13 Februari 2009

Arogansi Parlok Menjelang Pemilu

Mencaci Maki BIla Tidak Setuju
Sudah sangat nyata ada petentangan dari Parlok yang mendukung GAM dengan beberapa pihak ternyata dijadikan sebagai cacian dan makian. Padahal dalam hati saya hanya bisa berkata "Emang siapa Lo ? Tuhan juga bukan" atau saya memandang mereka ini dengan kasihan sambil berkata dalam hati "Yah, inilah akibat konflik berkepanjangan, sungguh kasihan...".
Ada yang berbahaya disini bagi mereka sebenarnya karena perlu diwaspadai bahwa sesungguhnya nama mereka yang semakin lama semakin mendapati bahwa mereka semakin tenggelam ke dalam kehancuran, mereka semakin kerdil dengan keakuan mereka, mereka melupakan bahwa Islam tidak pernah membicarakan ashobiyah.
Terlebih lagi ternyata kekerdilan jiwa mereka ditambah dengan dendam yang membara seolah-olah mereka mempunyai semangat nasionalisme Aceh yang tinggi, padahal mereka tidak lebih dari budak nasionalisme itu sendiri. Mereka sudah melupakan korban yang harus dikorbankan demi ambisi mereka, mereka mendahulukan ambisi mereka dibandingkan dengan humanisme dan keluhuran budaya Aceh.
Nasionalisme apa yang anda bawa ? Itulah yang selalu saya pertanyakan. Negara Aceh baru hidup pada abad 13 atau 14 sampai abad 19 yang merupakan sebuah perjalanan dalam setiap kehidupan peradaban manusia. Coba saja kita pikirkan apa yang akan terjadi kalau tiba-tiba Yunani meminta kekuasaannya kembali atau ketika Mongolia meminta agar daerah jajahannya dikembalikan atau Jepang dan Belanda. Lucu bukan? Hal inilah yang menyebabkan Islam melarang adanya perjuangan secara ashobiyah walau Islam menghargai suku bangsa yang diciptakan untuk saling mengenal satu dengan yang lain, bukan malah menjadikan mereka seolah-olah lebih baik dari suku bangsa yang lain.
Hal inilah yang terjadi pada Yahudi, mereka menganggap bahwa bangsa mereka adalah yang paling tinggi derajatnya sehingga menganggap derajat bangsa lainnya rendah. Dalam sejarah Yahudi selalu di atas dan di bawah, mereka di atas ketika mereka di jalan Allah dan mereka di bawah ketika mereka mulai melawan kehendak Allah, pembasmian Yahudi di Eropa dan beberapa benua lainnya pada waktu yang lalu adalah karena watak mereka yang licik dan tidak bisa dipercaya.
Nah, semua-semua itu yang saya takutkan melekat pada bangsa Aceh, tidak semuanya tentunya, lebih kepada GAM dan antek-anteknya yang sekarang masih menginginkan kemerdekaan, yang masih menganggap Jawa itu suku yang lebih rendah daripada mereka, begitu juga Gayo secara diam-diam. Ketika orang Aceh melihat Gayo mereka seolah-olah melihat suku yang terbelakang sehingga mereka tidak sadar bahwa ternyata mereka secara pasti dan perlahan baik disadari maupun tidak disadari sedang menuju kemunduran-kemundur an bahkan ada kemungkina mereka bisa jadi akan tertumpas juga bila terus melakukan tindakan-tindakan yang ashobiyah.

Memaksakan kehendaknya secara arogan
Sebulan ini kita dapat melihat bagaimana arogansi dari Partai Lokal yang dengan seenak muyangnya menghina PKS, seperti dengan kejadian dari caleg PKS yang tertangkap di Panti Pijat atau banyak isu lain yang dikeluarkan melalui singkatan-singkatan yang tidak jelas tersebut.
Inilah yang saya katakan bahwa Partai Lokal ini baru belajar berpolitik, lihat PKS menjawab semua tudingan mereka dengan santun, inilah bakal calon partai besar yang akan menguasai Aceh kelak, insya Allah.
Padahal kalau dilihat kearoganan itu merupakan bentuk intimidasi dari mereka sendiri, sebuah bentuk yang memperlihatkan bahwa mereka tidak panjang akal, seorang manusia yang cerdas akan sebisa mungkin menghindar dari bentuk-bentuk yang memperlihatkan ketidakmampuannya melalui intimidasi ini. Kotor lagi intimidasinya.
Dapat dibayangkan apabila di Aceh tidak ada TNI atau Polisi atau Milisi tentu mereka akan semakin arogan dengan kekuasaan, seolah mereka adalah yang paling memperjuangkan rakyat Aceh padahal mereka sebenarnya sudah dianggap sampah oleh rakyat Aceh karena hanya pandai mengangkat senjata dan mengancam yang dapat dilakukan oleh setiap anak-anak yang baru besar dengan jiwa yang sedang marah. Ini harus diubah kalau Aceh mau maju nantinya ke depan.

Kenapa Parlok harus menang ?
Semua juga mengerti bahwa Partai Aceh harus menang karena ada beberapa hal mendasar yang saat ini mengancam anggota Partai Lokal, pertama, kenikmatan hidup yang selama ini sudah dinikmati akan hilang jika mereka tidak memenangkan legislatif karena mereka tidak punya kuasa apapun saat ini. Kedua, harga diri mereka sekarang sedang diujung tanduk bila mereka tidak menang legislatif baik di dunia internasional maupun di Aceh sendiri, menunjukkan kepada dunia luar bahwa memang Aceh itu ya bukan GAM, tapi manusia cerdas yang cinta perdamaian bukan menjadi pemberontak, atau kebosanan terhadap GAM selama ini. Saat ini ketika mereka memegang sebuah kekuasaan, mereka mendapatkan segalanya tapi mereka malah kehilangan simpati dari rakyat Aceh. Ketiga, memberi makan kepada anggota GAM yang sampai saat ini tidak mempunyai keterampilan hidup dan tidak bisa masuk TNI karena segala macam pernyaratan atau egoisme masing-masing. BRR sudah habis, kalaupun digunakan dana APBD untuk memberi makan mantan kombatan itu tentunya akan berujung semakin jatuhnya wibawa GAM di masyarakat Aceh. Keempat, kalaupun mereka kembali mengumandangkan perang kembali nampaknya rakyat Aceh sudah bosan dengan ini semua, mereka sudah memprediksikannya dengan baik. Bahkan perjanjian ini tentunya sudah dimanfaatkan oleh masing-masing pihak untuk saling mempelajari satu dengan yang lain dengan lebih dalam lagi.

Terus Gimana ?
Rakyat Aceh harus tetap tenang, selalu dekat dengan pihak keamanan, dalam masa panas ini akan ada isu-isu yang dinaikkan terlebih lagi pada daerah konflik, anda semua perlu bersabar dan menggunakan hati nurani anda untuk mendukung partai manapun yang anda sukai.
TNI atau Polisi relatif netral karena bagi mereka semua NKRI sudah final, sehingga peran mereka sekarang teramat besar untuk memberikan kebebasan kepada anda, sedikit ada intimidasi langsung laporkan. Ini penting sebagai peringatan bagi mereka.
Agar selalu mengingat hasil apa yang didapat dari konflik selama 30 tahun ini, hanya demi kepentingan GAM saja dengan MoU Helsinkynya, camkan ini dalam hati dengan baik-baik. Kalaupun tidak mau dikatakan perang bodoh maka dapat dikatakan sebagai perang sia-sia.
Dalam sebuah perang maka korbannya adalah rakyat biasa, mau tidak mau andalah yang menjadi korban, tanamkan dalam hati anda, kalau bisa hidup dengan damai kenapa harus perang ?
Lantas ingat juga bahwa Islamlah yang membawa Aceh berjaya bukan nasionalisme yang tinggi, kalau Aceh dahulu seperti sekarnag maka dapat dipastikan bahwa Aceh tidak akan pernah maju karena pola pemikiran mereka selalu konflik, keakuan mereka paling tinggi. Lihat dalam blog saya www.cossalabuaceh. blogspot. com pada label GAM dengan judul Konsep Perang Bodoh.
Maka pilihlah partai yang berideologi Islam, karena itulah Aceh bukan nasionalisme yang semu dan sia-sia selama ini, karena Aceh tidak akan pernah bisa disatukan dengan nasionalisme sampai kapanpun bila kita melihat banyaknya suku bangsa di Aceh yang sekarang bertambah dengan saudara kita dari Jawa. Hanya Islam dan adat istiadat yang membuat Aceh menjadi kuat sejak dulu.

Tidak ada komentar: