungan intim tersebut.
“Gimana Win Sayang…dengan tugas yang tadi, aku tahu mereka adalah keluargamu, tapi bukankah kita tidak pernah mengenal yang namanya kebenaran yang bodoh, agama, keluarga, karena ini adalah kebodohan-kebodohan yang hanya membuat kita tidak mampu berbuat tegas, dan membangun dunia baru sesuai dengan keinginan kita semua,” bisiknya ke Win lembut. “Win, Win, kau harus mau, memang kau memuaskan aku, tapi kalau kau tidak mau maka aku harus menyingkirkanmu, peyakitmu memang sepertinya sudah sembuh tapi aku masih memelihara 1 ekor virus lagi yang kemudian akan berkembang biak dalam tubuhmu” kata Nur dalam hatinya.
Win terlihat tertidur pulas ketika Nur mengatakan hal tersebut, ia pura-pura tidur, rupanya ia mencoba memikirkan dengan tenang apa yang dibisikkan wanita idamannya itu.
“Vanesia, ayahmu disuruh menghabiskan keluarga kita sendiri, apa yang harus ayah lakukan. Semua yang ayah lakukan sampai ayah seperti ini karena ayah begitu membenci Tuhan kita yang telah membawa kamu dari sisi Ayah. Haruskan ayah menghancurkan keluarga ayah sendiri…”, katanya dalam hati.
Win membalikkan tubuhnya dari Nur, seolah-olah dalam pura-pura tidurnya ia membutuhkan ruang lagi untuk dapat memikirkan tugas barunya, dan ia tidak ingin melihat Nur melihat air matanya tumpah memikirkan tugas barunya itu. Dan ia pun tertidur ketika memikirkan hal itu terus.
Win memang adalah sosok yang amat mencintai keluarganya, walau ia menghancurkan keluarga orang lain tapi ketika ia disuruh menghancurkan keluarganya sendiri, ini merupakan hal yang berat dalam hidupnya karena sebenarnya keluarganya sudah membesarkannya dengan kasih sayang.
Keesokkan paginya ketika ia bangun dari tidurnya, dilihatnya wanita idamannya masih tertidur dengan tanpa memakai sehelai benangpun sehingga kecantikkannya terlihat dan kembali membangkitkan hasrat Win. Tapi kemudian ia teringat tugas yang diberikan oleh Nur, ia mengurungkan niatnya untuk kembali mengganggu Nur, yang sebenarnya Nur juga suka kalau ketika paginya kembali melakukannya.
Ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi, dan melihat dirinya dalam kaca tersebut. “Vanes, apa yang harus ayah lakukan ?” ujarnya. Kemudian ia mandi dan kemudian pulang menujua ke rumah, dalam perjalanan pulang ia berpikir mungkinkah ini ia lakukan. Terjadi perang besar kembali dalam dirinya seperti ketika anaknya pergi meninggalkannya.
“Tuhan kau tidak adil, anakku kau ambil, gara-gara kau aku masuk dalam organisasi yang melawanMu. Sekarang aku mendapat tugas untuk membuat berantakkan keluargaku yang baru saja damai ini. Tuhan kenapa engkau menimpakan ini semua kepadaku ? Ketika Engkau menghilangkan kebahagiaanku, kini aku juga harus menghilangkan kebahagiaan keluargaku melalui tanganku. Kenapa harus aku ? Kenapa ? Apakah kau menantangku seperti engkau menantangku dengan mengambil anakku dari sisiku ? Jawab Tuhan, Jawab….,” teriaknya dalam hati. Tiba-tiba air matanya tumpah dan ia pun menangis sejadi-jadinya dengan nanar mata yang marah sambil mendongakkan kepalanya. Mata yang penuh dendam, mata yang penuh keamarahan, mata yang penuh dengan kesedihan dan mata yang penuh kesinisan.
Setelah sampai ke rumah ia mengganti bajunya dan keluar lagi. Hari ini berencana akan menghabiskan waktunya untuk melakukan semua apa yang membuatnya senang, semua yang tidak disukai oleh orang lain, semua yang dilarang oleh Tuhan.
Keesokkan harinya ia datang kepada Nur dengan wajah yang lebih sinis dan kejam lagi, fase kedua dalam hidupnya menuju kebencian kepada Tuhan sudah ia lewati. “Nur, aku siap dengan tugas mu,” sesampai ia di ruangan Nur bekerja di rumah sakit.
Nur tersenyum, kemudian berkata “Wah, itu baru pemimpin baru dari peradaban baru,”. Walau dalam hati Nur bergumam “Iya lah aku tau kau pasti mau, kau penuh dendam, kau akan selalu jadi pionku yang paling aku andalkan, egomu terlalu besar dengan dendammu,”. “Oh ya Win, nanti malam kita diskusikan di rumahku ya tentang strategi yang akan kita atur, ada tamu ku kamu keluar dulu ya, sampai nanti malam,” katanya ketika masuk seorang laki-laki muda yang berwajah menarik.
Malam harinya kembali Win ke rumah Nur untuk mendiskusikan permasalahan penghancuran keluarganya sendiri. Ketika mereka akan membahasnya Nur memberikan beberapa dokumen tentang Keluarga Cahaya, nama keluarganya tersebut dan upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk dapat menghancurkan keluarga tersebut. Ketika membacanya Win terlihat mengerutkan keningnya karena ia melihat bagaimana ternyata penghancuran keluarganya dilakukan secara sistematis, “Sungguh ini adalah sebuah pekerjaan yang benar-benar luar biasa,” ujarnya dalam hati.
Ketika ia asik membaca dokumen-dokumen itu Nur memasak makan malam, mempersiapkan dirinya secantik mungkin dengan wangi-wangian dan pakaian yang memperlihatkan kecantikan tubuhnya.
Win pun lantas menuliskan strategi barunya untuk dapat menghancurkan keluarganya, ia menuliskan di papan tulis yang ada pada ruang kerja tersebut “Hal yang pertama kali dilakukan adalah kembali mengadudomba keluarga tersebut dengan harta, mereka yang keakuan terlalu tinggi dari bagian-bagian keluarga tersebut dan mereka yang memegang teguh ajaran agamanya. Hal yang kedua, menghancurkan moral dari mereka karena selama mereka dekat dengan agama maka semakin sulit mereka untuk dihancurkan, karena inilah kunci mereka memang begitu ditakuti sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ketiga, harus bisa menanamkan bibit-bibit dendam kepada generasi keduanya, tentunya ini akan menjaga kesuburan konflik di antara mereka.”
Ketika Nur memasuki ruang kerjanya ia hanya tertawa dalam hati membaca tulisan Win itu, “Ha ha Win, Win apa yang kau tulis itu adalah benar sekali dan kami sudah melakukannya dengan keluargamu dalam beberapa puluh tahun ini, sehingga kami mengambil banyak keuntungan dari kebesaran nama dan kekayaan keluarga kamu itu, tapi yang kami butuhkan adalah actor utamarnya, dan kamu sadar tidak sadar adalah actor yang sudah kami persiapkan…he he, tapi rasanya kita perlu diskusi lebih detail, karena sepertinya banyak actor baru juga yang ada pada keluargamu”.
“Wah, hebat Win sayang, strategi mu ini luar biasa, rasanya kita bisa jalankan ini dengan baik. Jenius kau sayang…” rayu Nur.
Win kemudian kaget melihat Nur, kemudian ia tertegun dengan pakaian Nur yang demikian seksi itu serta wanginya yang kembali membangkitkan gairahnya. “Iya Nur, sinilah temani aku,” jawabnya.
Nur dengan gatalnya mendekati Win, akhirnya mereka bergulat kembali.
Setelah itu terlihat Nur begitu bersemangat untuk membahas strategi yang dituliskan Win itu.
“Win, menurut kamu bagaimana caranya bisa mengadudomba keluarga kamu itu ?” tanyanya.
“Ha ha, gampang Nur, keluarga kami memang besar tapi masing-masing dari keturunannya atau belahannya satu sama lain suka tidak akut, egoism kami suka sama-sama tinggi. Makanya sebenarnya inilah yang membuat kami akhir-akhir ini terus bertengkar karena memang kami tidak mau kalah. Ada belahan saudara kakekku yang bernama Merah, mereka itu paling tidak mau rugi, apalagi dalam bisnisnya, bahkan kadang kalau mereka tidak segan mengorbankan keluarga lainnya yang penting bisnisnya untung besar,” cerita Win.
Win kemudian menceritakan seluruh rahasia keluarganya, belahan Naga yang keturunan gila kekuasaan, belahan Pedang yang amat suka berperang, belahan Putih yang terkesan netral sesuai dengan kebutuhannya dan terakhir belah hijau yang memegang moral agamanya dengan amat teguh. Win juga menceritakan bahwa ia berasal dari belahan putih, belahan putih ini menurut Win terkadang bergabung dengan belahan yang menurutnya menguntungkan sehingga belahan ini banyak berhubungan dengan berbagai belahan karena masing-masing keturunannya pasti ada ikut dalam belahan lain.
Mendengar hal tersebut Nur dengan senyum manjanya merasa senang mendengarkannya,”Mmmhh, dulu kami menggunakan actor dari belahan Naga, tapi mereka rasanya kurang berhasil karena gabungan mereka dengan belahan Pedang kini terpecah, dan mereka sekarang kalah dengan belahan Merah juga tidak bisa mengancam lagi belahan Hijau. Memang tepat rasanya sekarang menggunakan belahan Putih karena dampaknya sepertinya akan dapat lebih menghancurkan keluarga pengacau ini…ha ha ha,” gumamnya dalam hati Nur.
“Win, terus apa yang akan kamu lakukan untuk dapat mengadudomba mereka semua, agar mereka hancur dan tidak lagi menjadi penghalang bagi membangun peradaban baru kita ?” Tanya Nur.
“Begini sayang, saya sudah lama hidup dalam keluarga ini. Sesungguhnya dalam hati mereka itu masih ada perasaan saling bersaudara yang tinggi, ini akan dibuktikan ketika mereka dalam kesulitan, bagian dari belahan itu tidak bisa melihat keluarganya dalam kesulitan. Ini semua karena mereka tidak mau kehormatan keluarga mereka hancur, bagi mereka ini hal utama,” jawab Win.
“Sepertinya yang harus kita lakukan pertama kali adalah menghilangkan kehormatan keluarga ini, dengan cara menghancurkan kebanggaan mereka, ini yang menurut saya harus pertama kali dilakukan. Biarpun mereka seperti ini tapi kalau agama mereka dihina mereka akan mempertahankannya. Jadi ini satu hal lagi selain kehormatan mereka adalah agama mereka, ini perlu kita hancurkan atau kita adudomba 2 golongan besar ini dari keluarga saya. Gimana menurut Nur ?”tanyanya.
“Yah, untuk awal rasanya ini bisa dilakukan, 2 golongan ini akan kita panas-panasi terus, maka hal yang harus dilakukan rasanya adalah bagaimana caranya mendapatkan sebuah isu yang bisa membuat keluargamu itu terbelah menjadi 2, apa ya isunya…?” jawab Nur.
“Gini sayang, kalau masalah kehormatan keluargaku mungkin kita bisa mengadunya dengan keluarga besar Langit, karena sebenarnya saingan kami, Keluarga Cahaya adalah Keluarga Langit. 2 keluarga besar ini sejak dari dulu bersaing,” ujar Win.
“Hi hi, engkau betul Win, tapi masalahnya mereka sekarang sedang berbaikan. Itulah masalahnya, mungkinkah ini kita utak-utik lagi, karena sepertinya keluargamu sudah merasa jenuh dengan perangnya dengan keluarga Langit yang tidak berujung pangkal ini, rasanya keluargamu sudah mulai rasional atau kebanggaanya menjadi berkurang..ha ha ha” jawab Nur.
“Bisa sayang, masih bisa, tapi perlu diingat bahwa sekarang ini yang menyebabkan keluarga kami menjadi seperti itu adalah belahan Merah dan Hijau, mereka berhasil mempengaruhi belahan-belahan lainnya. Jika belahan Merah meyakinkan bahwa perang ini malah membuat keluarga kita menjadi tidak sejahtera sedangkan belahan Hijau mengatakan bahwa keluarga Langit juga saudara seiman kita dan mereka meyakinkan bahwa mereka telah melakukan pendekatan untuk keuntungan 2 keluarga di masa yang akan datang. Tapi Nur musti ingat bahwa belahan Pedang masih gusar dengan dendam-dendam yang bergelora dihati mereka, dan belahan Putih masih tersebar di berbagai belahan sehingga kekuatan mereka sebenarnya tidak bisa diperhitungkan, kami hanya punya jaringan di belahan lain” ujar Win.
“Mmmhh, belahan Putih itu lah yang sekarang menurut analisa kami bisa kembali menggoyang perang antara 2 keluarga besar ini Win, walau belahan Putih tidak kuat tapi mereka mempunyai jaringan di belahan lain, bahkan ada diantara anggota keluarga belahan Putih yang memegang peranan cukup besar di belahan lainnya” gumam Nur dalam hati. “Kemudian apa lagi sayang ?” tanya Nur.
“Nah, sudah jelaskan sayang, kita harus bisa membangkitkan kehormatan keluargaku dengan dendam-dendam dengan apa yang dilakukan oleh keluarga Langit, dan kita juga harus mampu untuk bisa mengadu domba diantara sesama belahan pada keluargaku, utamanya belahan Merah dan belahan Hijau,” terang Win kembali.
Tiba-tiba terdengar alunan lagu Metallica dari HP Win yang berbunyi.
Serta merta Win mengangkat HP nya dan berkata “Hallo,”.

Bagian ke tiga

Terdengar dari suara dibalik sana “Asslm, Win apa kabar ? Lama kita tidak jumpa, gimana kabar keluargamu Wan dan Vanes ?”
“Wasslm, siapa ini ?” tanya Win.
“Wah sudah lupa kau dengan saudaramu Umar ya..he he,” kata Umar di balik HP Win.
“Ough, Umar. Mmmh, Wan baik-baik saja sekarang ia jadi seorang public figur Mar, tapi anakku Vanes sudah tiada, ia meninggal karena kecelakaan,” jawab Win Parau.
“Innalillahi wa innalillahi rojiun, sabar Win, semua yang diciptakan Tuhan pasti akan kembali kepadanya, semua kita awalnya dari tiada, sabar ya Win,” kata Umar.
Melihat Win terlihat sedih wajahnya Nur kemudian berbisik kepada Win “Siapa Win ?”
“Teman ngaji aku dulu,” jawab Win sambil berbisik kembali, tiba-tiba terlihat matanya memancarkan kemarahan ketika Umar menyebut-nyebut Tuhan.
“Umar, Tuhan mu itu tidak adil, semua dia renggut dari aku, engkau tahu aku kan, baru saja aku mereguk kebahagiaan dengan anakku dan tiba-tiba ia renggut dari aku. Aku sudah muak dengan kata-kata Tuhan,” tiba-tiba suara Win mengeras.
“Win, Istigfar. Anak dan istri adalah cobaan untuk kita, lagian kita ini awalnya tidak ada Win, hanya kebesaran Tuhan yang menyebabkan kita sekarang ada, hanya kasih sayang Tuhan,” ujar Umar seperti menggurui Win.
“Itu lagi, Tuhan itu bodoh Mar, kenapa Dia menciptakan manusia, apakah hanya untuk menunjukkan kesombongannya dengan memperlihatkan siapa yang baik akan masuk surga dan jahat masuk neraka, Tuhan sombong, Tuhan bodoh, Tuhan tidak adil,” teriak Win dengan emosi yang memuncak.
Umar sedikit kaget dengan teriakan Win di ujung telponnya, sesaat ia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata “Win, Tuhan berhak untuk sombong karena memang ia yang ada, dan yang lainnya tiada. Tapi kalau engkau katakan Tuhan bodoh dan tidak adil, rasanya kamu kelebihan Win,” jawab Umar dengan suara yang agak berat.
Nur yang juga kaget melihat teriakan Win, kemudian memeluk Win dan menenangkannya, karena kalau sedang marah biasanya dengan pelukan wanita Win akan lebih tenang lagi.
“Coba kau pikir Mar, kalau manusia diciptakan untuk masuk ke neraka dan saling membunuh bukankah itu bodoh,” tukas Win cepat.
Umar sempat terdiam dengan perkataan Win, kemudian berkata “Win, harusnya kau bangga diciptakan Tuhan dengan kondisi sekarang ini, kau sebenarnya sudah mirip dengan Tuhan walau kau bukan Tuhan. Kau diberikan kebebasan untuk berpikir, kau punya otak. Kau mau berbuat salah atau benar itu adalah keputusanmu. Bebas kau menentukan pilihan. Tuhan adil kan Win, Tuhan tidak pernah memaksakan apa yang dikehendakinya,” ujar Umar agak mengeras.
“Naam, ana setuju, Tapi kenapa ia tidak memberikan hidayah kepada setiap orang, kenapa dia tidak mengislamkan semua orang, kalau ia sayang, bukankah Ia sanggup untuk itu atau Ia lemah. Dan yang paling membuatku gusar adalah Ia telah mengambil anakku yang baru saja menghirup dunia, kenapa tidak anak orang lain yang sudah besar saja,” jawab Win.
“Wah, sudah gila anak ini,” gumam Umar dalam hati. “Win itulah yang aku katakan kita bukan Tuhan ada hal-hal yang Tuhan pegang kuasa sebagai ujian buat kita, dan ia mempunyai hak yang lebih untuk menentukannya, tapi tetap memberikan kita kebebasan untuk memilih. Dan kamu harus tahu Win perasaan adil itu relative, bagi mereka yang kaya hidup mereka akan menderita kalau mereka tidak punya kendaraan, tapi bagi orang miskin itu tidak penting yang penting mereka bisa makan, mereka bahagia. Win, ingat syukur Win. Dan itu pulalah yang menyebabkan Tuhan boleh sombong karena hanya dia yang tahu isi hati manusia. Win kau sudah sombong Win, kau sudah serupa dengan Iblis, Istigfar Win” jawab Umar agak lembut.
“Tidak, aku akan tantang Tuhan kalau aku bisa hidup bukan di jalannya. Aku akan tantang Tuhan kalau aku sanggup menentukan hidup dan mati seseorang juga seperti ia mengambil anakku. Aku juga akan buktikan bahwa aku lebih baik masuk neraka menentangnya dari pada memuja-mujanya seperti orang bodoh,” kata Win lantang.
Nur menoleh ke Win ketika mengatakan itu, dan dalam hati berkata “Huh, Win, jangan asal bicara kau, jangan terlalu dendam, aku jadi takut kau akan berlebihan dalam melakukan aksi nantinya,”
Umar terkaget-kaget mendengar ulasan Win, dengan sedikit menahan amarah karena kesal ia berkata “Istigfar Win, kita ini makhluk lemah, melawan tsunami saja kita tidak bisa, belum nanti ketika kita mati dan dihadapkan di depannya, atau ketika kita masuk neraka. Istigfar Win, bolehlah kau tak takut neraka. Tapi asal kau tahu Win siksaan paling rendah dineraka itu seperti kita berdiri di batu bara sampai otak kita mendidih,” jawab Umar dengan suara parau.
Win sedikit bergidik juga mendengar ucapan dari Umar. Sesaat ia teringat dengan pesan guru ngajinya tadi tentang bagaimana dikatakan bahwa api neraka itu panasnya jutaan kali dari panas api yang sekarang kita gunakan.
“Ah peduli neraka,” katanya dalam hati. “Terserah kau lah Mar, tapi seperti yang kau katakan Tuhan kan tidak akan memaksakan kehendaknya, sekarang aku akan tantang Tuhan bahwa aku akan melakukan kerusakan di muka bumi ini, aku akan melakukan apa yang dilarangnya, aku mau tahu apakah ia bisa menghentikanku atau tidak,” kata Win.
Sambil menghela nafas panjang Umar berkata “Wallahualambishowab, mudah-mudahan kamu mendapat hidayah dari Tuhan dan selalu dalam perlindungannya. Ya sudah Win, nanti kita lanjutkan lagi. Asslm”. “Win, Win, tidak usahlah kau tantang Tuhan. Bukan itu ukurannya kau menang dari Tuhan, kalau saja Tuhan seperti kau tentu Iblis Laknat itu sudah lama jadi debu dibakarnya. Kau sepertinya lama-kelamaan menjadi Iblis, tapi kau bukan Iblis malah seperti sampah bagi manusia,” katanya dalam hati.
“Wasslm,” saut Win diujung telepon.
Umar adalah teman Win ketika ia sekolah, mereka berdua menamatkan pesantren secara bersamaan, ketika Umar melanjutkan kuliahnya di Mesir, rupanya Win lebih tertarik melanjutkan kuliahnya di dunia filsafat di Denmark.
Nur yang sejak dari tadi membelai-belai kepala Win dengan manja sepertinya ingin kembali melakukan pergulatan, dan terjadilah. Akhirnya mereka berdua tertidur kelelahan hingga keesokkan harinya.
Seperti biasa, pagi-pagi sekali Win pulang ke rumahnya agar tidak terlihat orang banyak, karena bagi masyarakat sekitar Nur adalah sosok wanita muslimah yang amat dihormati dan dihargai, bahkan dianggap sebagai salah satu tokoh muslim yang terkenal darmawan dan ringan tangan dalam membantu setiap kesusahan kaum muslimin.
Wan rupanya tidak pulang juga ke rumah malam itu, mereka memang sudah berjanji untuk tidak membawa perempuan lain atau laki-laki lain ke rumah mereka, biarlah ini menjadi rumah kenangan mereka berdua dengan Vanesia.
Win pun mulai merancang jabaran strategi global yang telah disepakati tadi malam menjadi aksi-aksi dengan jadwal yang sudah tersusun serta actor-aktor yang bisa direkrutnya untuk memulai membangkitkan konflik antara Keluarga Langit dengan keluarganya dengan tujuan dapat menghancurkan keluarganya kelak dan ia bisa mengendalikan keluarga besarnya untuk kepentingan organisasi iblis yang bernama Illuminati.
Kemudian ia memeriksanya sekali lagi, setelah ia yakin lantas ia menelpon anggota timnya dan actor-aktor pilihannya yang akan membantunya nanti. Ia merencanakan untuk melakukan pertemuan awal sebagai upaya untuk dapat menyamakan persepsi sekaligus mendengarkan masukan-masukan untuk kemudian melakukan pembagian tugas dalam memulai aksi gila mereka itu.
Akhirnya ia membagi timnya itu menjadi beberapa kelompok dengan aksi yang bertahap. Ia membagi menjadi 4 bagian. Bagian Propaganda yang bertugas melakukan aksi propaganda, pengangkatan isu-isu dan wacana-wacana, terdiri dari kelompok media, kelompok masyarakat umum, kelompok pemuda dan mahasiswa, kelompok wanita, dan kelompok elit. Kemudian Bagian Perekrutan yang bertugas untuk dapat melihat actor-aktor baru yang bisa direkrut untuk menjadi bagian dari tim pada 2 keluarga untuk lebih mengkutubkan perseteruan sekaligus menjadi pemimpin ketika cheos sudah selesai. Lantas Bagian Umum yang bertugas untuk dapat membackup baik dari sisi administrasi maupun keuangan dan lain-lain. Terakhir, Sekretariat Khusus yang bertugas untuk dapat membantu koordinasi antara Win dengan anggota timnya atau hal-hal yang bersifat khusus dan rahasia.
Perencanaan untuk tahapan pertama adalah tahapan sosialisasi yang kiranya dilakukan oleh Bagian Propaganda, ini dilakukan selama 1 tahun secara umum jika memungkinkan atau diam-diam secara bawah tanah, tahapan ini juga memungkinkan untuk melihat-lihat actor-aktor baru yang akan direkrut bagi peradaban baru mereka, yang tentunya harus mengetahui betul kemampuan dan loyalitas mereka. Tahapan kedua adalah tahapan perekrutan juga dalam waktu 1 tahun, dalam perekrutan aktornya harus diberikan ujian-ujian yang kiranya akan mampu untuk dapat mengetahui loyalitas dari actor tersebut, sekaligus memulai propaganda untuk melakukan perang fisik kecil-kecilan sebagai api-api kecil yang kemudian akan dibumbui dengan dendam-dendam lama konflik. Tahap ketiga, pemberian senjata kepada masing-masng actor yang sudah loyal untuk diberikan kepada tiap-tiap anggotanya untuk menciptakan cheos, namun Win berpesan kepada timnya aga cheos ini dapat dikendalikan sesuai dengan keuntungan mereka.
Namun dalam catatan rahasia Win yang tidak diberikan kepada tim adalah bahwa pada tahun ke 2 sudah harus ada cheos dari keluarga Cahaya sebelum adanya cheos total. Win merancang agar dari cheos ini akan timbul pemimpin-pemimpin baru dari keluarganya yang nantinya akan mudah mengikutinya untuk mendirikan peradaban baru menurut versi gilanya itu. Setelah itu ia mengkoordinasikan dengan timnya dan juga mensosialisasikan system mereka dalam mengevaluasi, dalam berbagai cara baik menggunakan media maupun sesekali pertemuan langsung.
Kemudian ia menuju ke rumah sakit tempat Nur bekerja untuk melaporkan apa yang sudah dikerjakan dan rancangan kegiatannya serta dokumen-dokumennya. Nur ketika mendengar laporan dari Win amat senang dengan ceritanya, ia bergumam “He he pionku sudah mulai bekerja, bagus Win, kami sebenarnya bisa tapi kami tahu kami butuh actor lokal, kamu memang pilihan yang tepat,”
Waktu berlalu dan terus berlalu.
Tahun pertama rencana yang dilakukan Win dikeluarganya mendapatkan penentangan dari belahan merah dan belahan hijau dengan amat berat sesuai dengan perkiraannya. Memang ia tahu betul bahwa inilah permasalahan utamanya, belahan merah sudah tidak mau lagi hidup susah karena peperangan dengan Keluarga Langit dan mereka juga sudah melakukan kerjasama yang sudah menguntungkan, sedangkan belahan Hijau menganggap perang ini adalah perang yang sia-sia, utamanya menurut belahan itu keluarga Langit adalah saudara seiman bahkan mereka sudah melakukan berbagai kerjasama untuk dapat memajukan Agama mereka itu.
Sedangkan belahan Pedang sudah dapat dikuasainya, karena mereka hanya bisa berperang, terlebih lagi mereka sedang ada masalah dengan belahan Merah yang biasanya membantu perekonomian mereka, begitu juga dengan belahan Naga yang memang sekarang sepertinya sudah dilangkahi wewenangnya oleh belahan Merah dan Hijau atas provokasinya. Untuk belahan Putih ia menggunakan kebesaran namanya yang kiranya dapat meredam mereka semua untuk dapat mengikutinya, namun masalahnya adalah Umar, yang terus melakukan perlawanan dengannya, bahkan ia terus mencari dukungan dari belahan-belahan lain di keluarganya.
Bahkan si Umar inilah yang sepertinya menjadi lawan dari Win dalam setiap aksinya. Otak si Win berpikir keras apa yang harus dilakukan untuk ini.

Bagian ke empat
Sebagai langkah awal Win mencoba untuk mengetahui tentang Umar terlebih dahulu, yang nama lengkapnya adalah Umar Putih, nama Putih merupakan nama belakang dari keluarga besarnya. Sebenarnya Win juga ada gelar Putihnya dibelakang namanya, namun ia enggan menggunakannya karena ia merasa tidak leluasa bergerak bebas dengan nama keluarganya tersebut. Ketika ia melihat berkas Umar Putih dari database yang ada pada organisasi Illuminati yang amat lengkap dan selalu update tersebut.
Sekilas ia teringat ketika pertama kali masuk dalam organisasi ini, ia diterangkan tentang lambang dari organisasi Illuminate, sebuah mata yang seolah-olah melihat semuanya, inilah yang menjadi sebuah tujuan dari organisasi ini bagaimana mereka dapat menguasai informasi untuk kepentingannya. Dan inilah yang tertera pada tattoo dari Nur teman tidurnya itu.
Ketika ia menemukan dokumen tentang Umar ia terpesona dengan track record dari Umar, saat ini ternyata ia sudah mempunyai 2 orang anak dan berhasil mengambil gelar Doktor di Universitas terkenal di Mesir. ternyata di Mesir ia mengikuti banyak organisasi yang salah satunya adalah Ikhwanul Muslim, yang menurut Illuminati merupakan salah satu organisasi yang harus dimusnahkan.
Karena organisasi inilah yang pertama kali membuat permasalahan Palestina menjadi permasalahan dunia internasional dan menggalang dukungan bagi Negara-negara Arab. Bukan itu saja menurut organisasinya Ikhwanul Muslim ini merupakan salah satu organisasi berbahaya yang amat pintar menggalang masa dan mampu menarik simpati nasional dari mereka yang mengikutinya serta orang-orangnya juga mempunyai dedikasi yang kuat baik pekerjaan dan komitmen mereka terhadap organisasi. Bagi Illuminati gerakan organisasi ini lawan utama, karena mereka menggunakan pola yang hampir sama dengan gerakan mereka. Bedanya adalah Ikhwanul Muslim berusaha menggunakan nilai-nilai Ilahi untuk mencapat tujuannya sedangkan Illuminati sebaliknya.
Organisasi ini lah yang sesungguhnya menjadi perusak setiap rencana bagi Illuminati untuk membangun peradaban baru yang lebih rasional dan tidak dibodoh-bodohi oleh pemikiran sempit dari agama-agama. Yang membuat orang menjadi begitu menurut dengan pimpinannya tanpa ada kebebasan, tidak seperti mereka yang bebas itu.
Umar di Mesir menjadi Guru Teladan disana dengan nilai yang amat baik, bahkan ia menikahi anak dari salah satu Guru Besarnya yang kini sudah dibawanya bersamanya. Namun yang membuat ia bingung adalah ternyata nama Umar juga sebagai anggota kehormatan dalam Illuminati. Ketika ia mencoba akses ke situ ia tidak bisa memasukinya. Win tidak mengerti, dengan serta merta ia menelpon Nur.
“Halo Nur, ini aku Win, aku mau bertanya kepadamu,” ujarnya.
“Ya Win ada apa ?” tanya Nur terbangun dari tidurnya.
“Nur, ketika aku membuka arsip di Illuminati aku menemukan bahwa saudaraku Umar juga mengikuti organisasi kita bahkan ia menjadi anggota kehormatan. Tolong beritahu aku yang sebenarnya,” ujar Win dengan sedikit agak kesal.
“Sebentar ya Win, telpon rumahku berbunyi aku akan menjawabnya sebentar,” ujarnya. Mendengar hal tersebut Nur agak kaget bahwa Win bisa akses kepada informasi yang sebenarnya belum waktunya ia bisa mengetahui. Sesaat ia menelpon kepada stafnya yang bertugas untuk menjaga akses dari orang-orang yang bisa memasukinya, sebentar ia berbicara kemudian menutup telpon rumahnya. Kemudian cepat-cepat ia mengangkat telpon Win kembali.
“Win sayang, bagaimana kau bisa masuk ke akses arsip itu, apakah kau menggunakan namaku ya,” tanyanya manja dan tegas.
“Mmmh, iya, maaf aku tidak memberitahumu terlebih dahulu karena kepalaku sudah muak dengan makhluk yang namanya Umar,” jawab Win dengan sedikit perasaan bersalah dan kesal. Memang Win itu adalah manusia yang unik, kalau ia berbuat salah kemudian dikerasi maka ia akan menjadi lebih keras lagi, tapi kalau dilembuti ia akan sedikit melunak. Rupanya Nur sudah mengerti betul karakter dari Win. Sebuah karakter yang didapatkan dari anak-anak korban konflik yang kini sudah dewasa. Nur tahu betul bahwa anak-anak pada masa konflik mempunyai sedikit kelainan pada pertumbuhan otaknya, pada limbiknya. Dalam otak terdapat sebuah batang otak yang bernama korteks, ketika seseorang itu ketika kecilnya selalu dalam tekanan dan kekerasan maka korteksnya akan membesar dan ini mempengaruhi emosinya pada masa yang akan kehidupannya mendatang. Manusia ini sifatnya lebih kepada reaksi, ketika seseorang menghinanya maka reaksinya yang lebih awal terlihat bukan dengan pemikiran terlebih dahulu. “He he memang konflik adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan derajat orang tersebut, mereka akan lebih mudah di cocok hidungnya seperti kerbau, karena pikiran mereka sudah menjadi pendek, sungguh cara ini adalah cara yang paling efektif untuk dapat membuat orang semakin bodoh dan bergantung kepada kita..ha ha,” tawa Nur dalam hati.
“Lain kali jangan seperti itu ya Win. Begini Win, tadi aku ditelpon stafku dari kantor Illuminati, kamu tidak salah Win memang ada yang namanya Umar Putih, tapi itu bukan saudaramu, dia orang arab yang kini sedang ada tugas khusus di sini. Dia adalah salah satu actor senior kita yang mengetahui betul tentang permasalahan Timur Tengah, orang itulah yang membantu kita hingga kini bisa membuat Timur Tengah menjadi terpecah-pecah seperti sekarang, hanya kebetulan saja sama” jawabnya. Namun dalam hati Nur berkata dengan geram “ Dasar kurang ajar, bukan wewenangmu masuk ke situ, kalaupun aku kasih tahu bahwa Ia saudaramu tentunya kamu akan bingung dan tidak akan seserius ini bekerja. Lagian kamu tidak harus tahu semua strategiku, dengan menjadikan Umar sebagai lawanmu maka aku dapat mengetahui siapa-siapa yang kiranya melakukan perlawanan terhadap tujuan kita, dan kita dapat mengantisipasinya. Kalaupun aku kasih tau kau, maka cuma emosi di wajahmu dan dendam di otakmu, rasanya sulit aku membicarakan itu denganmu,”.
Terlihat memang kekaliberan dari Nur dalam memimpin organisasi ini, ia mampu untuk memanaj anak-anak buahnya dan tidak terbawa perasaan terlalu dalam. Dibalik kecantikkan, kesantunan dan kelembutannya memang tersimpan hati batu dan pemikiran iblis. Sungguh organisasi Illuminati memang telah menempa anggotanya menjadi manusia-manusia yang menuhankan akal sehingga tanpa perasaan dan juga tidak mempunyai aturan untuk menggapai tujuannya, mereka menghalalkan segala cara. Bayangkan saja bila ada seorang manusia sempurna secara fisik dan jenius yang tidak berperasaan dan menghalalkan segala cara menggunakan kejeniusannya untuk mencapai tujuannya, gold dan glory untuk membangun peradaban baru versi mereka, sungguh mengerikan.
Dan yang membuat organisasi ini semakin membahayakan adalah kemampuannya dalam melakukan perekrutan actor-aktor lokal, meyakinkan mereka, menghancurkan sifat moralitas mereka, secara sistematis membuat ketergantungan terhadap mereka dan memenuhi semua kebutuhan mereka sehingga ketika seseorang itu masuk ke dalamnya maka ia akan teramat kesulitan untuk keluar lagi, seperti sudah memasuki lingkaran setan. Yang lebih unik lagi mereka tidak pernah memusuhi pihak-pihak Polisi, mereka bahkan merekrut banyak dari mereka untuk kepentingannya. Bagi mereka menguasai media dan pihak-pihak militer atau keamanan merupakan salah satu agenda utama mereka. Kemudian Pemikiran gila mereka lagi adalah ‘No Drugs for us But Yes for others’, mereka punya tidak mau hancur karena narkotika tapi mereka membiarkan hancur orang lain dengan narkotika, edan.
Jadi ketika kita bertemu pimpinan dari kelompok mereka jangan bayangkan dengan wajah-wajah yang kejam, lusuh, kotor dan seperti pembunuh akan tetapi mereka terlihat intelek, santun, necis, agamis, penuh dedikasi dan terlihat bersih dari segala kekotoran dunia. Mereka seringkali ikut dalam organisasi social masyarakat untuk membantunya dan menikmati pertunjukkan seni dan budaya bahkan menjadi members tetapnya. Mereka mampu mengesampingkan sisi lain dari keliaran mereka pada tempatnya. Mmmhhh.
Keesokkan harinya Nur menelpon stafnya meminta aga stafnya menelpon Umar untuk mengadakan pertemuan di Perpustakaan Al Huda, sebuah tempat favorite mereka dalam melakukan pertemuan. Yang menarik dalam organisasi ini adalah ketika mereka melakukan pertemuan dengan yang hampir selevel maka mereka melakukannya pada tempat-tempat yang terkesan jauh dari kotornya dunia. Selain itu Nur juga tahu bahwa ia amat berkepentingan dengan pemikiran dari Umar yang lebih matang dan rasional dari Win.
Siang harinya Nur ijin kepada atasannya di rumah sakit untuk kemudian melakukan pertemuan dengan Umar. Sesampai di sana terlihat Umar sudah sampai terlebih dahulu dan sedang membaca buku.
“Halo, gimana kabar Sob, lama ga jumpa ?” sapa Nur sambil tersenyum.
“Hai, kabar baik Nur, semua baik-baik aja kok. Kamu sendiri gimana ?” tanya Umar.
“Baiklah, aku kan tidak terikat siapa-siapa, jadi hidupku ya suka-suka aku lah,” jawab Nur.
“Ha ha ha,” kedua-duanya tertawa lepas.
“Ada apa Nur, tumben-tumbenan kamu mengajak aku bertemu, biasanya kalau tidak begitu penting kau tidak mau bertemu. Dan lagi jadwal kita masih on time kan, tidak ada masalah,” ujar Umar.
“Begini Umar, kemarin Win telpon aku, dia bisa akses ke database tentang keorganisasian kita dan dia menggunakan namaku untuk akses, sungguh kurang ajar anak itu. Dia menemukan bahwa namamu ada pada Anggota Kehormatan, walau aku sudah klarifikasi bahwa itu Umar yang lain, aku hanya takut bahwa dia nanti akan memaksa kamu,” jawab Nur.
“He he, tenanglah Nur, tahu aku lah, tidak mudah terpancing,” jawab Umar.
“Hmm ia kau tidak terpancing tapi kau juga pion bagi kami, kau hanya gila harta dan kekuasaan tapi kau tidak seberani Win di lapangan. Kami berhasil meyakinkan kamu karena kami berhasil membantu kamu menyelesaikan kuliah sampai dapat gelar Doktor di Mesir, mengangkat derajat kamu dengan memasukkan kamu untuk mengajar pada Universitas paling ternama di kota ini dan kota-kota lain juga ke dalam member kelas elit,” gumam Nur dalam hati.
“Iya Umar, oh ya gimana hasil dari kerja kamu, laporannya donk.” tukas Nur.
“Hmm. Banyak yang tidak suka dengan cara-cara Win, ia terlalu mudah terpancing emosi dan dendam, kata-katanya kadang keluar dari control. Menurut saya ini berbahaya bagi tujuan kita. Tapi walau begitu ia berhasil mengambil hati belahan pedang dan naga, sedangkan belahan kami sendiri hanya seperempat saja,” jawab Umar. “Iya lah, kerjanya hanya menghina Tuhan terang-terangan, bodoh”, kata Umar dalam hati.
“Tapi gimana dengan dari orang-orang yang sekarang mendukung kamu melawan Win, kamu kan bisa cerita sedikit lah kepada ku, biar aku pandai mengambil langkah,” kata Nur. “Percuma kau kami kualihin atau sekalian saja kau kami bunuh,” gumam Nur.
“Inilah yang menjadi masalah ternyata mereka lebih banyak dari yang mendukung Win, kelihatan betul bahwa mereka sudah cape dengan perang ini, malah yang generasi kedua dari aku, mereka lebih aktif dan militant. Tapi yang menarik adalah kebencian mereka kepada kelompoknya si Win semakin meningkat, mereka tidak lagi memikirkan perang mereka, tapi bagaimana menghancurkan si Win. Aku terkadang harus mengerem mereka dengan berbagai cara. Ini sekarang masalah ku Nur,” jawab Umar.
“Lantas apa yang akan kamu lakukan,” tanya Nur. “Ha ha ini adalah pertanda baik bagi organisasi kami, sekali dayung 2, 3 pulau terlampui. Kami akan menghajar kalian semua dari atas dan bawah nantinya, Kami akan mengorbankan kau dan Win dalam sebuah konflik pribadi. Setelah itu kami akan mencari jalan untuk membuat konflik pribadi ini membesar dan terjadilah perang yang kami inginkan,” pikir Nur.
“Sekarang ini aku sedang mencoba masuk secara perlahan untuk bisa meyakinkan mereka untuk berjalan seperti yang sekarang ini, kedamaian, kebencian mereka kepada Win kijadikan sebagai salah satu propaganda aku, tapi tetap aku kontrol. Dan yang terpenting adalah tugasku adalah mengetahui perkembangan dari mereka yang tidak menginginkan adanya peperangan, bukankah begitu Nur. Nanti diakhir pertemuan ini akan aku berikan laporannya, mapping dan keadaan saat ini, per orang dan per sikon” jawab Umar.
Umar walau pintar namun ia merupakan orang yang menyimpan segala ambisinya sehingga ia terkesan menurut dengan apa yang ditugaskannya, yang penting kesejahterannya terpenuhi dan selama itu menguntungkannya, lain halnya dengan Win, ia cerdas tapi sering kali meletup-letup dan kadang tidak terkontrol karena sifatnya reaksioner. Memikirkan hal tersebut Nur hanya tertawa terpingkal-pingkal dalam hatinya karena ia merasa belum mendapat lawan yang cocok semuanya masih bisa diatasi sesuai dengan rencananya.
“Gini Umar, kamu harus bisa membangun loyalitas mereka kepada kamu. Ini tugas kamu tambahan, semua kebutuhan kamu untuk itu akan aku usahakan, dan aku juga sedang berpikir kalau kamulah nantinya yang aku perjuangkan untuk dapat memimpin Keluarga Cahaya setelah selesai masa konflik ini,” ucap Nur tiba-tiba.
Mendengar ucapan Nur, Umar agak terkaget-kaget karena ini tentunya amat menguntungkannya, bukan itu saja karena ini semua merupakan ambisinya yang selalu ia pendam-pendam. Ia sebenarnya selama ini sudah bosan diperintah oleh wanita ini, yang menurutnya membuatnya menjadi gila. Ia sudah berencana untuk dapat keluar dari organisasi gila itu, yang sudah memberikannya banyak hal tersebut. Tadinya ia mencoba untuk memanfaatkan Win sahabatnya, ternyata ia juga sudah masuk dalam lingkaran setan seperti dirinya itu, dan sekarang menjadi musuhnya juga.
“Ah, aku tidak berminat, tapi aku pikirkan terlebih dahulu ya Nur,” jawab Umar sedikit sungkan. Ia berusaha meredam gejolak dirinya, berusaha menahan kegembiraannya dengan ambisinya.
“Sudah lah, tidak usah dipikir panjang kali ini seperti yang sudah-sudah, aku tahu kamu mau kan,” tukas Nur dengan sedikit merayu. “Ayolah, maulah kau betul-betul jadi pion kami, selama ini kau selalu pintar mengelak, kali ini kami tawarkan kekuasaan yang besar kepadamu. Karena kali ini sekali kau masuk maka aku hanya dapat katakan selamat datang di level ke dua” ujar Nur dalam hatinya.
Nur melihat Umar bisa berpotensi untuk ke level selanjutnya. Seorang Umar adalah seorang yang amat rasionalis dan ambisius, inilah yang terpenting. Ia juga tidak gila wanita dan lain sebagainya, ia cerdas. Orang-orang seperti inilah yang bisa jadi pimpinan di organisasi Illimunati penuh ambisi. Tinggal mengarahkan bagaimana caranya mengeluarkan seluruh ambisi gilanya dan mendoktrinnya hingga rasionalitasnya bisa mengalahkan Tuhan.
“Baiklah, saya akan mencoba membuat planningnya untuk kemudian dibicarakan dengan kamu,”ujar Umar dengan datar, walau matanya terlihat berbinar-binar menahan gembiranya dan tangannya bergetar ingin menunjukkan kegembiraannya.
Melihat hal tersebut Nur hanya tertawa dan berkata dalam hati “ Semua sesuai dengan rencana dan SELAMAT DATANG DI LEVEL KE 2.”

Bersambung…

bersambung..

Tidak ada komentar: