28 Februari 2009

Pihak-Pihak Yang Tidak Menginginkan Perdamaian di Aceh

Setelah hampir selama 2 minggu saya agak sibuk dengan pekerjaan saya, akhirnya saya bias kembali berdiskusi dengan teman-teman mailing list yang amat saya cintai ini. Ketika saya membaca sebagian isi dari mailing list ini isinya ternyata hampir sama saja, namun isunya sekarang agak lebih di bawa kepada mulai mendiskreditkan Pemerintah NKRI atau mulai “melempar batu sembunyi tangan”.
Namun pada situasi Aceh yang memang sekarang panas ini, hal ini adalah sangat wajar karena berbagai kepentingan bermain sekarang ini, sebagaimana halnya para Caleg berlomba untuk meraup suara atau pecinta perang mulai memainkan kartunya kembali atau para fakir mulai memikirkan kembali bagaimana kiranya mendapatkan uang agar tidak hidup kembali dalam kemelaratan.

Situasi Aceh
“Alangkah senangnya jika saya kembali di Aceh dan ikut merasakan penderitaan orang Aceh,” hal ini yang pertama kali saya ingin katakan ketika saya melihat situasi Aceh sekarang ini, sebagai orang yang tinggal di luar Aceh sebenarnya bukan hal saya untuk mengomentari ini, tapi karena ada beberapa anggota mailing list yang ikut berkomentar seolah-olah ia tinggal di Aceh selama ini, seperti halnya Hasan Tiro yang berkoar-koar di luar negeri sana tanpa mau melihat atau bahkan merasakan penderitaan rakyat Aceh sekarang ini.
Aceh sekarang memasuki babak baru, sebuah babak akhir untuk menghadapi sebuah kenyataan apakah Aceh akan kembali konflik atau Aceh di bawah kepemimpinan Irwandy bisa selamat mempertahankan perdamaian di Aceh.
Pihak-pihak yang sekarang ini bermain di Aceh dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Pertama, Pemerintah Jakarta, inipun rasanya sudah tidak mungkin karena nama besar NKRI dipertahankan dengan perdamaian di Aceh, sudah barang tentu Pemerintah Jakarta tidak akan melakukan hal-hal bodoh berkaitan dengan yang satu ini.
Kedua, oknum TNI yang menginginkan Aceh kembali konflik sebagai bahan emncari rezeki mereka, namun karena dalam satu komando rasanya TNI agak sedikit berkurang bermainnya.
Ketiga, oknum Ultra Nasionalisme yang menginginkan Aceh mendapatkan perlakuan yang sama dengan daerah lain, namun bila dilihat dari sisi nasionalisme mereka maka perdamaian di Aceh merupakan salah satu hal yang bisa menjaga nama NKRI di seluruh dunia dan menjaga keutuhan wilayah tentunya lebih utama dibandingkan dengan perpanjangan peperangan.
Keempat, ultra ALA dan ABBAS yang menginginkan secepatnya terbentuknya ALA dan ABBAS dengan berbagai cara, mereka menginginkan agar pemerintah NKRI melihat bahwa GAM itu tidak dapat memegang janji mereka. Namun tokoh-tokoh ALA dan ABBAS sampai saat ini rasanya masih patuh kepada Pemerintah Jakarta untuk mereka menahan diri dan lebih mementingkan persatuan wilayah NKRI.
Kelima, penegakkan Negara Islam atau penegakkan syariat Islam di Aceh, ini pun sepertinya akan menurun karena Aceh sekarang benar-benar diberikan kebebasan untuk hal yang satu ini, malah sesama komponen Aceh yang kini saling bertengkar dengan berbagai kebijakan tentang hal yang satu ini, berdebat mengani dampak dan kapan pelaksanannya.
Keenam, kalangan moderat GAM yang dikomandoi oleh pemikir muda GAM, mereka adalah orang-orang yang memprakarsai adanya self government di Aceh dengan MoU Helsinkynya. Kepentingan mereka sekarang adalah bagaimana caranya memenangkan legislative untuk dapat memperjuangkan nasib anggota GAM yang sekarang memang dalam keadaan sulit dan terombang-ambing antara perut dan jiwa kemerdekaan serta kembali kepada Jakarta. Mereka rasanya cenderung untuk melakukan pendekatan-pendekatan kepada Pemerintah Jakarta untuk eksistensi mereka bila mereka tidak bisa memenangkan legislative, terlebih lagi Irwandy masih selama 3 tahun lagi memimpin Aceh. Mereka masih bisa menahan diri.
Ketujuh, kalangan konservatif GAM, dalam pemikiran mereka kemerdekaan tidak bisa diganggu gugat, nasionalisme semu mereka tampaknya akan terus dikumandangkan untuk membodohi rakyat Aceh untuk kembali ke dalam konflik. Dalam pemikiran mereka saat ini GAM Irwand CS adalah GAM pengkhianat, melenceng dari jalur kemerdekaan atau mereka merasa ditinggalkan karena ketidakadilan pembagian kekuasaan dan materi.

Sepak Terjang GAM Konservatif/Ashobiyah
Dari ketujuh pihak tersebut, kita akan tahu semua bahwa kemungkinan yang terbesar untuk melakukan ketidakamanan di Aceh adalah pihak ketujuh atau GAM konservatif, situasi Aceh yang memburuk ini akan dijadikan mereka sebagai ajang pemanasan untuk kembali membawa rakyat Aceh ke dalam konflik, hal yang akan mereka lakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, “Aksi Adu Domba”, mereka akan terus menggesek-gesek antara lain adalah Partai berhaluan Islam atau Parnas dengan Partai Lokal, kemudian ultranasionalisme Indon dengan ultranasionalisme Aceh Merdeka di ALA dan ABBAS, meningkatkan konflik sukuisme antara Jawa, Aceh dan Gayo atau ALA/ABBAS dan sukuisme Aceh, mendiskreditkan Pemerintahan Aceh sekarang terutama Irwandy Nazar dengan musuh-musuh mereka, menyusup ke dalam LSM-LSM sekaligus memeceah SIRA, melakukan tindakan-tindakan “lempar baru sembunyi tangan” melalui provokasi media dan aksi-aksi penghasutan dan kekerasan terbatas.
Kedua a, membangun kembali militansi New Generation GAM di Aceh dalam jangka waktu yang bertahap. Dalam pemikiran mereka tentunya setiap aksi hasutan yang mereka lakukan tentunya akan membawa hasil sedikit banyaknya, maka mereka akan melakukan gerakan bawah tanah dengan nasionalisme Aceh yang tinggi. Bila tahapan pemilu ini mereka gagal maka mereka akan kembali bermain di tahapan pemilihan Gubernur.
Kedua b, bila adudomba mereka berhasil maka Aceh dapat dipastikan menjadi sebuah pengkaderan baru untuk new generation GAM kedua, mereka pun akan mengumumkan pemimpin baru GAM pengganti Hasan Tiro. Mereka tentunya akan menjadikan gugurnya banyak rakyat Aceh dalam scenario mereka sebagai pahlawan atau mati syahid menurut mereka (padahal mati sia-sia). Aceh kembali ke dalam konflik.
Bayangkan hanya dengan 2 pemikiran ini saja kita akan melihat bahwa ACeh akan mudah konflik, bukan Jakarta yang tidak ikhlas menuju perdamaian Aceh akan tetapi GAM Konservatif yang masih menginginkan ambisi mereka untuk menghancurkan perdamian dan membawa rakyat Aceh kembali ke dalam konflik, hanya karena apa ? “Hanya karena ego MERDEKA BODOH SIALAN mereka.

Terakhir dari saya, agar rakyat Aceh jangan mau diadudomba, kembalikan semuanya kepada pihak keamanan, jangan takut kepada intimidasi, segera laporkan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, perkuat keamanan sipil anda semua, persenjatai diri anda.
Sekarang ini ada isu yang mengatakan bahwa daerah ALA dan ABBAS ada milisinya, padahal mereka melakukan sebuah penjagaan terhadap keamanan mereka seperti halnya SISKAMLING, jadi jelas GAM Konservatif ini masih terus dengan isunya agar mereka leluasa mengumandangkan adudomba mereka.
NKRI sudah FINAL, KEMERDEKAAN BODOH harus ditinggalkan, MERDEKA DARI KEBODOHAN DAN KEMISKINAN itu yang utama bukan ASHOBIYAH.
Selamat Berjuang Menjaga Perdamaian.

Tidak ada komentar: