13 November 2008

GAM dan Asy-syahid (Dialog dengan Muhammad Al Qubra)

Ulasan Muhammad Al Qubra

Mari kita ber afala ta'qilun dan afala yatazakkarun! !!

Anda nampaknya hanya membenarkan Amrozi tapi menyalahi GAM.(baca Gerakan Acheh Merdeka). Hampir diseluruh bumi ini kaum dhu'afa diperlakukan secara tidak adil oleh system yang berlaku, Proses tersebut berlangsung terus sampai munculnya pemimpin dikalangan kaum dhu'afa atau rakyat jelata yang senantiasa dirugikan oleh system tersebut. Kami orang - orang Acheh - Sumatrapun menerima perlakuan yang tidak adil dari penguasa Indonesia. Disamping itu para penguasa Indonesiapun mengeruk hasil bumi Acheh - Sumatra untuk memperkaya diri golongan mereka, sementara rakyat Acheh menderita kemiskinan, dimana kebanyakan dari mereka tinggal di gubuk -gubuk derita. Sementara para transmigran yang datang dari Jawa hidup di rumah - rumah yang cukup lumaiuan serta dilengkapi dengan listrik. Mereka ini digunakan penguasa Indonesia sebagai peluru yang tidak berbunyi, dimana pada suatu saat mereka dapat bersuara mayoritas untuk Indonesia Jawa sebagaimana yang terjadi di Takengon.

Dr Hasan Tiro muncul untuk memberikan kesadaran kepada rakyat Acheh. Lalu kami menyatakan pada Dunia bahwa kami merupakan sebuah negara yang berdaulat. Kami dianugerahi minyak bumi yang lebih dari cukup dari keperluan bangsa kami. Kami akan memberikan sebagian hasil bumi kami untuk para yang menderita dimana saja dibelahgan bumi ini. Demikianlah kira - kira pernyataan Wali kami itu, lebih kurang. Pernyataan tersebut di jawab oleh tentara dan polisi Indonesia dengan peluru. Kalau anda katakan bahwa tentara itu muslim, kenapa mereka tidak membawa kami ke mahkamah Internasional, kalau memang tidak ada mahkamah Islam. Kenapa juga mereka berkaok - kawok keseluruh dunia bahwa negara mereka negara Demokrasi.

Sebahagian pejuang kami Syahid ditangan serdadu Indonesia, lalu anak mereka (baca anak Yatim) tidak cengeng tapi mengikuti jejak ayah mereka untuk melawan kebiadaban tentara dan polisi Indonesia. Dipihak sipiul jawa ada juga yang mati ditangan TNA. Hal ini disebabkan tidak menggubris peringatan TNA agar minggir dari Acheh - Sumatra. Mereka bersedia sebagai peluru yang tidak berbunyi. Orang inilah saya katakan bahwa andaikata mereka termasuk orang yang beriman, mereka akan mendapat balasan yang baik dari Allah swt tapi prediksi saya sepertinya tidak ada yang briman dikalangan mereka.

Singkat ceritanya, Tsunami muncul lalu mematikan banyak tni yang berjaga - jaga dipinggir laut, sementara TNA aman di gunung. Sebetulnya nampak bahwa musibah itu Diturunkan Allah untuk menghancurkan tni bukan TNA. Andaikata musibah itu untuk menghancurkan TNA tentu gunung yang diledakkan bukan bukan laut. Musibah itu juga untuk meluluh lantakkan orang - orang kota yang menikmati kesenangan dan tidak mau peduli atas penderitaan orang - orang kanmpung, Kebanyakan penduduk kota itu bukan orang Acheh - Sumatra tapi orang - orang Jawa dan orang - orang yang pro Indonesia.

Hikmah lainnya dibalik tsunami itu, terbukanya kesempatan kepada pihak luar negeri untuk menyaksikan kondisi Acheh - Sumatra. Akibatnya tni dan poklisi tidak bisa lagi berbuat semena - meda terhadap rakyat jelata Acheh - Sumatra. Justru itu mereka senantiasa membuat propokasi agar orang luar negeri keluar dari Acheh, supaya mereka dapat meneruskan sandiwaranya.

Entah bagaimana akhirnya tentara AS dan Australia berhasil juga dipropokasikan keluar hingga mereka dapat menjalankan kemunafikannya. Akhirnya terjadilah kesepakatan MoU Helsinki. Sebetulnya andaikata pihak menengah proaktif terhadap perdamaian Helsinki, Acheh tidak akan mengalami kondisi yang anda saksikan sekarang ini. Maksud saya Pihak Indonesia tidak menepati janji. Mereka tetap berdaya upaya untuk mempertahankan jajahannya di bumi Acheh - Sumatra.

Adalah keliru sekali ketika anda katakan bahwa sedikit orang Indonesia yang mati dalam peristiwa Bali tersebut tapi orang kafir yang banyak. Kalau begitu tujuan mereka untuk membunuh orang kafir? Adakah perintah Allah dan Rasulnya untuk membunuh orang yang berlainan agama dengan kita? Yang ada perintah dari Allah dan Rasulnya, melawan kedhaliman sebagaimana kedhaliman terselubung dengan kedok NKRI. Allah juga memerintahkan kita untuk memerangi orang yang memerangi kita. Sementara kepada orang yang berlainan agama Allah berfirman : "Lakum dinukum waliadin" Kalau Amrozi ngebom Bali untuk memprotes kedhaliman sex bebas di daerah tersebut, sebagai teror terhadap penguasa Indonesia masih wajar tapi kalau tujuannya untuk membunuh orang kafir, bermakna dia itu keliru 180 derajat. Tapi benarkah sebagaimana anda katakan? Siapakah anda? Pengikut Amrozikah atau orang Acheh yang anti kepada perjuangan Acheh

Kalau benar sebagaimana keterangan anda, dapat dipastikan bahwa Amrozi cs tidak pernah sama dengan GAM dan sayapun menarik balik pernyataan sebelumnya. Kalau tujuan Amrozi cs untuk membunuh orang kafir, sekali lagi saya katakan kelompok mereka itu keliru 180 derajat. Allah tidak akan redha terhadap golongan yang demikian. Berarti mereka sangat dangkal pemahaman Islamnya. Mereka mengira bahwa bahwa tentara dan polisi Jawa itu Islam? Islam bagaimana mereka itu? Mereka itu lah yang diperintah Allah untuk diperangi andaikata kita punya kekuatan. Mereka itu memang bukan kafir tapi Munafieq "Waminanna simayyaqulu amanna billahi wabil yaumil akhiri wama hum bimuk minin" (QS, 2 8) Tak perlu saya terjemahkan bukan?.

Andaikata di Jawa muncul seorang pemimpin yang beriman, sudah saatnya untuk berevolusi, bukan reformasi (baca tambal - sulam) Indonesia itu bagaikan sebidang tikar lapuk. Tidak boleh diobati lagi system tersebut (baca harus dibeli tikar lain). Lihatlah reformasi ala Amin Rais, kemana juntrungnya sekarang ini? bukankah sudah membaur lagi dalam kedhaliman paska Suharto? Kapankah rakyat jelata Jawa menikmati hasil kemerdekaannya kalau memang mereka mengira Indonesia itu sudah merdeka?

Sekarang tepatnya saya sebut saja "kalian".
Kalian linglung sekali disatu sisi kalian menyatakan harus berdamai dengan sangkaan kalian bahwa tentara Jawa orang Islam juga tapi di lain sisi anda mengecam MoU Helsinki

Benar GAM bukan memperjuangkan agama Islam. Sebab Islam itu masuk ke Acheh duluan lalu orang Acheh mengislamkan Orang jawa kemudiannya tapi mereka tidak menerima Islam sepenuhnya kecuali mereka campur dengan paham Jawa kuno, macam gado -gado atau jamu gendongnya Megawati. Dengan tabi'at "Ewuh pakewuh" yang dimilikinya akhirnya menikam bangsa Acheh dari belakang setelah mereka ditarik dari sumur yang begitu dalam. Pahamkah kalian yang kumaksudkan di alinia ini?

Kalian benar-benar lugu. Pertama sekali yang harus dilakukan GAM, membebaskan Acheh - Sumatra dari penjajahan Indonesia - Jawa. Selagi Acheh - masih di jajah Indonesia Jawa, agama di Acheh tetap tidak bisa jalan, mengertikah kalian? Lihatlah sekarang sandiuwara yang dimainkan oleh pihak Indonesia hipokrit untuk menerapokan Syariat Islam di Tanah Rencong. Lalu apa yang terjadi? . . . . . . .Mereka menerapkan hukum laba - laba. Tahukah kalian apakah hukum laba - laba itu? Silakan baca tulisan berikut ini agar kalian paham apakah yang dimaksudkan hukum labalaba dan mengapa musti membebaskan diri dulu dari penjajahan bukan langsung menerapkan hukum Islam:



HUKUM LABA-LABA MODEL YUDHOYONO & MEGAWATI
(Muhammad Al Qubra)
ACHEH - SUMATRA

HUKUM LABA-LABA MODEL SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TURUNAN DARI UU NO.18/2001 MADE IN MEGA CS DAN AKBAR TANDJUNG CS

Hukuman cambuk untuk penjudi memang hal yang wajar. Namun perlu dipertanyakan dulu beberapa hal yang sangat penting.

1. Bagaimana mungkin diterapkan hukum cambuk kepada penjudi, sementara pembunuh yang paling dhalim dari penjudi dibiarkan begitu saja (pembunuhan semena-mena yang dilakukan TNI/POLRI)

2. Bagaimana mungkin hukum itu di terapkan kepada orang biasa sementara kalau pelakunya pejabat pemerintah bebas sama sekali dari hukuman. Hukuman yang demikian namanya "hukum laba-laba".

Lihatlah jaringan laba-laba yang pertama sekali berada di tempat kotor, artinya di negara yang dhalim seperti Indonesia. Ketika njamuk, belalang dan serangga lainnya yang lewat terjaring dengan mantap. Namun ketika burung yang lewat dapat menembusinya. Lalu datanglah kambing, anjing dan babi untuk menginjak-injak hukum tersebut. Demikianlah yang sudah berlaku di Indonesia Munafiq dan dhalim itu

Hukum "labalaba" hanya diberlakukan kepada rakyat jelata, sementara anggota keluarga dan kawan dekat pejabat negara bebas dari hukumannya (baca segala jenis burung yang mantap terbangnya). Kambing, anjing dan babi diumpamakan sebagai pejabat negara mulai dari camat, bupati, gubernur, menteri-menteri. Akhirnya datanglah serigala-serigala haus darah (baca TNI/POLRI) untuk merobek hukum itu sendiri.

Kalau rakyat jelata sudah agak sadar melihat ketimpangan- ketimpangan pemerintah hipokrit itu, mulailah antek-antek Yudhoyono itu bersandiwara untuk menerapkan "syariat gadongan". Hal ini membuat masyarakat internasional salah paham terhadap orang-orang Islam Acheh.

Pemimpin pemimpin Islam Acheh dan rakyatnya yang sudah sadar untuk menentukan nasibnya sendiri (membebaskan diri dari pemerintah Indoinesia Munafiq itu yang sudah begitu lama mempraktekkan hukum "labalaba" di kepulauan Melanesia itu), tau persis akan sandiwara yang sedang dimainkan antek-antek "pencuri 7" itu.

Pemimpin-pemimpin Islam Acheh dan rakyatnya yang sudah sadar untuk menentukan nasibnya sendiri, tau persis bahwa jangankan sekarang, setelah merdekapun bukan hukum dulu yang diprioritaskan, melainkan Finansial hidup rakyatnya. Sebab semua ketimpangan sosial itu berpunca pada finansial hidup rakyat itu sendiri.

Bagaimana mungkin hukum diterapkan kepada kaum dhu'afa sementara mereka tau persis bahwa itu adalah hukum "Laba-laba". Bagaimana mungkin rakyat tidak melanggar hukum sementara pembesar-pembesar negara tidak berbuat adil terhadap mereka. Negara adalah milik rakyat, namun hanya sebahagian orang yang bersekongkol dengan pembesar-pembesar negara sajalah yang menikmati fasilitas negara.

Mereka (baca penguasa Indonesia munafiq) mengurus harta negara macam mengurus harta milik moyangnya, sementara orang-orang yang menuntut keadilan mendapat perlakuan yang hina dari antek-anyek penguasa dhalim tersebut. Demikianlah yang diaplikasikan di Acheh sejak dari Sukarno sampai Yudhoyono sekarang ini.

Islam sejati adalah Islam rahmatan lil alamin. Pemimpin Islam sejati tidak hanya memikirkan kesejahteraan orang-orang Islam saja tapi segenap manusia apapun latar belakang agamanya. Justru itu andaikata suatu negara dipimpin oleh orang-orang Islam sejati (yang mewarisi keimamahan Rasulullah saww), sudah barang pasti rakyat di negara tersebut mendapat keadilan seluruhnya. Bukan saja manusia yang menikmati kemerdekaan, namun binatangpun terlindung dari perbuatan semena-mena. Lucunya justru di Norwegia dan beberapa negara eropa lainnya yang kita saksikan fenomena tersebut.
Sayang nya diabad ke 21 ini dan juga abad-abad sebelumnya, tidak kita saksikan realita itu di kawasan Asia dan afrika, kecuali di Republik Islam Iran.

Sayangnya lagi republik yang satu ini senantiasa mendapat fitnah dari negara-negara kawasan Asia - Afrika lainnya. Hal ini dapat di mengerti oleh orang-orang yang mau "berafala ta' qilun dan afala yatazakkaraun" .

Bagi pemimpin pemimpin dan orang-orang yang berpendidikan, sudah waktunya untuk melupakan perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil demi tergalangnya persatuan yang dapat menghambat "sandiwara-sandiwar a" yang dimainkan antek-antek dari "yazid-yazid" moderen dimanapun kawasan yang penduduknya mengaku diri Islam, termasuk di Acheh yang sedang kita sorot ini.

Islam sejati, jangankan kepada orang Islam yang berbeda aliran, kepada orang yang berlainan agamapun, dilarang memudharatkannya, sebaliknya saling menghormati dalam kontek kemanusiaan.

Justru itu sayang seribukali sayang ketika kita menyaksikan banyaknya orang yang mengaku diri "Islam", namun membunuh orang Islam lainnya disebabkan berlainan mazhab.
Demikian jugalah serigala-serigala yang haus darah (baca TNI/POLRI) yang sedang mengadakan pembunuhan besar-besaran di Acheh - Sumatra.serta seluruh orang-rang yang bersatupadu dalam system muafiq tersebut., Sesungguhnya mereka tidaklah termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman, melainkan munafiq. Kendatipun mereka tinggi pendidikannya sampai mendapat titel DR, Propessor, Kiyai dan bahkan banyak yang mengaku diri sebagai "Ulama".

Mereka nampaknya pintar, namun tidak teguh iman. Justru itulah mereka tak mampu memahami kesalahan mereka yang fatal dibidang Tauhid/Aqidah/ Idiology.
Mereka tidak mampu melihat realita sejarah yang "haq", di mana kita dapat menemukan representantnya untuk kita teladani. Repre sentant itulah yang mampu menterjemahkan Al Qur-an secara benar.

Bagaimana mungkin buku resep obat dapat digunakan dengan efektif tanpa mendapat penjelasan dari dokternya. Tanpa dokter, buku resep obat itu tidak dapat digunakan secara tepat guna.

Sekarang kebanyakan orang Indonesia sudah tertutup mata hatinya disebabkan begitu lamanya mereka bersekongkol dalam system yang munafiq tersebut yang sudah begitu banyak mereka bunuh orang-orang yang tidak berdaya (baca kaum dhuafa yang dibunuh sejak dari pemerintahan "Yazid - Sukarno", Suharto, Gusdur, Megawati dan "yazid - Yudhono"), yang sedang bersandiwara sekarang ini.

Kenapa mereka tidak mampu berfikir padahal mereka jauh lebih pintar dari orang yang mengatakan bahwa mereka tidak mampu berfikir? Jawabannya terpampang di pintu gerbang Ilmu: " Dilarang masuk orang-orang yang tidak beriman" (QS.56:79) Justru orang Islam munafiqlah yang membuat citra Islam tergadai marwahnya di mata Internasional. Pertama sekali Internasional melihat kenapa orang-orang Islam itu saling membunuh sesamanya. Mereka sepertinya tidak mengetahui bahwa tdak pernah terjadi di permukaan planet Bumi ini, orang-orang Islam saling membunuh sesamanya.

Yang sering terjadi Justru Orang Islam munafiq membunuh orang Islam sejati, sehingga terjadilah perlawanan dari orang-orang Islam sejati untuk membela diri.(baca TNI/POLRI vs TNA, komunitas Syah Reza Palevi vs komunitas Imam Khomaini, Yazid bin Muawiyah vs Imam Husein bin 'Ali, Mu'awiyah bin Abi Sofyan vs Imam 'Ali bin Abi Thalib, Talhah bin Ubaidillah dan Zuber bin Awam vs Imam Ali, Marwan bin Hakam vs Muhammad bin Abubakar, pemimpin yang dipilih rakyat vs pemimpin yang ditunjuk Rasulullah saww sendiri dan yang terdahulu sekali Qabil vs Habil)

Sepak terjang orang-orang munafiq itu dapat kita saksikan dalam surah Al Baqarah dari ayat 8 s/d 20 plus surah Al munafiqun dan masih tersebar lagi di berbagai surah blainnya. Banyak orang terkecoh dengan apa yang berkomat kamit di mulut mereka, sementara mereka lupa dalam sepak terjangnya. Padahal mereka memahami bahwa syarat tauhid itu ada tiga:

Pertama. Mengucap dengan lidah.
Kedua: Mentasdiqkan dengan hati dan yang menentukan adalah:
Ketiga: Aksi, Aplikasi atau sepak terjang dalam realita hidupnya:

-- Apakah mereka bersekongkol dalam system Munafiq ?
-- Apakah mereka termasuk dalam golongan yang menghambat perjuangan suci ?
--Apakah mereka mengenal betul pemimpin yang "haq" dita'ati di jamannya ?

Apakah dia sekedar berbicara dengan lidah tanpa dibuktikan dengan realitanya kedalam golongan mana dia bergabung dalam hidupnya ? Golongan "Habilkah" ataub golongan "Qabil".Apakah dia menaiki "Bahtera Nabi Nuh" atau tidak, menaiki "Bahtera Ibrahim" atau "Namrud", "Bahtera Musa wa Harun" atau "Fir'aun", "Bahtera 'Isa bin Maryam" atau "Kaisar-kaisar" di Roma, bahtera Muhammad atau Abu Sofyan, bahtera Ali atau Mu'awiyah, bahtera Hussein atau Yazid, Bahtera Ayatullah Khomaini atau Syah Pahlevi, bahtera Hasan Muhammad di Tiro atau Yazid-yazid moderen (baca Sukarno, Suharto, Gusdur, Megawati dan Yudhoyono)

Demikianlah penjelasan saya semoga siapapun yang menamakan diri orang Acheh menghindarkan diri dari propokasi antek-antek "yazid- - Yudhoytono". Sudah sa'atnya untuk bertaubat sebelum nyawa berada dikerokongan. "Memang pahit bak pel Keunine, namun itulah yang dapat menjembuhkan penyakit malarianya kalian" (Husaini Daud Sp)

Billahi fi sabililhaq
Muhammad Al Qubra
(Acheh - Sumatra)


Jawaban Kosasih Bakar

Mari kita Ber Istigfar dan Memohon Perlindungan dari Allah SWT dengan Segala Kebodohan kita

Saya tidak membenarkan atau menyalahkan Amrozi CS, karena dalam permasalahan tersebut masih banyak fakta yang belum terungkap. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ini merupakan salah satu operasi intelijen untuk menyebarkan war of terorism atau war of Islam. Imam Samudra sendiri mengatakan keheranannya atas ledakan bom yang begitu besar serta mobil yang digunakan ternyata berbeda dengan apa yang telah disepakati dalam pertemuan terakhir mereka dalam melakukan aksi. Namun, saya tidak bisa menyamakan aksi mereka dengan aksi GAM dengan alasan-alasan yang saya sebutkan sebelumnya.

Perlakuan ketidakadilan terhadap kaum dhuafa sepertinya tidak terjadi di Aceh saja, akan tetapi terjadi diberbagi tempat di belahan bumi ini. Kemiskinan itu merupakan salah satu sunnatulah yang tidak bisa dihilangkan dari muka bumi ini. Dan hal ini tidakhanya terjadi di NAD saja, akan tetapi di seluruh Indonesia, saya rasa sebagai orang yang mengikuti berita anda tahu akan hal ini. Bila ditelusuri lebih dalam lagi apa yang menyebabkan hal ini terjadi maka ada banyak faktor yang mengikutinya.

Sebagai salah satu contoh pendidikan, ketiadaan keterampilan hidup dan keamanan.
Ketika GAM mendeklarasikan untuk perang dengan saudara seiman, maka GAM sudah tahu ia sudah menjadikan seluruh Aceh sebagai zona Perang, apa tujuannya tentunya Kesejahteraan Rakyat Aceh, merasa diperlakukan tidak adil. Tujuannya terlihat begitu indah, akan tetapi tanpa memperhatikan dampak yang diakibatkan di masa yang akan datang. Inilah yang menjadi perhatian saya pertama kali, ketika seseorang itu dikatakan Jihad adalah apa tujuannya ? Siapa lawannya ? Hal yang terpenting dari Jihad adalah menegakkan kalimat Allah, ’Laa Ilaha Illallah’ bukan ’Tuhan Kita Hasan Tiro’, ketika anda mengatakan ini jelas sudah anda telah mengangkat thogut dalam diri anda. Islam tidak pernah menghambakan diri kepada Manusia. Bahkan dalam Islam sendiri itu ayat Al Qur’an menjelaskan bahwa kita harus mentaati Allah, Rosulullan dan Ulil Amri, siapa Ulil Amri kita, silahkan jawab sendiri, dengan melihat kondisi kita sekarang, kita tetap di bawah naungan NKRI. Mungkin pada abad 14 atau 15 sudah barang tentu ulil amri anda adalah Iskandar Muda atau Raja Gayo, karena waktu itu tidak ada yang namanya suku Aceh, yang ada hanya pendatang dari tamil, arab dan china atau negeri lainnya.

Saya punya cerita untuk anda kenapa Pidie tidak mau disebut Aceh Pidie, karena Aceh itu sebutan yang diambil dari bahasa Melayu atau Gayo, ”ASU” atau binatang dalam bahasa Indonesianya. Nama Aceh baru ada pada literatur orang Portugis tahun 1520, ketika itu mereka tidak bisa mengatakan ASU dengan benar sehingga mengatakannya secara sengau ’Atjeh’. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kenapa hal ini terjadi, kenapa orang yang di pasisir itu dikatakan Asu, ternyata ini dibuktikan bahwa pada daerah pesisir itu untukurusan dagang berdagang didaerah tersebut sering melakukan hal-hal tercela, tipu menipu sampai-sampai Kerajaan Linge atau Sultan Iskandar Muda mengeluarkan hukum-hukum keras terhadap mereka.

Kembali kepada GAM (baca Gerakan Actjeh Merdeka), jika tujuan dari GAM adalah menegakkan syariah Islam pada awalnya, dan ketika itu juga TNI yang datang adalah Non Muslim, sehingga saya merasakan ini adalah skenario untuk menjadikan Aceh sebagai daerah Perang. Karena dunia internasional mengetahui bahwa Aceh akan berpotensi menjadi besar dari sisi SDM maupun SDA nya. Saya mengerti betul ini. Seharusnya Hasan Tiro sebagai seorang pemimpin waktu itu juga menyadari hal ini, bahwa ia telah di peta konflikkan dengan saudara seimannya.

Pendekatan perlawanan GAM dengan metode stigmata terhadap suku Jawa juga salah, karena Islam jelas tidak membedakan seseorang pun dari suku manapun, kecuali ketaqwaannya. Permasalahannya lagi adalah pada daerah tengah, barat dan selatan Aceh itu sudah banyak transmigran yang masuk, sehingga setiap konflik antara Aceh dan Jawa sebenarnya akan membahayakan.

Pendekatan perlawanan GAM dengan metode dendam juga menjadi amat salah, karena Islam tidak pernah mengajarkan seseorang itu berjihad dengan tujuan dendam. Sejarah Rosul sudah menunjukkan bagaimana ia mengawini Hamdun, yang telah membunuh Hamzah, pamannya. Atau bagaimana seorang Khalid Bin Walid ketika menjadi Panglima Quraisy yang telah membunuh banyak muslimin beralih menjadi Panglima Muslim yang berbalik banyak membunuh orang Kafir.

Pendekatan ini semakin salah lagi dengan adanya MoU Helsinky, isinya betul-betul untuk mantan GAM, hanya ini yang saya sesalkan. Seharusnya jika para pemimpin GAM itu juga pintar mereka tidak melakukan kesalahan apa yang dilakukan oleh Hasan Tiro, dipetakonflikkan dengan NKRI. Berbahanya MoU ini adalah GAM dipetakonflikkan dengan seluruh rakyat Aceh, dan semakin hari semakin terlihat hasilnya akibat MoU tersebut, seperti KPA-KPA, BRR dsb...dsb.. Makanya kami memberikan solusi pemekaran wilayah untuk mencegah itu semua, karena mantan anggota GAM itu kebanyakan tidak mempunyai keterampilah hidup dan berpendidikan, mereka juga kebanyakan berasal dari korban konflik, sehingga pendekatan mereka lebih kepada dendam.

Saya juga tidak setuju dengan apa yang dikatakan tentang bahwa orang-orang Jawa hidup nyaman, ketika mereka ke NAD mereka adalah transmigran, anda kiranya tahu kehidupan seorang transmigran, mereka membuka hutan terlebih dahulu, berkebun, baru menerima hasilnya tahun-tahun mendatang setelah melakukan kerja keras. Bandingkan dengan orang Aceh sendiri yang pada dasarnya berdagang, atau bahkan mungkin tidak mau berkebun seperti orang Gayo atau Jawa. Ini juga sebuah kesalahan.

Ketika tsunami datang, sebenarnya korban bukan saja dari TNI, TNA juga, banyak gudang-gudang senjata TNA sudah hilang, musnah ditelan air. Karena sesungguhnya jalur GAM melakukan penyelundupan senjata itu dari laut, bukan dari darat. Dan banyak dari daerah-daerah tersebut yang tidak bisa dimasuki TNI, jadi sekali lagi kerugian lebih banyak pada GAM. Secara mudahnya semua senjata TNI itu akan mudah didatangkan kembali dari Jakarta.

Yang perlu anda ketahui untuk perspektif DUNIA INTERNASIONAL, Amerika dan Australia tidak akan pernah selamanya membiarkan negeri Islam damai, terlebih lagi Indonesia, sebuah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Dengan berontaknya Aceh, sudah barang tentu mereka akan senang, bukankah sudah lihat bagaimana AlQoida digunakan oleh Amerika untuk menghancurkan Uni Soviet. Bung, anda itu harusnya sebagai Muslim yang kaffah berpikir bagaimana mendirikan Khalifah Islamiyah, bukan mendirikan Negara Aceh.

Sedangkan untuk dukungan dari Mujahidin di Aceh sekarang juga jauh berkurang, karena apa, karena sekarang ketika syariat Islam dijalankan maka Pemerintah Irwandy sepertinya kehilangan taringnya, malah AIDS dan penyakit dekadensi moral lainnya sudah ada di Aceh. Atau para Mujahidin semakin menangis ketika ternyata sepak terjang GAM sekarang jelas berafiliasi kepada USA dan UNI EROPA.

Sekali lagi Hasan Tiro rupanya telah menjadikan perang ini menjadi PERANG BODOH.
Untuk diketahui sebelum ada PERANG BODOH ini, maka rakyat Gayo dalam keadaan baik-baik saja, mereka berkebun. Namun setalah ada PERANG BODOH ini, menjual hasil kebunnya saja susah, mendapatkan sembako saja susah, kenapa karena ada PERANG BODOH.
Belum lagi Barat dan Selatan, yang sudah ditipu oleh GAM, uang yang diberikan dilarikan dan dibelikan senjata, tanyakan saja langsung kepada orang sana. Belum lagi keluhan mereka yang mengatakan bahwa GAM yang ada disini merupakan GAM yang berasal dari pantai timur Aceh, mereka merasa muak. Mereka hanya ingin bekerja. Inikah yang dinamakan dengan PERJUANGAN GAM.

Dalam Islam, perdamian adalah nomor 1, tapi MoU itu hanya mauin-main dan hanya untuk kepentingan GAM, anda tidak betul-betul ingin berdamai. Silahkan anda lihat sendiri. MoU Helsinky, KPA, Partai Lokal dan Referendum. Atau apakah adil ketika MoU itu mempermasalahkan tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh TNI, tapi tidak pernah mempermasalahkan pelanggaran HAM oleh GAM. Apakah itu adil ? Atau ketika KPA-KPA dengan adanya MoU tersebut seolah-olah berkuasa penuh untuk segalanya.

Saya hanya menawarkan satu hal untuk Aceh aman, pemekaran wilayah ALA, ABBAS dan ACEH (itupun kalau mau orang Pidie dikatakan Aceh Pidie). Banyak keuntungan dari pemekaran wilayah ini, semua sudah duduk sama tinggi, saling menghormati.

Saya bukan pendukung siapapun, bagi saya kematian Amrozi adalah urusan Amrozi SC dengan Allah SWT. Karena tidak seorang pun tahu dia akan masuk syurga atau neraka, karena itu adalah urusan Allah. Jadi ketika MUI mengatakan mereka tidak syahid atau Baasyir mengatakan mereka syahid, yang benar mereka semua tidak tahu apapun tentang itu, karena itu urusan Allah tergantung dengan niat mereka masing-masing.

Inilah yang saya takutkan jika Aceh Merdeka, maka yang terjadi adalah sifat sukuisme yang sangat tinggi, walaupun sesungguhnya suku Aceh itu tidak ada, tidak seperti suku Gayo dan Jawa yang jelas keturunan mereka dari mana. Ketika mereka merdeka maka yang pertama kali mereka lakukan memusnahkan suku Jawa dan Gayo dan Jamnee, dengan cara mengadu domba mereka satu dengan yang lain. Inikah yang dinamakn Jihad ? Membenci kepada hanya satu suku, Jawa – Indon. Menyedihkan.

Merdeka dulu baru menerapkan Hukum Islam, lucu sekali ya. Seharusnya anda tahu sekarang resistensi dengan GAM itu sudah meningkat, ALA dan ABBAS sebagai bukti nyata yang tidak bisa dipungkiri. Belum lagi perpecahan diantara anda sendiri. Memang GAM itu haus darah? Mengorbankan rakyat Aceh untuk maksud dan tujuannya, atau jangan sampai kami menyesal dengan GAM bahwa ternyata dengan MoU sedang menyusun kekuatan kembali untuk kembali memberontak, dengan korban kembali rakyat Aceh.
Tapi rakyat Aceh sudah sadar, zaman sudah berubah, setiap pemberontakkan oleh GAM akan dibayar. Kalau nanti milisi itu hanya ada di tengah Aceh, maka jangan salahkan milisi itu akan ada pada setiap sudut Aceh. Karena kami tahu Gerakan anda sekarang hanya untuk mengenyangkan perut anda sendiri. Itu pula yang menyebabkan saya katakan ubah MoU itu, tidak ada maksud lain. MoU itu bukan Al Qur’an, bukan sebagai Kitab Suci siapapun. Mari diubah untuk kemshalatan Rakyat Aceh, bukan untuk kepentingan golongan.

Mengenai sarang laba-laba, rasanya anda terlalu naif. Sarang laba-laba adalah banyak digunakan untuk obat, bahkan sering kali dikatakan sebagai bahan terkuat yang digunakan dalam anti peluru jika diolah dengan benar. Atau sarang laba-laba adalah yang menyelamatkan Rosulullan dari kejaran Kaum Quraisy ke Gua Hiro.

Namun, jika mau menggunakan analogi tersebut bisa saja, tapi rasanya analogi tersebut bisa digunakan bagi setiap orang yang berkuasa dengan yang tertindas. Sehingga bisa saja dikatakan hal ini ketika GAM memaksa meminta pajak nanggroe kepada rakyat Aceh, atau GAM memaksa atau mendoktrin koban konflik untuk masuk menjadi GAM, dsb.. dsb

Tidak ada komentar: