07 Februari 2009

Layakkah Rakyat Aceh Kembali Konflik ? (tulisan pertama)

Kebetulan hari ini adalah hari Sabtu, sehingga saya mempunyai pemikiran untuk memberikan sedikit pencerahan kembali kepada saudaraku orang Aceh yang saya cintai. Dihadapan saya terdapat 5 buah buku dan banyak lagi yang kiranya telah memberikan saya sebuah inspirasi untuk dapat menulis, dan keinginan saya ini tidak lebih sebuah keinginan untuk dapat memberikan pemikiran-pemikiran baru.
Saya itu memang hobinya membeli buku tapi terkadang belum bisa membaca semuanya, saya sudah hampir membeli 1000 buku, tapi saya tahu mungkin teman-teman saya sudah lebih banyak yang mempunyai koleksi perpustakaan dibandingkan saya. Karena kita ada makhluk yang berakal tentunya tidak mau terus taklid buta atau ikut-ikutan yang terlabih lagi kepada berdasarkan sebuah dendam dan kebencian yang tidak jelas kepada sebuah golongan terlebih lagi itu kepada saudara kita seiman.
Saya teringat dulu bahwa saya pernah mengikuti sebuah Gerakan Islam yang tidak usah saya sebutkan namanya, bahkan saya sempat menjadi pimpinan diantara mereka, waktu itu saya baru SMA, perspektif saya terhadap seorang manusia waktu itu amat berbeda, saya menganggap bahwa diri saya lebih baik, lebih terhormat dari yang lainnya.
Uniknya hanya dengan mengikuti pergerakan itu selama 1 tahun pola pikir saya berubah dengan cepatnya, sepertinya tercuci otak saya, saya sudah bisa mengatakan bahwa orang itu kafir kalau tidak ikut dengan saya, seperti halnya GAM mengatakan bahwa ia merupakan manusia yang lebih tinggi dari Jawa karena mereka tidak pernah dijajah, ironis bukan.
Yang menarik Ine atau mama dalam bahasa Indon selalu menjadi seteru saya di rumah, dan ceritanya menjadi teramat panjang, ia selalu menjadi lawan saya dalam berbagai pemikiran dan perbuatan, dan ada satu hal yang selalu terngiang di benak saya waktu itu sampai sekarang terus tertanam adalah kurang lebih seperti ini dalam bahasa Gayo “Kosasih, enti mere I cekoki jema pemikirenmu lagu ini, ko enti e we kene jema, baca buku, perah pemikiren len keti nguk ko perbandingen urum pemikiren jema oya” atau dalam bahasa Indonnya “Kosasih, kamu jangan mau di cekoki, kamu jangan hanya menuruti saja, tapi baca buku, baca buku, kamu harus punya pemikiran lain untuk apa yang masuk ke dalam pemikiranmu”.
Namun atas sarannya itu waktu itu saya melepas kembali semua pemikiran saya tentang Islam, saya bukan Islam dan saya mencoba mencari tahu kenapa saya memilih Islam. Dan akhirnya saya menemukan bahwa Islam memanglah agama yang terbaik dan rasional. Sebuah agama yang damai dan santun serta tegas, saya semakin cinta agama saya namun sekarang saya sudah lebih menghormati perbedaan.
Semenjak itu tertanam dalam pemikiran saya, ini merubah saya menjadi orang bebas, pikiran saya pergi kesana dan kemari, saya mulai menyukai filsafat, saya mulai membaca ideology-ideologi yang ada di dunia ini, say abaca buku Karl Mark bahkan saya baca pemikiran Al Qoida, bahkan Injil, Taurat dan Talmud saya cari dan saya baca serta masih banyak yang lainnya.
Nah, 5 buku dihadapan saya sekarang adalah “The History of Java karya Thomas Stamford Raffles”, “Kerajaan Aceh karya Dennys Lombard”, “36 Strategi Cina Klasik karaya Wee Chow Hou”, “Novel berjudul Dunia Sophie karya Josten Gaarder” dan terakhir “Ayat-ayat Hitam Talmud, Surga Jiwa Yang Abadi karya Prof. Dr. Muhammad Asy Syarqowi”. Kelima buku inilah saya banyak mendapatkan inspirasi utnuk bisa berdisukusi dengan teman-teman yang saya hormati di Aceh.
Masalah pluralism dari perspektif agama silahkan melihat pada blog saya www.cossalabuaceh.blogspot.com dengan Label Aceh yang berjudul Nasionalisme Aceh Dipertanyakan, yang inti dari tulisan ini adalah bahwa Islam itu tidak pernah mempermasalahkan seseorang itu dari suku mana atau bangsa mana yang dilihat hanyalah ketaqwaan mereka, bahkan dalam tulisan ini saya juga mencoba mengangkat bahwa sesungguhnya upaya Zionis untuk menghancurkan Khilafah Islam yang dahulu Berjaya adalah dengan semangat ashobiyah ini. Dan sampai sekarang masih terlihat bagaimana ketika Gaza diserang maka Negara-negara Arab masih tetap tidak bisa bersatu. Ini pulalah yang menyebabkan yang namanya Zionis gerah dengan Ikhwanul Muslim yang bergerak berdasarkan lintas Negara budaya, saya mencoba menggambarkannya pada cerpen saya yang berjudul “Gamang Membawa Arti ?” atau pemikiran yang unik tentang itu pada cerpen yang berjudul “Ketika Egoisme Menjadi Tuhan”, silahkan lihat kembali pada blog saya. Sedikit saya menyentil pemikiran tentang bodohnya kesukuisme yang terlalu tinggi adalah juga pada cerpen saya yang berjudul “Anekdot Ketika Tuhan Menciptakan Manusia dari Jawa, Gayo dan Aceh”.
Baiklah, sekarang saya akan mencoba mengangkat tentang kenapa kita tidak perlu membenci Jawa atas nama budaya dan atas nama keimanan sebagai sesama muslim. Sebelum saya lanjutkan saya hanya ingin mengungkapkan agar kita jangan menjadi orang yang paranoid, ketika kita membenci Jawa akan tetapi ternyata banyak orang-orang Aceh yang hidup dan belajar di Jawa, berapa banyak saudara kita yang menikahi orang Jawa.

Budaya Blankon Jawa
Pemikiran Jawa yang selama ini selalu didengung-dengungkan adalah mengatakan bahwa Jawa dengan budaya blankonnya. Dari buku History Of Java dapat diketahui bahwa Jawa merupakan sebuah suku yang paling tua dibandingkan Aceh dan Gayo, sehingga kalau dikatakan bahwa pada tahun berabad-abad yang lau orang Jawa juga berkata “Saya tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun”, saya yakin itu. Hingga datangnya bangsa Eropa yang kemudian ingin menguasai Jawa dengan segala kemampuannya.
Kemudian untuk asal mula bangsa Jawa disebutkan bahwa mereka berasal dari tartar, namun mereka tidak mirip dengan bangsa China atau Jepang lebih mendekati kepada bangsa Birma (HoJ, hal 32). Dalam buku ini kemudian dijelaskan bagaimana adat istiadat mereka, bagaimana kerajaan mereka, dan perkembangan kehidupan mereka. Ketika kita berbicara dengan jumlah mereka yang sebanyak sekarang sudah jelas memberikan penjelasan bahwa mereka memang lebih dahulu dari pada bangsa Aceh dan bangsa Gayo saat ini.
Tingkah laku mereka adalah sangat sopan dan sederhana, bahkan cenderung tunduk. Mereka mempunyai rasa kesopanan dan tidak pernah bertindak atau berkata kasar. Meski mereka terasing namun mereka sabar, tenang dan cenderung tidak suka mengusik-ngusik urusan orang lain. Mereka berjalan dengan lambat dan tidak tergesa-gesa, namun dapat menjadi tangkas ketika diperlukan (HoJ, 35). Namun demikian tidak seperti Aceh mereka mempunyai tulisan sendiri dan sejarah yang panjang. Bahkan yang menarik dikatakan dari cerita mereka mengatakan bahwa
Hal inilah yang mungkin menyebabkan mereka dapat dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, karena sifat mereka yang merupakan sebuah sifat seorang petani, mereka yang tidak pernah terjadi konflik yang berkepanjangan sesungguhnya juga dengan sifat feodalisme yang sudah berakar kepada mereka. Ketika penjajah datang mereka akan menerimanya dengan suka cita karena mereka tidak pernah mengalami konflik dengan pihak luar, persepsi mereka pihak luar itu baik. Dan ketika mereka sadar semuanya sudah terlambat penjajah tersebut sudah mempersiapkan berbagai macam cara untuk menguasai mereka sesuai dengan tradisi mereka seperti dengan adu domba antar kerajaan dan memanfaatkan sifat ketaatan dari mereka kepada raja mereka. Bukan kepada penjajah mereka taat sebenarnya pada waktu itu tetapi kepada raja mereka, hingga akhirnya penjajah tersebut mempermainkan diantara mereka dengan materi sehingga mereka kembali terpecah belah.
Kembali kepada kata “Saya tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun”, dari sebuah logika kita yang runtut menurut saya bangsa yang lebih tua itu tentunya sudah mengalami berbagai macam tragedy kehidupan bahkan telah mencapai sebuah peradaban terlebih dahulu dibandingkan dengan bangsa lainnya, ntah itu Aceh da Gayo. Kenapa bisa dikatakan seperti ini, karena perlu diingat bahwa factor pendukung yang paling penting dalam peradaban adalah jumlah penduduk. Ketika penduduk kita masih sedikit maka peradaban kita belum bisa mencapai seperti apa yang dikatakan dengan puncak peradaban, setiap orang yang mengerti tentang sejarah Mesir dan China pasti mengetahuinya dengan pasti. 2 peradaban yang dikatakan tertua dan mempunyai kebudayaan sendiri dengan segala kemunduran dan kemajuaannya kelak.
Demikian sekilas tentang karakteristik orang Jawa. Kembali kepada budaya blankon yang sering dihinakan kepada orang Jawa menurut saya ini merupakan bentuk perlawanan dari orang Jawa kepada penjajahan yang ada pada diri mereka, ketika mereka yang menggunakan karakter yang dikatakan santun, tidak mau mengganggu orang lantas 350 tahun di jajah sudah barang tentu mereka tetap menyimpan dendam di hati mereka. Ketika mereka tidak sanggup untuk melawan mereka hanya bisa mendongkol dan mempersiapka perlawanan dengan menyusun rencana dan strategi yang kiranya bisa diperjuangkan untuk tujuan mereka.
Tentunya ini berbeda dengan Aceh, yang ternyata melupakan karakteristik asli orang Aceh dengan keislamannya sehingga ketika mereka pertama kali ingin menjajah Aceh bukannya ramah tamah yang mereka terima seperti di Jawa tapi langsung ajakan masuk Islam atau mengikuti peraturan mereka dalam berdagang atau berperang jika tidak setuju. Sehingga akhirnya Belanda merubah praktiknya dalam menjajah Aceh dengan terlebih dahulu mengirimkan Snouck Hongronge untuk mendalami adat istiadat dari orang Aceh dan bagaimana dapat mengadudombanya sehingga kemudian didapatkan bahwa Aceh dapat dikalahkan dengan cara menghilangkan Islam kemudian memberikan mereka harta atau gila harta dalam sebutan mereka.
Menurut saya budaya blankon itu adalah budaya yang cerdas, budaya blankon itu sering kali digunakan untuk strategi perang, ketika kita lemah adalah hal bunuh diri untuk kemudia kita berperang, hal yang terbaik adalah meyerah atau pura-pura menyerah. Bahkan budaya tersebut masih digunakan oleh Pahlawan Besar Aceh yaitu Yang Terhormat Bapak Teuku Umar, yang masih dianggap sebagai Pahlawan Nasional.
Nah, strategi blankon ini menurut saya merupaka kecerdasan seseorang melihat dirinya untuk memenangkan sebuah peperangan dengan harapan dapat mempersiapkan terlebih dahulu diri untuk tujuan mereka atau meminimalisir korban dari pihak mereka yang lemah tersebut. Bahkan menurut saya MoU Helsinky juga sebenarnya merupakan sebuah strategi blankon, jika memang diarahkan untuk mencapai kemerdekaan Aceh.
Dalam sebuah strategi klasik China ada sebuah strategi yang mengatakan “Berpura-pura menjadi Gila tetap Pintar”, ada yang menarik dari strategi yang menarik dimana seseorang menjadi lemah atau gila untuk kemudian melancarkan sebuah serangan yang tidak bisa diprediksi sehingga mereka akan menjadi gila karenanya. Nah orang Aceh atau sebut saja GAM memang sudah saatnya masuk ke dalam strategi ini, ketika mereka sekarang berpura-pura tidak mampu bila mampu, berpura-pura tidak aktif bila ternyata aktif, berpura-pura masih jauh bila ternyata sudah dekat tapi bila jauh maka bertinda seolah sudah dekat. Saya ingin sekali mengupas taktik ini atau menurut beberapa orang dengan sebutan blankon Jawa ini, tapi nanti dilain kesempatan, sekarang saya hanya ingin membuka wawasan teman-teman mailing list.
Tapi ingat tentunya lawan anda sudah punya aksi sepertinya yaitu Strategi Penyerangan seperti “Memukul rumput untuk mengagetkan ular”, “Meminjam mayat untuk membangkitkan jiwa”, “Memancing harimau untuk keluar dari sarangnya”, “Membebaskan musuh untuk menangkapnya kembali”, “Melemparkan batu bata untuk mendapatkan batu giok”, “Menghancurkan gerombolan penjahat dengan menangkap pemimpinnya”. Nah sekarang ini musuh GAM bila bermain-main baru saja menggunakan strategi ini, dan mereka tinggal menunggu serangan langsung menuju ke jantung pertahanan anda semua.
Inilah bkankon jawa yang sering anda katakana ternyata sudah digunakan oleh strategi klasik China, bahkan digunakan juga oleh anda, jadi saran saya kedepan hilangkan saja sebutan itu karena akan menampar muka anda sendiri kelak.
Bagi saya peribadi silahkan anda semua bertempur, perbanyak strategi anda, tapi jangan korbankan rakyat, jangan anda bersembunyi di ketiak rakyat, jangan gunakan rakyat dengan perang bodoh anda itu kelak kalau dilanjutkan. Silahkan lihat dalam blogspot saya kembali pada www.cossalabuaceh.blogspot.com pada label Aceh dengan Judul Konsep Perang Bodoh atau pada label GAM dengan judul Skenario GAM Jilid ke 2.

Pemikiran Yang Menghancurkan Peradaban
Ketika saya membaca sebuah buku dengan judul Secret Societies, 21 Organisasi Perusak Dunia karya Michael Bradley maka saya terpesona dengan adanya organisasi ini, organisasi yang rela mengorbankan ribuan bahkan jutaan atau puluhan juta orang baik fisik maupun mental untuk kepentingan organisasinya dengan cara-cara yang sangat menyeramkan dan sangat menyakitkan serta sangat tidak adil menurut saya.
Dalam cerpen saya itu saya selalu menggunakan sebuah organisasi yang bernama Illuminati karena memang organisasi inilah yang paling merusak dunia ini. Organisasi yang didirikan oleh seorang anak Rabbi Yahudi yang dididik Katolik bernama Dr. Adam Weishaput, sebuah organisasi yang mencoba untuk berpikir membentuk sebuah peradaban baru dengan versi mereka, bahkan pemikiran mereka juga telah melahirkan sebuah ideology komunisem, tujuan mereka adalah menghapus pengaruh agama.
Organisasi ini dikatakan sudah mendapat sebuah strategi yang terbaik bagaimana untuk menghilangkanpengaruh agama, mencacah manusia dengan berbagai kelompok atau ideology, untuk kemudian saling berperang sehingga mereka merebut kekuasaan. Dikatakan dalam buku ini bahwa organisasi ini semakin berbahaya ketika Yahudi pada tahun 1781 mengijinkan Yahudi untuk begabung, bahkan kemudian mereka dikuasai oleh salah satu keluarga Yahudi terpandang Keluarga Rothchilds. Dapat dibayangkan pengaruh mereka dalam menguasai percaturan dunia, dan Aceh merupakan salah satu pion utamanya untuk membuat tidak stabil NKRI sebagai Negara berpenduduk terbesar di dunia ini, manjadikan Aceh sebagai contoh bahwa Islam bisa dijadikan sebagai pemecah belah.
Belum lagi ketika saya membaca Buku Talmud, salah satu kitab Yahudi yang saat ini diakui setelah Taurat, kitab yang merupakan hasil karya para rabbi-rabbinya. Dalam kitab ini dikatakan bahwa selain Yahudi adalah binatanh, bahkan dalam kitab ini ditunjukkan betapa jijiknya mereka sebenarnya dengan orang-orang non Yahudi.
Ternyata semua organisasi-organisasi perusak peradaban itu berpulang kepada perasaan bahwa mereka merasa paling baik, paling bermutu, merasa mempunyai kelebihan dibandingkan yang lainnya. Sebuah perasaan yang dahulu saya punya ketika saya mengikuti sebuah organisasi gerakan ekslusif islam tersebut. Yang membuat saya menjadi taklid buta, yang membuat saya menjadi tidak bisa berpikir bebas karena saya sudah menjadi merasa paling benar terlebih dahulu, tanpa mau melihat bagaimana sesungguhnya kebenaran itu didapatkan dan perbedaan keadaan dari masing-masing individu.
Yang kedua dari inti organisasi perusak peradaban itu adalah penghalalan segala cara bagaimana mereka rela mengorbankan nyawa-nyawa manusia, kebebasan berpikir manusia, penghalalan segala cara asal mereka mendapatkan tujuannya. Sehingga saya dalam beberapa tulisan berpikir bahwa memang GAM ini telah disusupi oleh Zionis bahkan CIA menurut saya, karena pola pemikiran mereka yang terlihat melupakan bahwa bangsa Jawapun beriman kepada Allah, juga konsep dengan merasa bangsa Aceh merupakan bangsa paling tinggi dibandingkan Jawa. Tidak peduli ketika Hasan Tiro harus mengorban puluhan ribu orang dalam PERANG BODOH ini. Tidak peduli dengan perang ini maka potensi konflik akan berkepanjangan utamanya anak-anak Aceh yang sekarang sesungguhnya sudah terganggu kejiwaannya, penuh dendam dan selalu merasa dalam intimidasi. Seharusnya yang dibangun sekarang adalah perasaan aman dan tentram, perasaan bagaimana menghargai setiap perbedaan di pecahkan dengan dialog bukan dengan kembali perang.
Sebenarnya saya mencoba mengangkat pemikiran-pemikiran saya ini dalam cerpen yang mungkin saya akan coba membuatnya menjadi novel yang bertemakan bagaimana bodohnya mencari permasalahan dengan perang bila ternyata dengan perdamaian bisa didapatkan. Pengorbanannya tidak layak bagi rakyat Aceh menurut saya.
Pemikiran-pemikiran inilah yang menurut saya harus dihilangkan dari Aceh, merasa jadi bangsa paling besar kemudian tidak lagi melihat humanism bahkan agama sebagai iman, Allah sendiri selalu berkata bahwa Ia tidak membedakan seseorang kecuali ketaqwaannya. Selalu saya katakan pemikiran seperti ini layaknya dihilangkan di Aceh karena ke depan bukan ini yang akan menjadi perhatian terlebih lagi di NKRI sudah ada otonomi khusus, bahkan Aceh sangat khusus, yang terpenting bagaimana membangun rakyat Aceh untuk bisa kembali memegang dunia ini, bukan kembali terjebak ke dalam konflik yang berkepanjangan. Bukan Aceh namanya kalau setengah-setengah, kalau A ya A, kalau B ya B, tidak ada setengah A dan B, kalau tidak cocok keduanya ya pergi, tapi jangan korbankan rakyat Aceh untuk konflik kembali.

Tataran Kenyataan
Saat ini rakyat Aceh membutuhkan sebuah pemimpin yang tegas, yang mampu mengambil sikap untuk mendahulukan kepentingan rakyat Aceh, bukan kepentingan GAM, kepentingan LSM, kepentingan organisasi lain kepanjangan dari zionis atau CIA yang hanya membawa Aceh ke dalam penjajahan ekonomi dan budaya, inilah tantangan Aceh ke depan.
Aceh akan dengan mudah kembali konflik, tapi jangan bayangkan kemudian PBB atau Uni Eropa akan datang membantu dengan cepat, lihat saja Gaza, atau sekarang Srilanka, tidak mudah masuk ke dalam urusan Negara orang lain. Belum lagi saat ini sepertinya citra NKRI sedang naik-naiknya di mata internasional. Kalaupun Aceh berontak maka itu akan dikatakan oknum, kalaupun dihabisi maka akan dikatakan oknum.
Bagi saya GAM Ashoibyah sekarang ini memang paling baik menggunakan strategi blankon jawa tersebut, karena keadaan anda yang lemah dan semangat rakyat sudah semakin mual dengan anda semua. Kalau pun anda mau berjuang tolong jangan korbankan rakyat Aceh kembali.
GAM sekarang membutuhkan figure-figur perjuangan baru menggantikan Hasan Tiro yang sudah uzur juga dengan teman-temannya yang semakin tua dan sudah lelah. Ini menurut saya sekarnag adalah fase yang paling mengkuatirkan di Aceh, dimana Aceh akan dijadikan sebagai ajang militansi terhadai GAM generasi ke 2. Dan korbannya kembali adalah rakyat Aceh.
ALA dan ABBAS sekarnag sepertinya juga sudah menanti ketidakamanan di Aceh, karena mereka juga sudah muak dengan GAM yang menurut mereka hanya membawa kemunduran di Aceh. Bagi golongan yang amat keras dari mereka mungkin lebih menginginkan sebuah peperangan hingga menunjukkan bagaimana GAM itu sendiri.
Malah menurut orang-orang ALA dan ABBAS mereka sekarang sedang dijajah oleh GAM, dijajah keamanan dan kenyamanan mereka, setiap sedikit ada api yang memancing mereka untuk terbakar rasanya mereka akan mudah terbakar dan mengatakan “Sudah dari dulu kami katakana kami mau bentuk prov sendiri, kami sudah bosan dengan perang, kenapa kamu larang-larang”.
Bagi NKRI, tentunya tidak masalah ada ALA dan ABBAS selama Aceh aman, inilah catatan penting mereka, selama AMAN. Kalau tidak aman maka segala peraturan yang ada tentunya akan ditrobos demi adanya NKRI yang bersatu, ini sudah final.
Strategi apapun yang kini digunakan GAM Ashobiyah maka hasilnya adalah kerugian buat mereka, anda tahu kenapa, karena kesombongan mereka. Orang yang sombong itu tentunya tidak akan melihat dengan jernih setiap aksi yang dilakukannya. Silahkan lihat kembali dalam blog saya www.cossalabuaceh.blogspot.com dengan label Aceh, judul Layakkah Rakyat Aceh kembali Konflik ?
Sekarang tugas dari Pemimpin Aceh dan Tokoh Aceh lainnya untuk bisa memberikan sebuah ketegasan tentang Aceh, lebih mementingkan orang Aceh secara keseluruhan bukan hanya kepentingan segelintir orang yang hanya membawa rakyat Aceh kembali kedalam konflik. Lebih mementingkan ukhuwah islamiyah, bukan lantas menghancurkan ukhuwah islamiyah dengan ashobiyah.
Kepada Irwandy agar segera menuntaskan ini semua. Seorang pemimpin itu harus tegas, anda telah tegas kepada ALA dan ABBAS sekarang waktunya anda tegas juga kepada GAM Ashobiyah.

SELAMAT TINGGAL GAM ASHOBIYAH, SELAMAT MEMPERTAHANKAN KEMBALI PERDAMAIAN, MARI MEMBANGUN RAKYAT ACEH.
PEMBANGUNAN ITU TIDAK SEMUANYA AKAN TERCAPAI, BUTUH PROSES, BUTUH PEMIKIRAN DAN YANG TERPENTING ADALAH BUTUH WAKTU.
BAGI ORANG GAYO KITA JUGA HARUS MEMPERSIAPKAN DIRI KITA DENGAN ALA ATAU BUKAN ALA SELAMA DALAM NKRI, DAN TIDAK TERJEBAK DALAM KONFLIK BODOH DENGAN MENGATASNAMAKAN PENJAJAHAN INDON-JAWA.
MEMBENCI ORANG JAWA BAGI GAYO ADALAH BUKAN ADAT ISTIADAT GAYO, KARENA GAYO TIDAK PERNAH MEMBENCI SUKU APAPUN.
BERIJIN.

Tidak ada komentar: