10 Februari 2009

Percakapan GAM dan Orang Jawa

Oknum GAM : Hai Jawa, anda harus tahu bahwa Aceh ini tidak pernah dijajah, 1 inchi pun tanah ini tidak pernah dijajah, kami punya jiwa Merdeka.

(Walau ternyata di Aceh terdapat bangunan-bangunan Belanda yang saat ini masih berdiri, walau ternyata Snouck Hougronge telah berhasil mengadudomba orang Aceh. Walau ternyata ada sosok Daud Beureuh yang memilih mengikat rakyat Aceh dengan NKRI berlandaskan persaudaraan)

Jawa : Iya Aceh, kalian memang tidak pernah dijajah, bahkan kalian malah mengaku dijajah Jawa, tapi malah mengaku-ngaku dijajah Jawa. Bodoh ya kalian...he he he.

(Bagi Jawa yang sudah berpengalaman dijajah oleh Belanda dan Jepang yang menyebabkan mereka melahirkan strategi perjuangan filosofi blankon jawa merasa lucu dengan orang Aceh. Mereka itu begitu bangga dengan sejarahnya sampai akhirnya mengorbankan semuanya, bagi mereka kemerdekaan adalah nomor 1, sehingga akhirnya harus menggunakan konsep perjuangan BODOH, Penjajah Jawa - Indon)

Oknum GAM : Loh, kami tidak bodoh, kami berjuang, dan dalam berjuang pengorbanan adalah sesuatu yang harus, bagi kami mereka semua adalah syahid, mereka yang tewas adalah pahlawan.

(Walau orang Aceh itu tidak pernah melihat dengan kepala dingin bahwa perjuangan mereka itu adalah ashobiyah, perjuangan mereka itu bukan dari golongan Muhammad, mereka juga tidak pernah menghargai kesepakatan pendahulu mereka yang telah bersumpah untuk di bawah NKRI, ukhuwah Islamiyah. Malah sebagian ulama katakan bila niat mereka salah atau mereka mati tidak dalam rangka membela diri maka dapat dipastikan mereka mati dengan masuk ke dalam neraka, atau syahid. Belum lagi ketika mereka telah membunuh sesama muslim yang juga niatannya adalah membela diri atau menyelesaikan tugas negara, bahkan niat mereka juga mungkin membela agama Allah, karena taat kepada Ulil Amri mereka. Kalau dipikir seperti itu hanya membuat bulu kuduk kita merinding karena telah membawa perang saudara sesama saudara seiman)

Jawa : Apa kalian tidak menyesal, alih-alih meningkatkan SDM malah menurunkan SDM, alih-alih mensejahterakan malah menyengsarakan, alih-alih merdeka malah semakin terjajah, alih-alih menjadi cerdas malah semakin bodoh. Terus apa kalian pikir kami orang Jawa akan membiarkan kamu merdeka, padahal kita sudah jadi satu dalam NKRI sejak dulu ?

(Jawa bagi GAM merupakan sebuah manifesto dari NKRI, sehingga orang Jawa semakin bangga mengatakan bahwa NKRI itu adalah Jawa, padahal bagi NKRI itu terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ntah itu minang, ntah itu bugis, etnis China, dan banyak lainnya)

Oknum GAM : Oh, sudah saya katakan saya tidak peduli, bagi saya merdeka adalah harga mati, maka kami rela akan berjuang hingga tetesan darah terakhir, lebih putih mata kami daripada tulang kami, dan perang adalah sudah menjadi sejarah dalam hidup kami.

( Ada yang menarik, motto mereka sama dengan salah satu provinsi yang memperjuangkan diri untuk melepaskan diri dari Aceh seperti ALA dan ABBAS, seperti halnya oknum GAM yang mengatakan merdeka bagi mereka juga harga mati)

Jawa : Wah hebat sekali ya anda, jiwa patriotisme anda sangat luar biasa, saya salut dengan anda. Bagi anda, anak anda dan rakyat Aceh layak dijadikan korban untuk perjuangan anda. Hebat sekali anda, tapi apakah seluruh rakyat Aceh mendukung perjuangan anda, atau ini hanya propaganda anda saja ?

(Orang Jawa itu mengetahui tentang ALA dan ABBAS yang sekarang tengah merunduk, juga mereka berkepentingan agar tidak terjadi konflik besar disana utamanya adu domba antara suku Jawa dan Gayo salah satu suku di Aceh, karena perbandingan jumlah akan sama, bila mereka berperang maka yang akan terjadi adalah jatuhnya korban yang hanya akan membuat semuanya menderita dan membuat oknum GAM tertawa)

Aceh : Oh iya, seluruh rakyat Aceh mendukung perjuangan kami, karena rakyat Aceh bukan pengecut, rakyat Aceh mempunyai patriotisme yang tinggi, rakyat Aceh lebih baik mati daripada dijajah. Tidak seperti anda, mental anda adalah mental blankon, mental anda itu mental enggih...enggih. ..enggih. .. Kalian itu feodal semua...

(Tapi ternyata orang Aceh itu lupa bahwa mereka juga dari sebuah kerajaan seperti juga halnya Jawa, sehingga sesungguhnya feodalisme itu tetap ada pada diri mereka. Tapi yang membuat mereka mendapatkan semua ketinggian itu adalah nilai-nilai Islam yang sudah terpatri pada rakyat Aceh, yang mengatakan bahwa semua manusia itu sama di mata Tuhan)

Jawa : Yah, kami memang mengakui bahwa selama 350 tahun kami di jajah, dan kami juga berbentuk feodal atau kerajaan. Tapi bukankah memang seperti itu perkembangan peradaban sejak dahulu. Untuk nasionalisme pun sebenarnya merupakan bagian dari perkembangan sebuah peradaban, seperti halnya perkembangan dari Kerajaan-kerajaan menjadi sebuah negara, bahkan kemudian ada kekhalifahan dalam Islam atau bagaimana Napoleon Bonaparte dan Jengis Khan melebarkan kekuasaannya, bukankah itu salah satu dari perkembangan zaman. Maksud saya apakah anda yakin bahwa anda mau kembali ke era ini yang sepertinya sekarang malah berubah kepada peperangan ideologi atau ekonomi ?

(Orang Jawa ini memang sedikit agak pintar karena ia mengetahui tentang perkembangan seorang manusia, ia melihat bahwa dulu ketika manusia besar melalui kelompok-kelompok kemudian menjadi klan, berkembang lagi menjadi kerajaan, lalu menjadi mengembangkan diri mencari daerah jajahan, sehingga timbul nasionalisme, akhirnya mereka bergabung kembali dalam tataran ideologi dan ekonomi atau regional, semuanya terus bergerak menurut kehendak zaman, inilah yang dipertanyakan apakah Aceh bukannya mundur ?)

Oknum GAM : Kami tidak peduli dengan itu semua, kami hanya ingin merdeka, itu harga mati buat kami. Semua nya akan kami korbankan...

Jawa : Mungkin anda harus belajar dari filosofi kami, itupun kalau anda mau. Yang membuat kami kuat adalah kami tidak mau terlalu frontal, terlebih lagi bila kami dalam keadaan kesulitan atau dalam keadaan lemah. Ini menurut saya ya, anda tu sebenarnya tidak didukung oleh semua rakyat Aceh, karena dalam Islam itu tidak diperkenankan untuk membunuh sesama muslim bahkan anda harus medahulukan perdamaian. Kalau anda dulu kuat karena lawan anda adalah Kafir, maka bantuan Allah terus datang kepada anda. Saya melihat sepertinya anda ini hanya seperti orang yang bodoh dalam perjuangannya, malah anda secara sadar atau tidak sadar telah membawa rakyat anda dalam sebuah kehancuran. Dan saya yakin kalau jika ini anda teruskan maka yang ada hanyalah sebuah bentuk perlawanan baru terhadap gerakan anda.

Oknum GAM : Gini ya, kami itu bukan orang Jawa, kami itu orang Aceh, kami punya sejarah sendiri. Saya tahu anda juga punya sejarah sendiri, dibandingkan Aceh anda bahkan punya tulisan sendiri yang Aceh tidak punya. Bahkan bahasa Jawa merupakan bahasa tersendiri tidak seperti Aceh yang merupakan gabungan dari berbagai bahasa dan jumlah kata yang sangat sedikit. Tapi kami tetap harus merdeka, kami sudah malu, sudah terlanjur.

(Sepertinya oknum GAM itu memang keras kepala, ia tetap tidak peduli walau ia tahu sesungguhnya kalau yang ingin merdeka itu ya Jawa dengan segala sejarahnya yang lebih dahulu dari Aceh. Orang Aceh ini seolah melupakan bahwa Aceh itu dahulu ikut membantu perjuangan Aceh dari kuffar, berusaha melupakan bahwa mereka seiman, berusaha melupakan bahwa korbannya adalah rakyat Aceh juga)

Jawa : Saya sudah tidak tahu berkata apa lagi, yang pasti saat ini orang Jawa lebih maju dari Aceh, anda itu juara 2 untuk termiskin di NKRI, potensi anak-anak anda dipertanyakan malah takutnya nanti anak korban konflik itu hanya jadi suruhan saja atau jadi babu atau jadi penjahat. Kalau anda terus konflik maka nanti akan memegang Aceh adalah kalau tidak orang Gayo atau suku Jamnee atau Jawa, anda akan lihat 20 tahun ke depan. Sudahlah anda fokus saja membangun ketertinggalan anda, kasihan anak cucu anda.

Oknum GAM : Tidak akan pernah, merdeka adalah harga mati.

Jawa : Ya sudah, saya sudah memperingatkan anda, jadi jangan salahkan ketika nanti anda akan dibenci oleh rakyat Aceh sendiri dengan anggapan anda lebih memementingkan kepentingan anda sendiri dengan dalih kemerdekaan dan sejarah, padahal anda tahu korbannya sudah amat banyak dan zaman sudah berubah.

(Oknum GAM tetap dengan prinsipnya yang akhirnya mereka tetap merencanakan kemerdekaan mereka dengan berbagai cara, sedangkan orang Jawa yang sudah berpengalaman itu tentunya tidak akan tinggal diam, sebagai suku tertua tentunya mereka sudah lebih berpengalaman, bahkan sekarang kalau oknum GAM itu menggelar konflik lagi orang Jawa itu mengetahui bahwa NKRI sekarang tidak akan kenal ampun lagi, ALA dan ABBAS pun siap menjadi solusi terbaik rakyat Aceh)

Tidak ada komentar: